Menjadi iklas merupakan sebuah keharusan dalam mengerjakan setiap amalan, baik itu yang berhubungan dengan hak Allah Ta'ala maupun yang menyangkut hak anak adam. Secara bahasa Iklas berarti murni dan bersih dari segala kotoran, iklas itu ibarat air mutlaq yang suci lagi dapat menyucikan. Sehingga, setiap amal yang dikerjakan dengan iklas akan bersih dari sikap riya, sombong, dan takabur, ini lantaran iklas tadi telah menyucikan hati dari segala kotoran yang bisa merusak amal.
Ada yang mengatakan, iklaslah sebagaimana surat Al-Iklas, biarpun namanya al-iklas namun tidak terlihat ada kata-kata iklas pada ayat tersebut, ini menunjukkan bahwa sikap iklas itu bukan dinampakkan dengan kata-kata melainkan dengan tindakan nyata.
Untuk menumbuhkan rasa iklas, kita perlu mengambil contoh dari pengembala kambing dalam beramal. Kenapa demikian? Karena pengembala kambing tidak pernah mengharapkan pujian dari kambingnya terhadap berbagai pekerjaan yang dia lakukan dalam mengembalakannya.
Dan perlu kita sadari, saat mengerjakan sebuah amalan, itu semua adalah anugrah dari Nya. Dia memberi kita kekuatan dan kesadaran untuk melaksanakan amalan, sehingga sudah sepatutnya mensyukurinya, dari sinilah bakal muncul sikap keiklasan dalam beramal. Sayidina Ali bin Abi Thalib menjelaskan, seseorang terindikasi riya dengan empat tanda, yaitu : malas beribadah dikala sendirian, rajin beramal bila bersama-sama dengan orang lain, ibadah meningkat karena pujian, dan menjadi berkurang karena celaan.
Dalam menumbuhkan keiklasan perlu adanya sikap sabar juga. Secara bahasa, sabar itu berarti menahan diri. Adanya sabar berarti menahan diri sikap yang tercela seperti riya dan takabur, sehingga akan lahirlah kemurnian rasa semata-mata demi Allah Ta'ala. Bersabar dalam beribadah akan menghilangkan sikap tergesa-gesa, dengan begini moga-moga akan lebih mendatangkan kekhusyukan hati.
Belajar Sabar dengan Shalat.
Shalat adalah ibadah yang paling utama dan merupakan tiang agama, saat takbiratul ihram yang sebelumnya halal untuk dikerjakan maka menjadi haram, bicara saja tidak boleh jika tidak sangkut pautnya dengan shalat, dan gerakannya pun juga bukan sembarang gerakan, semua sudah ada aturan sedemikian rupa dan wajib untuk dijalankan dengan seksama, jika melanggar maka rusaklah shalat.
Dalam kehidupan pun punya berbagai aturan, shalat ibarat sebuah prototype dan kehidupan adalah bentuk riilnya. Shalat itu harus dikerjakan dengan tenang, demikian juga kehidupan juga harus dijalani dengan tenang, ada aturan yang mengikat dalam shalat begitu juga dalam kehidupan.