Pernah Rasulullah mengatakan "di dalam tubuh manusia ad segumpal daging, jika daging itu baik maka baiklah semuanya, namun jika dia buruk maka buruklah semuanya, tahukah kamu apa itu, dialah hati". Atas dasar inilah hati harus dikelola sebaik mungkin agar terbebas dari segala penyakit berbahaya. Berbeda dengan fisik yang lebih mudah disembuhkan tatkala terkena penyakit.
Berbicara tentang penyakit hati, diantara sekian banyak penyakit berbahaya yang bisa merusak hati adalah riya . Riya ialah mencari simpati dalam hati orang-orang dengan menonjolkan sifat2 baik guna memperoleh kedudukan dan menjadi disegani. Dalam kitab Muraqil Ubudiyah karya Syeikh Muhammad An Nawawi Al Jawi, beliau adalah ulama asli Nusantara yang lama bermukim di Mekah, beliau sebutkan bahwa riya ada lima macam.
Pertama, riya dalam agama yakni dengan menonjolkan badan seperti menampakkan kurus dan pucat serta membiarkan rambut acak-acakan. Dengan penampilannya ia ingin menunjukkan sedikit makan dan dengan pucat ia ingin menunjukkan kurang tidur diwaktu malam dan sangat sedih memikirkan agama. Dengan rambut acak-acakan ia ingin menunjukkan dirinya sangat memikirkan agama sehingga rambut saja tidak sempat dia sisir.
Kedua, riya dengan penampilan dan pakaian seperti menundukkan kepala saat berjalan, bersikap tenang dalam gerak serta membiarkan bekas sujud pada mukanya, memakai baju berbahan kasar, tidak membersihkan baju, dan membiarkannya sobek serta memakai baju bertambal.
Ketiga, riya dengan perkataan, seperti mengucapkan kata berhikmah dan menggerakkan kedua bibir dengan berzikir di hadapan orang banyak. Amar ma'ruf nahi munkar di hadapan orang banyak, menampakkan amarah atas perbuatan munkar, menampakkan penyesalan karena orang lain berbuat maksiat, melemahkan suara saat bicara dan melunakkan suara ketika membaca quran untuk menunjukkan rasa takut dan sedih.
Keempat, riya dengan amal seperti riyanya orang shalat, lama di saat berdiri, sujud dan rukuk, tidak menoleh, meluruskan kedua telapak tangan dan kaki. Begitu pula ketika puasa dan haji dengan sikap berlebihan.
Kelima, bersikap riya kepada teman-teman, para tamu dan orang orang yang berusaha mendatangkan seseorang yang alim atau abid atau raja supaya disebut bahwa mereka mengambil berkah darinya karena kedudukannya yang besar dalam agama. Dan seperti orang yang banyak menyebut guru guru supaya dilihat bahwa dirinya mempunyai banyak guru sehingga memberi kesan luas ilmu.
Mulailah hidup sewajarnya dan jangan berlebih-lebihan dalam bersikap. Imam syafie pernah mengatakan untuk menumbuhkan sikap percaya diri selalu pakailah pakaian yang rapi dan memakai wangi-wangian.