Sujud Syukur ala Pemain Bola

Prancis kembali mengukir sejarah setelah mengalahkan Kroasia 4-2 dalam event piala dunia. Dalam cuplikan video perayaan kemenangan timnas Prancis setelah ditiupnya peluit tanda berakhir pertandingan terlihat ada pemain Muslim Prancis yang melakukan sujud syukur seperti yang dilakukan oleh Paul Pogba dan Djibrile Sidibe.

Yang menimbulkan pertanyaan adalah, apakah boleh melakukan sujud syukur dalam keadaan seperti itu, dimana para pemain tersebut tidak memakai pakaian yang menutupi aurat, atau bahkan jangan-jangan wudhu pun tidak ada?. Beranjak dari sini tidak boleh bagi kita ikut-ikutan langsung sujud syukur tatkala mendapat nikmat karena meniru pemain bola, ibadah harus beranjak atas dasar ilmu pengetahuan, bukan sekedar ikut-ikutan.

Jika dikaji berdasarkan pandangan ulama dari kalangan mazhab Malikiyah, pelaksanaan sujud syukur boleh dilakukan meski tidak memenuhi syarat-syarat sahnya shalat, dimana dalam shalat mestilah suci dari hadast besar maupun kecil, juga menutup aurat.

Dalam pandangan mazhab malik, inti dari sujud syukur adalah spontanitas begitu mendapati sesuatu yang membahagiakan atau menggembirakan. Dan kalau 'kejutannya' sudah terlewat lama, karena harus berwudhu atau mandi janabah terlebih dahulu, maka tidak ada sujud syukur lagi. Sehingga menurut mazhab ini tidak mensyaratkan sujud syukur dengan suci dari hadats atau najis.

Sementara Mazhab Asy-Syafi'iyah dan mazhab Al-Hanabilah mensyaratkan pelaksanaan sujud syukur sama dengan syarat shalat, yaitu : suci dari najis, suci dari hadast kecil maupun besar, menghadap kiblat dan menutup aurat. Sehingga dalam pandangan mazhab ini tidak lantas serta-merta langsung sujud syukur tatkala memperoleh kegembiraan atau nikmat, tapi harus berwudhu terlebih dahulu, memakai pakaian yang suci dan menutup aurat serta menghadap kiblat.

Tuntunan Ketika Hujan, Petir, dan Angin Kencang

Hujan, angin, dan petir merupakan fenomena alam yang merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Ta'ala. Gejala-gejala alam ini terkadang menimbulkan rasa cemas jika terjadi dalam intensitas yang berlebihan, hal ini karena tidak jarang hujan lebat terkadang menimbulkan banjir, angin kencang pun juga terkadang menimbulkan masalah yang luar biasa. Karenanya, mari ikuti tuntunan dari Rasulullah ketika hal itu terjadi. Berikut petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam saat mendung, hujan, petir dan setelah hujan.

1. Doa Ketika mendung dan langit diselimuti awan hitam

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذ بِكَ مِنْ شَرّ مَا فِيْه

“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari keburukan yang terkandung di dalam awan ini.” (HR. Bukhari)

2. Do’a Ketika Hujan Pertama Kali Turun

اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً


“Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat.” (HR. Bukhari)

3. Do’a Ketika Hujan Turun Dengan Sangat Lebat

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, namun jangan untuk menghancurkan dan merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.” ( HR. Bukhari)

4. Do’a Ketika Angin Bertiup Kencang

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أرسلت بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أرسلت بِهِ.

“Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin (ribut ini), dan kebaikan apa yang ada di dalamnya dan kebaikan dari tujuan angin itu dihembuskan. Dan Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan angin ini, dan kejahatan apa yang ada di dalamnya dan kejahatan dari tujuan angin itu dihembuskan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Ketika Mendengar Petir

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمِدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِه

“Maha Suci Allah yang halilintar/petir bertasbih dengan memujiNya, begitu juga para malaikat, karena takut kepada-Nya.”

6. Ketika Hujan Berhenti

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ

“Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.” (Muttafaq ‘alaih)


Biografi Abu Ulee Titi

Al-mukarram Abu. H. Athaillah lshak Al-Amiry merupakan sosok ulama kharismatik Aceh Besar. Pimpinan Dayah Ulee Titi yang akrab dikenal dengan Abu Ulee Titi ini lahir pada tahun 1955, beliau merupakan putra keempat dari pasangan Abu. H. Ishak Al-Amiry bin lsmail dan Ummi Ashimah Binti Sulaiman.
Silsilah keilmuan Abu Ulee Titi berawal dari belajar dengan Ayahandanya lalu dilanjutkan ke Dayah BUDI Lamno, Aceh Jaya, dan Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah, Bireun. Saat di Darul Ulum Tanoh Mirah, beliau belajar langsung pada Abon tanoh merah (Tgk. H. Abdullah).
Dalam memimpin dayah, Abu Ulee Titi selalu Mengedepankan Kedisiplinan bagi seluruh guru dan santri. Dayah yang berlokasi di jalan Sultan Iskandar muda ini mengemban misi menciptakan generasi muslim yang beraqidah ahlussunnah wal jamaah, berakhlakul karimah dan mampu menjawab tantangan perkembangan zaman dengan nilai-nilai keislaman.
Salah satu karakteristik Dayah ulee Titi adalah menghasilkan kelulusan yang berkarakter layaknya tokoh sufi terdahulu. Sufi yang bercirikan lemah lembut dalam bertutur, Wara' dalam bersikap, dan sederhana dalam berpenampilan.
Disadur dari status FB Syamsued Dzhuha

Tiga Syarat Taubat

Syarat Taubat

Pertama, menjauhkan diri dari maksiat yang telah terlanjur ia kerjakan. 

Kedua, menyesali setiap dosa yang telah dilakukannya. 

Ketiga,mempunyai keinginan yang kuat untuk tidak kembali mengulangi berbuat dosa.

#taubat
#insaf
#catatanfiqih
#motivasi
#quotes

More >> Syarat Taubat

Jangan Buka Aib Saudaramu


Oleh: Hendri Julian Ibrahim

"Guru... itu gadis yang bulan lalu diarak warga karena kedapatan mesum dengan pemuda kampung sebelah." Dari pematang sawah jarinya menunjuk ke jalanan setapak.

"Plak..." Seketika telapak tangan mendarat di pipinya. Ia pun terkejut tak karuan.

"Ambil ini! Pukul aku jika engkau marah!" Sang guru menyodorkan gagang cangkul.

Seketika wajahnya memerah. Suasana hening.

"Pukul aku! Allah saja sudah menutup aibnya. Mengapa engkau membukanya kepadaku."

"Guru..."

"Salahku sebagai guru karena tak betul dalam mendidik. Pukul! Pukul! Ambil ini!" Suaranya meninggi ditambah tetesan bening membasahi pipinya.

"Maafkan saya guru." Dipeluknya jasad tua itu yang mulai keriput. Tangisannya mendesak parau dengan rasa takut.
"Wahai anakku. Ketahuilah... Man Satara musliman Satarahullahu yaumal Qiyamah. Siapapun yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di akhirat kelak. Siapa di antara kita di dunia ini yang tidak memiliki aib? Tidak ada. Semua kita memiliki aib. Hanya saja Allah menutupnya."
Wajahnya pucat pasi. Suara tangis sang murid meninggi diiringi nyanyian katak di tengah sawah. Dipandangnya tangan sang guru yang mulai gemetar.

"Duduklah di sini!" Seret lembut sang guru menggenggam tangan mungil itu ke ujung balai bambu tua.

***

"Alkisah..." Sang guru mulai bercerita dengan wajahnya memandang langit. Tadahnya seakan memberi isyarat agar air mata itu terus mendekam di relung sana.

Dahulu di negeri Yaman ada seorang lelaki yang shalih, alim dan sangat disegani di kampungnya. Ia dijodohkan dengan seorang gadis yang cantik, jelita dan juga santun.

Awal rumah tangga mereka sangat indah. Makan bersama, minum segelas berdua, dan hidup seakan begitu indah saat cabang bayi mulai bersarang di rahim sang istri.

Boleh dikatakan hidup mereka tentram. Hingga pada suatu hari. Tibalah masa melahirkan sang istri. Terjadilah sebuah masalah. Sang istri melahirkan terlalu cepat. Namun kata dokter usia kandungan pas sembilan bulan, sedang pernikahan mereka baru masuk tujuh bulan.

Dengan perasaan bersalah, sang istri mengakui bahwa ia telah tidur dengan lelaki lain sebelum menikah dengannya. Namun sang laki-laki itu lari.

Tak tahu harus marah kepada siapa. Pikiran sang suami berkecamuk. Di satu sisi ia sangat benci kepada pengakuan sang istri. Di sisi lain ia juga sangat mencintai sang istri dengan akhlaknya setelah menikah.

Ia keluar dari rumah. Digerainya sajadah di tengah mesjid. Shalatlah ia mencari petunjuk.

"Ya Allah... Ya Allah." Lisannya terus menari-nari memohon arah.

Saat ia pulang. Dilihatnya sang bayi tertidur dengan mungilnya. Rasa ibanya muncul. Dilihatnya sang istri. Berperanglah isi hatinya.

"Baiklah... sudah kuputuskan. Kau tak akan kuceraikan. Tapi anak ini bukan anakku. Karena secara hukum syar'i ia memang bukan darah dagingku. Tidak menerima warisanku dan tidak menggantung pada nama besarku. Tidak ada Bin pada dirinya, karena ia adalah anak zina. Nasabnya hanya pada dirimu sebagai ibunya. Dan selamanya ia tak memiliki Ayah."

Sang istri terisak. Suaranya parau tak sanggup mengeluarkan nada.

"Tapi sebagai orang yang beragama. Aku tak akan membuka aibmu. Kau berubahlah. Jangan kembali kepada masa lalumu." Ucap sang suami dengan hati remuk.

Keesokan paginya saat shalat subuh. Diambilnya sang bayi tanpa pengetahuan sang istri. Dimasukkannya kedalam sebuah kotak kardus. Sengaja ia datang terlambat ke mesjid agar tak ada yang melihatnya. Ia ingin meletakkan kardus itu di pelataran mesjid.

"Assalamu'aikum warahmatullah... Assalmu'laikum warahmatullah..."

Seketika ia bangun dari jamaah dan Langkahnya cepat menuju pelataran mesjid. Diambilnya kotak itu kembali.

"Aku menemukan seorang bayi... Aku menemukan seorang bayi..." soraknya keras hingga kemudian dihampiri semua jamaah mesjid.

"Allahu Akbar... Anak siapa ini?" Jamaah saling berebut tanya ingin memastikan.

***

Singkat cerita. Setelah musyawarah panjang di dalam mesjid. Diambillah sebuah kesimpulan.

"Sebagaimana mana dalam Bab Luqathah. Maka yang berhak mengadopsi ini adalah saya. Karena yang menemukannya pertama kali adalah saya." Ucap sang suami tadi kepada seluruh jamaah.

Dibawanya pulang anak tersebut. Hingga pada akhirnya, semua masyarakat di kampung menganggap anak tersebut bukan darah dagingnya. Namun ia hanya sebagai ayah angkat saja. Sebagai adobsi dari hasil temuannya.

Niat mulianya tercapai. Aib istrinya tak terbongkar. Anak itupun dibesarkan olehnya dengan tanpa menisbatkan anak itu sebagai anaknya.

***

Usai cerita murid pun memohon maaf kepada sang guru. Dan ia berjanji tak akan lagi membuka aib orang lain.

"Jika kamu tak mampu menjadi seperti lelaki tadi. Minimal jagalah lisanmu wahai anakku."

"Insyaallah guru."

"Lisan itu konsekuensinya bukan hanya akhirat saja, tapi di dunia juga. Sah tidak sahnya sesuatu sangat terkait lisan. Jual beli, aqad nikah, cerai, dhihar, li'an, bahkan shalat pun demikian."

***
Note : Diceritakan kembali dengan hiperbola yang over. Diambil dari kisah yang diceritakan oleh Syeikh Daud ar-Rifai Yordania saat pelajaran Fiqh Syafi'i dan beliau mendengar dari Syeikh Salim Khatib Yaman.

Yakinlah, Ada Dua Kemudahan Dibalik Suatu Kesulitan

Tuhan menghadirkan masalah agar manusia bisa belajar dan menjadi lebih baik. Sementara terus menerus berada pada zona nyaman hanya akan membuat kita terlena dengan kenyamanan sehingga tidak siap ketika menghadapi cobaan. Ketika ada sebuah kesulitan datang menghampiri, maka yakinlah dibalik itu bakal ada dua kemudahan, dalam Kalam-Nya Allah Ta'ala telah berfirman: "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. " (QS. al-Asrah : 5-6)

Readmore > dua kemudahan