Oleh: Saiful Hadi
Setiap gaya yang bekerja pada sebuah sistem bangunan dianggap telah seimbang apabila penjumlahan seluruh gaya-gaya tersebut menghasilkan nilai nol. Bukan hanya pada bangunan saja, sudah dimaklumi bersama seluruh sistem kehidupan ini bisa berjalan dengan baik karena ada keseimbangan, sehingga jika terlalu kurang menjadi tidak baik dan jika terlalu berlebihan pun juga bisa berakibat buruk.
Pada masa Rasulullah ada beberapa sahabat yang ingin memfokuskan dirinya hanya untuk beribadah, bahkan sampai-sampai ada yang memutuskan untuk tidak menikah agar bisa konsentrasi penuh beribadah. Rupanya hal ini mendapatkan teguran keras dari Rasulullah, karena secara tidak langsung kehidupan semacam itu sudah mirip dengan gaya hidup rahib yang memang tidak menikah.
Agama menganjurkan kita untuk zuhud dengan kehidupan dunia, tapi bukan berarti tidak boleh menikmati kesenangan dunia, yang menjadi penekanan disini adalah jangan sampai kesenangan dunia menyebabkan lupa terhadap akhirat yang kekal abadi. Dalam surat Al-Qasas ayat 77 Allah Ta'ala berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qasas : 77)
Syaikh wahbah Azzuhaili dalam tafsir al-munir menjelaskan, yang dimaksud "janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi" kita dibenarkan untuk menikmati kebahagian dunia yang berupa makanan yang baik, pakaian yang bagus, tempat tinggal yang nyaman dan termasuk menikah, karena semua hal tersebut adalah perkara yang dibolehkan oleh Allah Ta'ala. Ibnu Umar mengatakan bekerjalah untuk duniamu seolah-seolah kamu hidup seribu tahun lagi, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah kamu akan mati besok [1].
Pesan utama dalam ayat tersebut carilah kebahagian akhirat dengan nikmat yang telah Allah berikan berupa harta dengan cara menafkahkannya pada jalan ketaatan kepada Allah dengan harapan mencari ridha dan mendekatkan diri kepada Nya. Dunia ini merupakan tempat bercocok tanam yang hasilnya dipetik di akhirat, untuk itu berbuat baiklah kepada sesama manusia sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita dengan jalan bersedekah dan hal-hal positif lainnya [2].
[1] Tafsir Al-Munir, Surat Al-Qasas 77
[2] Tafsir Jalalain, Surat Al-Qasas 77
COMMENTS