Dalam catatan sejarah yang ditulis oleh seorang penjelajah dunia muslim pada abad pertengahan, Ibnu Bathuthah (1304-1368M) yang beliau beri judul "Tuḥfatun Nuẓẓār fī Gharāʾibil Amṣār wa ʿAjāʾibil Asfār" setebal 797 halaman, ia menceritakan kisah perjalanannya ke Aceh dan pertemuannya dengan Sulthan Malik Az-Zahir, Raja Samudera Pasai dalam satu bab yang berjudul "Cerita tentang Raja di Jawi (Indonesia)", karena saat itu wilayah Indonesia lebih dikenal dengan nama Jawi.
Ibnu Bathuthah mengisahkan bahwa Sang Sultan merupakan seorang Raja Muslim yang menerapkan hukum berdasarkan mazhab syafi'i dalam negerinya, beliau sangat mencintai para fuqaha (ahli fiqih) dan penduduk negeri beliau juga bermazhab syafi'i.
Aceh dan Mazhab Syafi'i
Berikut petikan dari catatan Ibnu BathuthahKutipan Kitab Rihlah Ibnu Bathuthah hal. 630 |
terjemahan;
"Ia adalah Sulthan Malik Az-Zahir, salah seorang raja yang agung dan mulia. Ia bermazhab Syafi'i dan sangat mencintai Para Fuqaha'. Mereka (Para Fuqaha') hadir ke majlisnya untuk membaca kitab dan berdiskusi. Ia juga sering berjihad, rendah diri dan pergi untuk menunaikan shalat jumat dengan berjalan kaki. Penduduk negerinya bermazhab Syafi'i dan suka berjihad yang keluar bersamanya secara suka rela. Mereka memenangkan pertarungan dengan orang-orang kafir sehingga orang-orang kafir harus membayar pajak untuk solusi damai."
(Dikutip dari Kitab Tuḥfatun Nuẓẓār fī Gharāʾibil Amṣār wa ʿAjāʾibil Asfār, Cet. Dar Ihya al-Ulum, hal. 630)
Berdasarkan penuturan dari Ibnu Bathuthah tersebut, dari sejak dulu kaum Muslimin di Aceh telah terbiasa hidup damai dalam kultur fiqih mazhab Syafii dengan aqidah Ahlussunnah Waljamaah. Dan sejak dulu pula para ulamanya juga sangat menghargai tradisi-tradisi baik yang berjalan di tengah-tengah masyarakat, jauh dari sikap saling mengkafirkan dan membid'ahkan.
Semoga saja kondisi ini dapat terus dipertahankan, sehingga kita mewariskan Aceh kepada generasi yang akan datang masih dalam konsep yang sama sebagaimana diwariskan oleh ulama-ulama sebelumnya, konsep yang telah membawa Aceh ke puncak kekayaan.
Sumber: Facebook Tgk. Iqbal Jalil
COMMENTS