Oleh: Saiful Hadi
Dimata orang yang tidak bisa berenang, keindahan laut hanya terlihat pada ombak yang beriak dan putihnya pasir pantai saja. Lain halnya bagi yang bisa berenang, ia dapat menikmati belaian lembut air laut, atau sesekali menyelam sambil melihat ikan dan terumbu karang. Namun biarpun ia pandai berenang, indahnya lautan juga tidak bisa dinikmati sepenuhnya jika tidak mempunyai peralatan yang memadai. Kalau hanya sekedar bermodalkan kacamata snorkling maka hanya terbatas pada terumbu dangkal yang bisa ia pandangi.
Lain halnya apabila menyelam dibantu dengan tabung oksigen, tentu saja semakin dalam ia bisa menjelajah lautan, sehingga akan lebih banyak lagi keindahan laut yang bakal ia nikmati. Demikian juga jika menggunakan kapal selam yang kemampuan daya selamnya lebih jauh, dapat dipastikan semakin banyak rahasia lautan yang dapat disaksikan. Begitulah seterusnya, semakin canggih peralatan dan semakin tinggi pengetahuan akan semakin banyak rahasia alam yang bisa diungkapkan.
Kembali ke dunia nyata, orang yang tidak bisa berenang tadi diumpakan sebagai yang belum mampu memahami al-quran dengan baik. Ia hanya tahu kulitnya saja, ia cuma mampu menangkap indahnya irama tatkala qari membacanya, padahal jika ia pandai menyelami lebih dalam, maka akan ditemukan berbagai keindahan lainnya.
Jadi memang, untuk mengetahui keindahan dan kedalaman makna al-quran dibutuhkan ilmu yang mumpuni, ibarat penyelam yang butuh kacamata selam dan tabung oksigen. Semakin lengkap peralatan maka akan semakin memudahkan ia dalam memahami maksud sebenarnya dari al-quran. Bisa dibayangkan tatkala tidak punya ilmu namun nekat untuk menyelami samudra, bukannya keindahan yang didapat, melainkan sekarat yang malahan mendekat.
Dalam memahami al-quran dan sunnah juga demikian adanya, keterbatasan pengetahuan akan membuat jauh dari maksud yang diharapkan. Apalagi kalau hanya sekedar berpengang pada dhahir nash saja, agama akan menjadi kaku dan sempit karena yang dicerna hanya kulit luarnya saja.
Sebagai contoh, pada masa Rasulullah ada beberapa sahabat yang ketika hendak menjalankan ibadah puasa, mereka mengikatkan benang putih dan hitam pada kakinya, hal ini lantaran dalam QS. Al-Baqarah: 187 Allah Ta'ala berfirman yang artinya: "dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam". Padahal yang dimaksud dalam ayat bukanlah benang dalam artian sesungguhnya, melainkan apabila terang fajar maka disitulah batas makan dan minum berakhir.
Oleh karenanya, tidak cukup hanya melihat terjemahan saja dan kemudian langsung dicoba pahami ala-kadarnya. Menyelami al-quran adalah dengan terus mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya. Semakin banyak ilmu pendukung, insyaAllah akan semakin dekat dengan maksud yang diinginkan oleh al-Quran.
Wallahu a'lam
COMMENTS