Jangan Buka Aib Saudaramu


Oleh: Hendri Julian Ibrahim

"Guru... itu gadis yang bulan lalu diarak warga karena kedapatan mesum dengan pemuda kampung sebelah." Dari pematang sawah jarinya menunjuk ke jalanan setapak.

"Plak..." Seketika telapak tangan mendarat di pipinya. Ia pun terkejut tak karuan.

"Ambil ini! Pukul aku jika engkau marah!" Sang guru menyodorkan gagang cangkul.

Seketika wajahnya memerah. Suasana hening.

"Pukul aku! Allah saja sudah menutup aibnya. Mengapa engkau membukanya kepadaku."

"Guru..."

"Salahku sebagai guru karena tak betul dalam mendidik. Pukul! Pukul! Ambil ini!" Suaranya meninggi ditambah tetesan bening membasahi pipinya.

"Maafkan saya guru." Dipeluknya jasad tua itu yang mulai keriput. Tangisannya mendesak parau dengan rasa takut.
"Wahai anakku. Ketahuilah... Man Satara musliman Satarahullahu yaumal Qiyamah. Siapapun yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di akhirat kelak. Siapa di antara kita di dunia ini yang tidak memiliki aib? Tidak ada. Semua kita memiliki aib. Hanya saja Allah menutupnya."
Wajahnya pucat pasi. Suara tangis sang murid meninggi diiringi nyanyian katak di tengah sawah. Dipandangnya tangan sang guru yang mulai gemetar.

"Duduklah di sini!" Seret lembut sang guru menggenggam tangan mungil itu ke ujung balai bambu tua.

***

"Alkisah..." Sang guru mulai bercerita dengan wajahnya memandang langit. Tadahnya seakan memberi isyarat agar air mata itu terus mendekam di relung sana.

Dahulu di negeri Yaman ada seorang lelaki yang shalih, alim dan sangat disegani di kampungnya. Ia dijodohkan dengan seorang gadis yang cantik, jelita dan juga santun.

Awal rumah tangga mereka sangat indah. Makan bersama, minum segelas berdua, dan hidup seakan begitu indah saat cabang bayi mulai bersarang di rahim sang istri.

Boleh dikatakan hidup mereka tentram. Hingga pada suatu hari. Tibalah masa melahirkan sang istri. Terjadilah sebuah masalah. Sang istri melahirkan terlalu cepat. Namun kata dokter usia kandungan pas sembilan bulan, sedang pernikahan mereka baru masuk tujuh bulan.

Dengan perasaan bersalah, sang istri mengakui bahwa ia telah tidur dengan lelaki lain sebelum menikah dengannya. Namun sang laki-laki itu lari.

Tak tahu harus marah kepada siapa. Pikiran sang suami berkecamuk. Di satu sisi ia sangat benci kepada pengakuan sang istri. Di sisi lain ia juga sangat mencintai sang istri dengan akhlaknya setelah menikah.

Ia keluar dari rumah. Digerainya sajadah di tengah mesjid. Shalatlah ia mencari petunjuk.

"Ya Allah... Ya Allah." Lisannya terus menari-nari memohon arah.

Saat ia pulang. Dilihatnya sang bayi tertidur dengan mungilnya. Rasa ibanya muncul. Dilihatnya sang istri. Berperanglah isi hatinya.

"Baiklah... sudah kuputuskan. Kau tak akan kuceraikan. Tapi anak ini bukan anakku. Karena secara hukum syar'i ia memang bukan darah dagingku. Tidak menerima warisanku dan tidak menggantung pada nama besarku. Tidak ada Bin pada dirinya, karena ia adalah anak zina. Nasabnya hanya pada dirimu sebagai ibunya. Dan selamanya ia tak memiliki Ayah."

Sang istri terisak. Suaranya parau tak sanggup mengeluarkan nada.

"Tapi sebagai orang yang beragama. Aku tak akan membuka aibmu. Kau berubahlah. Jangan kembali kepada masa lalumu." Ucap sang suami dengan hati remuk.

Keesokan paginya saat shalat subuh. Diambilnya sang bayi tanpa pengetahuan sang istri. Dimasukkannya kedalam sebuah kotak kardus. Sengaja ia datang terlambat ke mesjid agar tak ada yang melihatnya. Ia ingin meletakkan kardus itu di pelataran mesjid.

"Assalamu'aikum warahmatullah... Assalmu'laikum warahmatullah..."

Seketika ia bangun dari jamaah dan Langkahnya cepat menuju pelataran mesjid. Diambilnya kotak itu kembali.

"Aku menemukan seorang bayi... Aku menemukan seorang bayi..." soraknya keras hingga kemudian dihampiri semua jamaah mesjid.

"Allahu Akbar... Anak siapa ini?" Jamaah saling berebut tanya ingin memastikan.

***

Singkat cerita. Setelah musyawarah panjang di dalam mesjid. Diambillah sebuah kesimpulan.

"Sebagaimana mana dalam Bab Luqathah. Maka yang berhak mengadopsi ini adalah saya. Karena yang menemukannya pertama kali adalah saya." Ucap sang suami tadi kepada seluruh jamaah.

Dibawanya pulang anak tersebut. Hingga pada akhirnya, semua masyarakat di kampung menganggap anak tersebut bukan darah dagingnya. Namun ia hanya sebagai ayah angkat saja. Sebagai adobsi dari hasil temuannya.

Niat mulianya tercapai. Aib istrinya tak terbongkar. Anak itupun dibesarkan olehnya dengan tanpa menisbatkan anak itu sebagai anaknya.

***

Usai cerita murid pun memohon maaf kepada sang guru. Dan ia berjanji tak akan lagi membuka aib orang lain.

"Jika kamu tak mampu menjadi seperti lelaki tadi. Minimal jagalah lisanmu wahai anakku."

"Insyaallah guru."

"Lisan itu konsekuensinya bukan hanya akhirat saja, tapi di dunia juga. Sah tidak sahnya sesuatu sangat terkait lisan. Jual beli, aqad nikah, cerai, dhihar, li'an, bahkan shalat pun demikian."

***
Note : Diceritakan kembali dengan hiperbola yang over. Diambil dari kisah yang diceritakan oleh Syeikh Daud ar-Rifai Yordania saat pelajaran Fiqh Syafi'i dan beliau mendengar dari Syeikh Salim Khatib Yaman.

COMMENTS

Name

akhlaq,6,Aqidah,25,Berita,2,biografi,19,Buku,11,dakwah,46,Dayah,11,Doa,12,Download,11,Dunia Muslim,18,ebook,11,Fiqih,114,gerhana,15,Ibadah,44,Infografik,7,Islam,61,jamaah,1,Jinayah,1,Jumat,41,khutbah,41,Kisah,20,LGBT,1,Masjid,15,Mazhab,1,Motivasi,209,Muamalah,12,Nikah,55,PELAJAR,5,Perpustakaan,34,Puasa,12,quote,3,quran,2,qurban,1,Ramadhan,12,santri,13,sejarah,24,Shalat,18,Syar'i,1,Tafsir,8,Tarawih,26,Thaharah,5,tokoh,11,Ulama,2,Video,56,Warisan,11,
ltr
item
Catatan Fiqih: Jangan Buka Aib Saudaramu
Jangan Buka Aib Saudaramu
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirWGIdO6GhOL8WgE4xW213dFsylmqfJuJR1T113Yv5EWzQyMN2U2B-YcVwQPolE738m3lamGw3ke0POCjCbQd8Xn7MbW6h3FlBX7hY1M3W_wAVQ6INoQAjApkRozz0Njfs9YeeNP5awVU/s640/36690414_10209579174635519_4693025573662883840_o.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirWGIdO6GhOL8WgE4xW213dFsylmqfJuJR1T113Yv5EWzQyMN2U2B-YcVwQPolE738m3lamGw3ke0POCjCbQd8Xn7MbW6h3FlBX7hY1M3W_wAVQ6INoQAjApkRozz0Njfs9YeeNP5awVU/s72-c/36690414_10209579174635519_4693025573662883840_o.jpg
Catatan Fiqih
https://www.catatanfiqih.com/2018/07/jangan-buka-aib-saudarmu.html
https://www.catatanfiqih.com/
https://www.catatanfiqih.com/
https://www.catatanfiqih.com/2018/07/jangan-buka-aib-saudarmu.html
true
7393550621511658776
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content