Oleh: Saiful Hadi
Sudah lumrah terjadi, kehidupan ini bakal selalu diwarnai dengan berbagai macam hal, entah itu susah atau bahagia, semuanya datang silih berganti sepanjang hayat manusia itu sendiri. Sebagai Agama yang Rahmatan Lil Alamin, syariat memberi perhatian yang luar biasa terhadap berbagai kendala yang dihadapi oleh umatnya dengan adanya keringanan hukum pada keadaan yang dirasa sulit. Sebagai contoh, syarat sahnya shalat adalah dengan berwudhu, namun dalam kondisi keterbatasan air atau sedang sakit yang tidak diperkenankan bersentuhan dengan air, maka syariat memberi keringanan dengan adanya tayamum.
Dalam surat Al-Baqarah 185, Allah Ta'ala berfirman : "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu."
Secara tekstual, jelaslah bahwa dari ayat tersebut Allah Ta'ala tidak akan menyulitkan hambaNya, malahan ada keringanan-keringanan dalam kondisi tertentu. Untuk itu jangan mudah berputus asa tatkala sedang dilanda berbagai kesempitan, karena dibalik kesempitan bakal ada kemudahan. Dan teruslah berdoa memohon bantuan Nya, Allah Ta'ala menjamin terkabulnya doa melalui janji-Nya, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan bagimu" (QS.Al-Mu'min 40:60)
Janji tersebut jelas bersifat mutlak. Hanya saja dalam ayat itu, Allah ta'ala tidak menyatakan menurut tuntutanmu, menurut waktu yang engkau kehendaki atau menurut kehendakmu, tapi semua menurut kehendak Allah sendiri.
Dalam sebuah hadist Nabi saw. Bersabda:
"Tak seorang pun berdoa, melainkan ia berada diantara salah satu dari tiga kondisi, kadang doanya dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda pengabulannya demi pahalanya, atau dihindarkan dari keburukan yang menimpanya" (HR. Ahmad)
Dalam surat Yunus, Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua..." (QS. Yunus 10:89)
Para ulama Tafsir menjelaskan bahwa ayat tersebut menerangkan tentang pengabulan doa Nabi Musa As dan Harun As untuk kehancuran Firaun. Tetapi untuk menunggu dikabulkan doa tersebut memakan kurun waktu selama empat puluh tahun.
Begitu pula yang terjadi pada Baginda Nabi Muhammad saw saat mendoakan agar Umar bin Khatab diberi hidayah dan sekaligus menjadi teman setianya. Dua tahun lamanya Rasulullah menanti dengan terus berdoa sehingga Allah Ta'ala kabulkan permohonan beliau.
Karenanya, selalulah berprasangka yang baik dengan Allah Ta'ala. Terkadang doa yang kita pinta belum layak untuk dikabulkan, contoh seperti ketika ada seorang balita yang memohon sambil menangis histeris agar diberi pisau, sang ibu tentunya paham bahwa pisau tersebut belum layak diberikan untuknya karena bisa melukai dirinya sendiri.