Oleh: Saiful Hadi
Membuka lembaran-lembaran sejarah, ada banyak pemuda yang telah mengguncangkan dunia. Kita sebut saja seperti Sultan Muhammad Al-Fatih sang penakluk Konstantinopel, di usia yang masih 19 tahun beliau diangkat menjadi sultan dan ketika berusia 21 tahun beliau berhasil menundukkan konstantinopel. Berbekal persenjataan baru nan canggih hasil rancangan Insinyur Orban, pada 2 april 1453 bersama 80.000 pasukan muslim beliau memulai serangan terhadap 8.000 pasukan kristen dibawah kepemimpinan Kaisar Konstantin XI, yang merupakan Kaisar Byzantium ke-57. Tepat pada tanggal 29 Mei 1453 Konstantinopel akhirnya menyerah dan takluk. Awalnya banyak pihak yang meragukan kemampuan Sang Sultan muda, mengingat usianya yang masih sangat belia serta miskin pengalaman. Tapi siapa yang sangka, konstantinopel yang merupakan pusatnya Dunia Barat selama seribu tahun lebih dan sekaligus pertahanan kristen terhadap Islam akhirnya harus bertekuk lutut di hadapan seorang anak muda.
Mundur beberapa ratus tahun ke belakang, tepatnya tahun 150 H, ditahun itu pendiri Mazhab Hanafi meninggal dunia dan ditahun yang sama Imam Syafie lahir ke dunia. Melihat sosok Imam Syafie muda, beliau adalah seorang petualang cilik yang telah singgah keberbagai tempat guna mencari dan mendalami berbagai macam ilmu pengetahuan. Bahkan beliua pernah melantunkan sebuah syair:
"seekor singa, jika tidak meninggalkan hutan, ia tidak akan mendapat buruan. Anak panah, jika tidak meninggalkan busur, ia tidak akan mengenai sasaran."
"seekor singa, jika tidak meninggalkan hutan, ia tidak akan mendapat buruan. Anak panah, jika tidak meninggalkan busur, ia tidak akan mengenai sasaran."
Pada tangan seorang Imam Syafie lah, fiqih madinah dan fiqih irak disatukan, beliaulah yang mengkombinasi Fiqih Iraq Imam Hanafi yang didominasi ra'yu (nalar) dengan fiqih madinah Imam Malik yang bernuansa hadist, sehingga lahirlah sebuah fiqih baru yang unik dengan metode komperhensifnya yang saling memadukan antara wahyu dan nalar.
Menurut penuturan dari Imam Al-Buwaithi, Imam Syafie pernah mengatakan, "seorang lelaki tidak akan sempurna di dunia kecuali apabila ada empat hal pada dirinya, yaitu agama, sifat amanah, menjaga diri, dan bersikap tenang". Setiap Pemuda haruslah memiliki empat sifat tersebut, karena para pemuda adalah harapan setiap pemudi. Sosok pemuda yang baik akan menuntun pemudi ke jalan yang baik pula sehingga bahtera rumah tangga akan terus berlayar tanpa takut diguncang badai kehidupan.
Berbicara tentang kriteria pasangan, Imam Syafie berpesan "kaum mana saja yang perempuannya tidak menikah dengan lelaki di luar kaumnya, atau yang lelakinya tidak menikah dengan perempuan kaum lain, maka anak-anak yang dilahirkan akan menjadi bodoh". Dapat kita pahami, Imam Syafie berpesan kepada kita untuk lebih mengutamakan calon pasangan di luar lingkaran lingkungannya. Hikmah sosial yang satu ini banyak di abaikan manusia, padahal banyak manfaat positif yang bakal didapat. Di antaranya adalah menambah hubungan saudara dengan penduduk ditempat yang lain, menambah wawasan tentang budaya-budaya yang berbeda sehingga akan semakin memperkaya pengalaman hidup.
Referensi
1. Biografi Imam Syafie, Dr. Thariq Suwaidan
2. 1453 detik-detik jatuhnya konstantinopel ke Tangan Muslim, Roger Crowley
COMMENTS