Kondisi Sosial Masa Dinasti Umayyah, bag. 1


Oleh: Nabilla Addini*

Pada dasarnya gambaran mengenai keadaan suatu pusat pemerintahan sebuah Negara dari dahulu hingga sekarang tidaklah jauh berbeda. Meskipun setiap Negara dan setiap Ibu kota memiliki cerita dan karakteristik masyarakat namun keadaan Ibu kota selalu digambarkan dengan keramaian, keriuhan dan hiruk pikuk segala aktifitas masyarakatnya.

Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, pusat pemerintahan dipindahkan ke Damaskus. Setelah menjadi sebuah pusat pemerintahan tetap saja keadaan kota ini tidaklah banyak berubah. Masyarakatnya kebanyakan masih hidup dengan cara mereka sendiri meskipun di bawah kekuasaan yang baru.  Jalan-jalan di Damaskus terlihat padat dan berukuran sempit banyak ditemui orang-orang yang berjalan kaki. Mereka mengenakan celana lebar, sepatu dengan ujung berwarna merah, dan sorban besar. Orang-orang badui berbusana longgar, mengenakan kuffiyah, iqal, bahkan ada juga yang orang Ifranji yang berpakaian Eropa. Perempuan-perempuan pada masa itu semuanya menggunakan penutup kepala, ada yang melintas dan berjalan di jalanan ada juga yang hanya mengintip diam-diam dari balik jendela rumah mereka sambil melihat pemandangan kota yang begitu ramai.

Para pedagang sirup, manisan yang melakukan rutinitas mereka, suara keledai, unta yang mengangkat hasil pertanian maupun barang dagangan dari gurun dan suara para pejalan kaki semakin menjadikan kota Damaskus tampak begitu sibuk dan ramai. Semua orang terlihat memiliki kesibukannya masing-masing.
 
Tidak hanya menggambarkan mengenai kehidupan rakyat biasa, dalam bukunya History of the Arabs, Phillip K. Hitty juga menjelaskan bagaimana keadaan golongan aristokrat. Kalangan aristoktrat, yaitu orang-orang kaya, terlihat menunggangi kuda, mengenakan pakaian yang terbuat dari sutera putih yang disebut ‘aba’, mereka selalu membawa sebilah pedang dan tombak.

Kehidupan sosial masa Umayyah tidak hanya ada di Ibu kota, pada masa ini orang-orang Arab pun hidup di dusun-dusun berdasarkan pembagian suku mereka sendiri. Pemukiman atau yang disebut dengan harrah dalam bahasa arab ini masih dapat kita lihat dengan jelas di Damaskus, Hims, Aleppo, dan kota-kota lainnya. Phillip K. Hitty juga menggambarkan keadaan rumah masyarakat Arab yang hidup di dusun-dusun. Mereka memiliki pohon jeruk yang mereka tanam di dekat kolam kecil yang airnya terus memancar setiap waktu dari kolam. Pintu masuk untuk setiap rumah dibiarkan terbuka dari jalan hingga ke pelataran tengah rumah, jika kita berdiri di pelataran tengah rumah kita dapat melihat di sekeliling kita beberapa kamar yang ada di dalam rumah. Bahkan untuk beberapa rumah yang ukuranya lebih besar maka  akan dilengkapi dengan beranda.

Hal yang paling menarik yang harus kita ketahui mengenai kehidupan Masa Umayyah ialah, sistem irigasi yang mereka buat untuk mengalirkan air ke ladang-ladang mereka. Teknik dan Sistem irigasi yang mereka buat disebut-sebut merupakan sistem irigasi yang menggunakan teknik pengairan yang tidak memiliki tandingannya dengan sistem irigasi manapun di Timur pada masanya. Sistem pengairan ini masih dapat kita lihat dan masih berfungsi dengan baik di kota Damaskus hingga saat ini. Nahr Yazid merupakan nama sebuah kanal yang di ambil dari nama Yazid. Nahr Yazid terbagi menjadi empat cabang yang kesemua cabangnya dialiri air, kanal Nahr yazid ini digali atau bahkan diperluas untuk mengalirkan air dari Barada dan menyempurnakan irigasi di Gutah. Kanal Barada pun memiliki empat cabang saluran air yang setiap cabangnya mengalirkan air keseluruh sudut kota Damaskus. Taman-taman yang indah bahkan Oasis yang subur yang berada di luar Damaskus merupakan hasil pengairan dari aliran irigasi Barada. 

Bersambung...

*Nabilla Addini, Mahasiswa tingkat Akhir Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry

Berkah Ilmu Karena Adab

Oleh: Saiful Hadi

Seorang guru, baik itu mengajar di TK maupun di tingkat mahasiswa, mereka bagaikan mentari yang menghilangkan awan-awan kejahilan yang menutupi pikiran muridnya. Melalui tangan mereka manusia dididik agar menjadi manusia yang berguna baik bagi dirinya sendiri maupun agama dan bangsa. Sehingga sudah sepantasnya seorang guru untuk dihormati dan menjaga adab ketika berhadapan dengannya.

Dalam Jam'ul jawamik musannafat disebutkan, setidaknya ada beberapa adab yang penting sekali untuk diketahui oleh para pelajar terhadap guru-guru mereka. Diantaranya, seorang murid harus mendahulukan memberi salam jika berjumpa dengan sang guru, lalu jangan banyak berbincang jika tidak ada manfaatnya. Selanjutnya jika sedang berada di dalam kelas saat berlangsung pelajaran, usahakan simak setiap penjelasan dengan seksama, dan minta izin ketika hendak menanyakan sesuatu yang ia rasa masih belum dipahami.

Dan tidak kalah penting jua, hendaknya tidak berbisik-bisik atau berisik dikelas kala sang guru sedang mengajar, apalagi asyik bermain dengan gadget. Namun belakangan ini, keadaan sebuah kelas sudah amat memprihatinkan, yang seharusnya murid fokus dengan pelajaran, malah sibuk dengan hiburan yang ada di genggaman.

Selain itu, juga sering kita dapati pemandangan, baik di media maupun secara langsung, mahasiswa-mahasiwa mengekspresikan unek-uneknya sambil berdemo. Dan tidak jarang demo berakhir dengan kisruh dan pengrusakan fasilitas publik. Beginikah adab dari seorang pelajar? Jika menilik dari uraian sebelumnya tentu jauh sekali dari yang namanya beradab, berbincang2 dalam kelas saja ketika guru sedang memberi penjelasan sudah dikatakan tidak beradab, apalagi berdemo sambil teriak2 merongrong kampus.

Melihat berbagai fenomena seperti demikian, sudah barang tentu ada hal-hal yang perlu untuk diperbaiki dalam dunia pendidikan ini. Sebab, pendidikan bukan hanya untuk menciptakan generasi yang pintar, tapi harus melahirkan generasi yang beradab dan berakhlak mulia.

Jika kita alihkan perhatian ke dunia pesantren atau dayah, belum pernah di dapati ada santri yang mendemo kyai, biarpun berada dalam keterbatasan, namun hal itu diterima dengan lapang dada tanpa menggugat para pimpinan dengan cara-cara yang tak beradab. Melihat fakta ini, mungkin kita bertanya, apa yang membuat dunia pesantren adem? maka jawabannya adalah adab. Sebab, ketika adab hilang maka akan munculkan tindakan-tindakan yang biadab.

Penting untuk disadari, berkah dan bermanfaatnya sebuah ilmu tidak terlepas dari sikap menjaga adab dengan pemilik ilmu, yakni sang guru.

Berbicara Tentang Hidayah

Oleh: Tia Fitriani Arif*

Hidayah merupakan perkara yang paling penting dalam kehidupan manusia. Betapa tidak, hidayah adalah sebab utama keselamatan dan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Sehingga barangsiapa yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala untuk meraihnya, maka sungguh dia telah meraih keberuntungan yang besar dan tidak akan ada seorangpun yang mampu mencelakakannya.

Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)” (QS al-A’raaf:178)

Hidayah  adalah sebuah petunjuk yang Allah Ta'ala berikan kepada manusia. Sebuah hidayah tidak  bisa  kita dapatkan dengan bgitu saja, kita harus berusaha mencari  hidayah tersebut jangan lah hanya menunggu datngnya sebuah hidayah.

Imam Ibnu Katsir berkata: “kalaulah bukan karena kebutuhan seorang mukmin di siang dan malam untuk memohon hidayah maka Allah tidak akan memerintahkan hal itu kepadanya. Karena sesungguhnya seorang hamba di setiap waktu dan keadaan sangat membutuhkan (pertolongan) Allah Ta’ala untuk menetapkan dan meneguhkan dirinya di atas hidayah-Nya, juga membukakan mata hatinya, menambahkan kesempurnaan dan keistiqamahan dirinya di atas hidayah-Nya.

Sungguh seorang hamba tidak memiliki (kemampuan memberi) kebaikan atau keburukan bagi dirinya sendiri kecuali dengan kehendak-Nya, maka Allah Ta’ala membimbingnya untuk (selalu) memohon kepada-Nya di setiap waktu untuk menganugerahkan kepadanya pertolongan, keteguhan dan taufik-Nya. Oleh karena itu, orang yang beruntung adalah orang yang diberi taufik oleh Allah Ta’ala.

* Pelajar dari Kabupaten Bengkalis

Ingin berkontribusi sebagai penulis? kirim tulis terbaik anda ke hadissoft[at]gmail[dot]om

Khutbah Jumat: Jauhi Perbuatan Sia-Sia

الحمد لله, الحمد لله الذى خلق الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله.  اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين. اما بعد فياأيهاالحاضرون اتقوالله, اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون, وقال الله تعالى وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“…Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (al-Baqarah:195)

Alhamdulillah, pada hari yang mulia ini kita masih berada pada momen tahun baru hijriyah 1438 H. Mengingat bulan ini adalah bulan baru dan tahun yang baru pula, maka sudah sepatutnya kita membuka lembaran baru, serta meninggalkan segala perkara yang tidak memberi manfaat bagi kehidupan akhirat maupun dunia. Seseorang dianggap telah baik keislamannya jika ia telah menjauhkan diri dari hal yang sia-sia. Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan dalam sebuah hadist:
 
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ    حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا
Dari Abi Hurairah, Rasulullah telah bersabda, sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya. (HR. Tarmizi) Matan Arbain-12
 
Dari hadis ini, secara tidak langsung Rasulullah mengajak kita untuk berfikir dulu sebelum bertidak, bukan bertindak dulu baru berfikir kemudian. Sebab, sebuah tindakan tanpa perencanaan maka akan berakhir kepada kesia-siaan lantaran tidak adanya kejelasan tujuan dan maksud.

Kaum muslimim sidang jamaah jumat yang mulia.

Beranjak dari sini, maka jelaslah kenapa setiap ibadah yang disyariatkan selalu dimulai dengan niat sebagai rukun pertamanya. Niat adalah bagian dari perencanaan, tanpa niat maka tidak sah ibadah, rusak niat dipertengahan maka rusak pula ibadah tersebut. Demikian juga dengan segala perbuatan yang lain, harus dimulai dengan niat yang bagus dan semata-mata karena Allah Ta'ala.
Dalam hadist tadi juga memberi pemahaman bagi kita agar setiap Muslim bersungguh-sungguh terhadap hal yang bermanfaat bagi mereka. Maka seseorang dianggap telah baik keislamannya jika meninggalkan pekerjaan yang tidak bermanfaat, baik itu berupa perbuatan maupun perkataan.

jika kita renungkan, pada dasarnya seluruh ajaran yang ada dalam islam mengajarkan kita agar hidup dalam keteraturan dan menjauhkan diri dari sikap sia-sia. Karenanya, tidak mengherankan ketika kita dapati kata-kata tertib dalam setiap rukun ibadah. jika kita hubungankan dengan hadist Nabi di atas tadi, nilai-nilai tertib yang ada pada ibadah, seharusnya menjadi pembelajaran penting bagi kita agar hidup lebih teratur sehingga terbebas dari sikap yang sia-sia.

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah.

Di awal tahun baru ini marilah kita berbenah, mulailah dari hal yang paling sederhana. misalkan saja seperti menghilangkan rintangan yang ada pada jalan, sebagaimana yang Nabi katakan "membuang duri dari jalan termasuk bagian dari sedekah". Senada dengan itu dalam kesempatan lain Rasulullah juga bersabda:
 
وعن ابي سعيد الخدر رضي الله عنه عن النبي ص.م قال : ايّاكم والجلوس في الطرقات, قالوا : يا رسول الله ما لنا من مجالسنا بدّ نتحدّث فيها, ققال رسول الله ص.م : فاذا ابيتم الاّ المجلس فاعطوا الطّريق حقّه, قالوا : وما حقّ الطّريق يا رسول الله ؟ قال : غضّ البصر, وكفّ الاذي, وردّ السّلام, والامر بالمعروف, والنّهي عن المنكر, (رواه البخاري و مسلم(
 
Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri r.a, bahwasanya Nabi saw. pernah bersabda, "Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan."Para sahabat berkata, "Ya Rasulullah, kami duduk di situ untuk mengobrol, kami tidak bisa meninggalkannya. "Beliau bersabda, "Jika kalian tidak mau meninggalkan tempat itu maka kalian harus menunaikan hak jalan." Para sahabat bertanya, "Apa hak jalan itu ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Menundukkan pandangan, membuang hal-hal yang mengganggu di jalan, menjawab salam, memerintahkan perkara ma'ruf, dan melarang perbuatan mungkar," (H.R. Bukhari dan Muslim).

Kaum muslimim sidang jamaah jumat yang mulia.

Jalanan yang ada pada masa Rasulullah sudah barang tentu tidak sama dengan jalan beraspal seperti umumnya kita lihat sekarang, namun sudah jauh-jauh hari beliau mewanti-wanti agar memberikan hak bagi setiap pengguna jalan. Termasuk dalam katagori memberi hak bagi pengguna jalan adalah membuang hal-hal yang mengganggu yang ada pada jalan tersebut. Namun budaya yang ada pada tempat kita dewasa ini malah terjadi yang sebaliknya, ketika jalanan sudah bagus rapi teraspal, sudah enak untuk dilalui malah dipasang polisi tidur dengan alasan supaya tidak ada yang kebut-kebutan, jika memang alasannya demikian untuk apa diperbaiki, toh biarkan saja rusak karena sudah barang tentu tidak ada yang akan ngebut dijalanan yang rusak.

Dalam hadist sudah nabi jelaskan bagimana etika dalam menggunakan jalan, pengendara punya hak terhadap jalan, demikian juga yang berada disamping jalan juga punya hak. Sebagaimana yang nabi katakan, adab orang-orang yang duduk dipinggir jalan adalah menjawab salam, ini menandakan bahwa pengendara harus mendahului memberi salam bagi yang berada disamping jalan. Jika masing-masing pihak mengerti hak dan kewajiban maka insyaAllah tidak adalagi pengendara yang kebut-kebutan sehingga tidak perlu adanya pemasangan polisi tidur.

Dan penting untuk kita sadari juga, bahwa kebebasan kita terikat dengan kebebasan orang lain, sebagai contoh, kita berhak dan bebas untuk kentut namun orang lain juga berhak untuk menghirup udara yang segar, sehingga kurang beradap ketika kentut sembarangan terutama pada tempat yang banyak orang.

Wallahu A'lam

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْ 

Book Fair Saintek

BOOK FAIR SAINTEK, berkerjasama dengan Bandar Buku, kegiatan ini berlangsung dari tanggal 10 s.d. 12 Oktober 2016 bertempat di komplek Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry.

Kegiatan tersebut mengusung tema: Aceh "Merdeka" dengan Membaca, dengan semakin memperkaya bacaan akan merdeka pikiran dari kebodohan.

Acara ini didukung oleh Perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry, hadissoft. Corp, catatanfiqih.com, dan Aceh Library Consultant.