Oleh: Tgk. H. Muhammad (*)
Perkara iman merupakan hal terpenting dalam kehidupan seorang muslim, sebab keimananlah yang menjadi faktor penentu terhadap nasib seorang hamba baik di dunia maupun di akhirat. Keimanan merupakan wasilah untuk memperoleh rahmat dari Allah Ta’ala berupa syurga, dan sebaliknya, murka Allah akan diberikan bagi hamba-hambanya yang tidak beriman.
Kadangkala keimanan dalam dada bisa menjadi surut, sebenarnya hal ini sudah dimaklumi karena ada banyak nash yang membahas perihal bertambah dan berkurangnya iman.
Selain itu, tingkatan-tingkatan keimanan pun ada yang membagi menjadi level mukhlis, muttaqin, muhsin, mukmin dan muslim. Semua ini menunjukkan bahwa level keimanan tidak berada dalam satu martabat, ini menandakan bahwa iman bisa bertambah dan berkurang.
Mengenai bertambah dan berkurangnya keimanan, dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda:
"Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah." (HR Ibn Hibban)
Jika direnungkan secara mendalam, setidaknya ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap melemahnya keimanan, yaitu:
1. Minimnya Ilmu Pengetahuan
Ketika kaum muslimin telah mulai jauh dari ilmu dan tidak lagi mau menuntutnya, maka ia akan semakin jauh dari agama Allah Subhanahu wa Ta’aala.
Ilmu akan membuat seseorang mulia, akan membuat seseorang takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’aala dalam al-Qurân:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
"Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah adalah orang-orag yang berilmu (para ulama). (QS Surat Fathir: 28)
Ilmu mengenal Allah akan melahirkan sifat takut terhadap Allah. Sifat takut ini akan membawanya untuk meninggalkan larangan Allah dan istiqamah diatas agama Allah. Sementara kebodohan bisa menjerumuskan manusia kepada kesesatan dan kekafiran tanpa ia sadari dan orang yang berilmu lebih ditakuti syetan daripada seratus ahli ibadah.
2. Pengaruh Lingkungan
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda,
“Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium bau wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap”. (HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadis di atas, Rasullah mengajarkan supaya kita tidak terseret kepada situasi yang rusak di lingkungan kita. Lingkungan yang baik insyaAllah juga akan memberi pengaruh yang baik, dan sebaliknya lingkungan yang buruk bisa berakibat buruk jika tidak sanggup untuk melawan arus yang ada.
Kita harus memiliki keberanian untuk meninggalkan lingkungan yang membuat kita jauh dari Allah Swt. Dan pergi sejauh mungkin dari lingkungan yang malah menjerumuskan kita kepada kemaksiatan, kemunafikan atau kekufuran.
Tidak perlu ragu untuk keluar dari tempat kerja yang dipenuhi oleh perbuatan dosa yang tidak mampu kita lawan atau kita perbaiki. Dan tidak perlu takut kehilangan penghasilan, yakinlah sesungguhnya Allah Swt Maha Penjamin Rezeki. Jika orang kafir saja Allah Ta’ala jamin rezekinya, apalah lagi kita yang mengimani Allah Swt dan senantiasa berupaya menghindari kemaksiatan dan dosa.
3.Fakir
Mengutip perkataan Imam al-Ghazali yang menerangkan bahwa kefakiran mendekatkan untuk terjerumus ke dalam kekufuran, Al-Munawi dalam Faidhul Qadir menuliskan, "Karena kefakiran (kemiskinan) menyebabkan orang untuk hasud kepada orang kaya. Sedangkan hasud akan memakan kebaikan. Juga karena kemiskinan mendorongnya untuk tunduk kepada mereka dengan sesuatu yang merusak kehormatannya dan membuat cacat agamanya, dan membuatnya tidak ridha kepada qadha' (ketetapan Allah) dan membenci rizki. Yang demikian itu jika tidak menjadikannya kufur maka itu mendorongnya ke sana. Karenanya Rasulullah saw dalam sebuah doa memohon perlindungan dari kefakiran dan kekufuran.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ
"Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kefakiran dan kekufuran serta adzab kubur." (HR. Abu Dawud, Al-Nasai, dan Ahmad)
Namun demikian, kefakiran bukanlah sesuatu yang buruk dan tercela. Karena sesungguhnya kaya-miskin merupakan ketentuan Allah. Dia melapangkan rizki kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Begitu juga sebaliknya, menyempitkan rizki dan membatasinya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia sengaja membuat perbedaan itu dengan hikmah yang Dia ketahui.
Untuk itu, umat islam harus kuat secara ekonomi, dan menyalurkan zakat kepada setiap mustahiknya, sehingga dengan demikian akan terjembatani antara orang kaya dan miskin, dan menghilangkan kesenjangan sosial antara keduanya.
(*) Khutbah Jumat
Khatib: Tgk. H. Muhammad, Ketua MPU Aceh Besar
Tempat: Mesjid Raya Baiturrahman - Aceh
Tanggal: 21 April 2017
COMMENTS