Najis merupakan sesuatu yang kotor, dan tidak sah shalat jika ikut terbawa dalam shalat. Namun demikian, tidak semua kotoran termasuk najis, sementara najis sudah tentu kotor. Kotoran yang tidak termasuk najis seperti ingus, air liur, dan kotoran telingan.
Berbicara najis, ada beberapa kaedah penting mengenai hal itu sebagaimana yang di nukil dari Kitab Fathul Muin sebagai berikut:
(ﻓـﺎﺋﺪﺓ ﻣﻬـﻤﺔ)
ﻭﻫﻲ ﺃﻥ ﻣﺎ ﺃﺻﻠﻪ ﺍﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﻭﻏﻠﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻈﻦ ﺗﻨﺠﺴﻪ ﻟﻐﻠﺒﺔ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﻓﻲ ﻣﺜﻠﻪ، ﻓﻴﻪ ﻗﻮﻻﻥ
ﻣﻌﺮﻭﻓﺎﻥ ﺑﻘﻮﻟﻲ ﺍﻻﺻﻞ .
ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺃﻭ ﺍﻟﻐﺎﻟﺐ ﺃﺭﺟﺤﻬﻤﺎ ﺃﻧﻪ ﻃﺎﻫﺮ، ﻋﻤﻼ ﺑﺎﻻﺻﻞ ﺍﻟﻤﺘﻴﻘﻦ، ﻻﻧﻪ ﺃﺿﺒﻂ ﻣﻦ ﺍﻟﻐﺎﻟﺐ
ﺍﻟﻤﺨﺘﻠﻒ ﺑﺎﻻﺣﻮﺍﻝ ﻭﺍﻻﺯﻣﺎﻥ، ﻭﺫﻟﻚ ﻛﺜﻴﺎﺏ ﺧﻤﺎﺭ ﻭﺣﺎﺋﺾ ﻭﺻﺒﻴﺎﻥ، ﻭﺃﻭﺍﻧﻲ ﻣﺘﺪﻳﻨﻴﻦ
ﺑﺎﻟﻨﺠﺎﺳﺔ، ﻭﻭﺭﻕ ﻳﻐﻠﺐ ﻧﺜﺮﻩ ﻋﻠﻰ ﻧﺠﺲ، ﻭﻟﻌﺎﺏ ﺻﺒﻲ، ﻭﺟﻮﺥ ﺍﺷﺘﻬﺮ ﻋﻤﻠﻪ ﺑﺸﺤﻢ ﺍﻟﺨﻨﺰﻳﺮ،
ﻭﺟﺒﻦ ﺷﺎﻣﻲ ﺍﺷﺘﻬﺮ ﻋﻤﻠﻪ ﺑﺈﻧﻔﺤﺔ ﺍﻟﺨﻨﺰﻳﺮ .
ﻭﻗﺪ ﺟﺎﺀﻩ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺟﺒﻨﺔ ﻣﻦ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﻓﺄﻛﻞ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﻟﻢ ﻳﺴﺄﻝ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ .
ﺫﻛﺮﻩ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ .
Sesungguhnya sesuatu yang aslinya suci kemudian kuat dugaan menjadi najis karena bercampur dengan
sesuatu yang najis maka dalam hal ini terdapat dua pendapat yang terkenal. Pendapat yang lebih unggul adalah bahwa itu suci berdasarkan keasliannya yang telah meyakinkan dan karena lebih kuat ketimbang sekedar dugaan yang bisa berubah-ubah dengan perubahan waktu dan tempat, demikian ini seperti bajunya pembuat arak, bajunya orang haid, bajunya anak kecil, cawannya orang musyrik beragama yang menggunakan najis, daun yg biasanya jatuh pada najis, air liurnya anak kecil, baju tenun yg masyhur dibuat dengan campuran lemak babi dan keju dari daerah syam yg terkenal dibuat dengan campuran babi (semuanya itu suci sampai najisnya benar-benar nyata). Nabi shallallahu alaihi wasallam telah diberi keju oleh orang syam kemudian beliau memakannya dan tdk menanyakan masalah tsb.
COMMENTS