Adab dalam Rumah Tangga bag. 2

Dinukil dari kitab Al Adab Fid Din karya Imam Ghazzali

ﺃَﺩَﺍﺏُ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻣَـﻊَ ﻧَﻔْــﺴِـﻪِ :
ﻟُــﺰُﻭﻡِ ﺍﻟﺠُــﻤْﻌَـﺔِ ﻭَﺍﻟﺠَــﻤَـﺎﻋَـﺓِ ، ﻭَﻧَﻈَــﺎﻓَـﺔُ ﺍﻟﻤَــﻠْﺒَﺲِ ، ﻭَﺇﺩَﺍﻣَــﺔُ ﺍﻟﺴِـﻮَﺍﻙِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳَـﻠْﺒَﺲِ ﺍﻟﻤَﺸْــﻬُﻮﺭِ ، ﻭَﻟَﺎ ﺍﻟﻤَــﺤْﻘُـﻮﺭِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻄِــﻴﻞُ ﺛِــﻴَـﺎﺑُـﻪُ ﺗَﻜَــﺒُّـﺮﺍً ، ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻘَــﺼِــﺮُﻫَــﺎ ﺗَﻤَــﺴّْـﻜُﻨﺎً ، ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻜْﺜِـﺮَ ﺍﻟﺘَّـﻠَﻔُّـﺖَ ﻓِـﻲ ﻣَﺸْﻴَــﺘِﻪِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻨْﻈُﺮُ ﺇﻟَــﻰ ﻏَﻴْـﺮِ ﺣُﺮْﻣَــﺘِـﻪِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺒْﺼِـﻖِ ﻓِـﻲ ﺣَـﺎﻝَ ﻣُــﺤَـﺎﺩَﺛَـﺖِﻩِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻜْﺜِـﺮُ ﺍﻟﻘُـﻌُـﻮﺩَ ﻋَـﻠَﻰ ﺑَـﺎﺏِ ﺩَﺍﺭِﻩِ ﻣَـﻊَ ﺟِــﻴﺮَﺍﻧِــﻪِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻜْــﺜِـﺮُ ﻟِﺈﺧْـﻮَﺍﻧِــﻪِ ﺍﻟﺤِﺪِﻳﺚُ ﻋَـﻦْ ﺯَﻭﺟَــﺘِـﻪِ ﻭَﻣَــﺎ ﻓِﻲ ﺑَﻴْــﺘِـﻪِ .

Adab suami terhadap dirinya sendiri adalah :
Senantiasa memelihara shalat jum'at dan shalat jama'ah, memakai pakaian bersih dan selalu menggosok gigi. Tidak memakai pakaian yg mencolok tidak pula pakaian yg hina. Tidak memanjangkan pakaian karena kesombongan tidak pula memendekkannya karena ingin di anggap sbg orang miskin.

Tidak banyak melirik ketika berjalan dan tidak melihat kepada selain mahramnya. Tidak meludah ketika bercakap2, tidak banyak duduk di pintu rumah bersama tetangganya dan tidak banyak berbicara kepada teman2nya ttg istri dan apa yg ada di dalam rumahnya.

ﺃَﺩَﺍﺏُ ﺍﻟـﻤَــﺮﺃَﺓِ ﻓِــﻲ ﻧَـﻔْﺴِـﻬَـﺎ :
ﻟَﺎﺯِﻣَـﺔٌ ﻟِﻤَــﻨْﺰِﻟـﻬَـﺍ ، ﻗَـﺎﻋِــﺪَﺓٌ ﻓِــﻲ ﻗَــﻌْـﺮِ ﺑَﻴْﺘِــﻬَـﺎ ، ﻟَﺎ ﺗُﻜْــﺜِـﺮ ﺻُــﻌُــﻮﺩِﻫَــﺍ ﻭَﻟَﺎ ﺇﻃِـﻠَﺎﻉِ ﺍﻟﻜَـﻼﻡِ ﻟِﺠِــﻴﺮَﺍﻧِـﻪَـﺎ ، ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺪْﺧُــﻞُ ﻋَﻠَﻴْــﻬِﻢْ ﺇﻟَّﺎ ﻓِـﻲ ﺣَــﺎﻝٍ ﻳُﻮﺟِـﺐُ ﺍﻟﺪُّﺧُــﻮﻝ ، ﺗَــﺴْﺘُﺮُ ﺑَﻌْﻠَــﻬَـﺎ ﻓِــﻲ ﻧَﻈَــﺮِﻩِ ، ﻭَﺗَﺤْــﻔَﻈْـﻪُ ﻓِــﻲ ﻏِﻴﺒَــﺘِﻪِ ، ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺨْــﺮُﺝُ ﻣِـﻦْ ﺑَﻴْــﺘِﻪِ ، ﻭَﺇﻥْ ﺧَــﺮَﺟَــﺖْ ﻓَﻤُﺘَﺨَﺒِـﺌَــﺓٌ ، ﺗَﻄْﻠُــﺐُ ﺍﻟﻤَــﻮَﺍﺿِﻊَ ﺍﻟﺨَـــﺎﻟِﻴَـﺔ ، ﻣَﺼُــﻮﻧَﺔٌ ﻓِــﻲ ﺣَـﺎﺟَـﺎﺗِﻬَـﺎ ، ﺑَــﻞْ ﺗَﺘَﻨَــﺎﻛَـﺮُ ﻣِـﻤَﻦْ ﻳَﻌْﺮِﻓُـﻬَـﺎ ،

Adab istri terhadap dirinya sendiri adalah :
Senantiasa membiasakan diri tinggal dirumahnya, duduk di
dalam rumahnya dan tidak banyak keluar rumah. Tidak memperhatikan perkataan tetangganya dan tidak bergaul dengan mereka kecuali sebatas keperluan. Menyenangkan suaminya ketika dia memandangnya, Menjaga diri ketika suami tidak ada.

Tidak keluar dari rumahnya, kalaupun keluar melakukannya secara sembunyi-sembunyi, mencari tempat yang sepi dan yang dapat menjaga keperluannya bahkan berpura-pura tidak tahu kepada orang yg mengenalnya.

ﻫِﻤَّــﺘُﻬَـﺎ ﺇﺻْﻠَﺎﺡُ ﻧَﻔْﺴِــﻬَـﺎ، ﻭَﺗَﺪْﺑِﻴﺮُ ﺑَﻴْﺘِـﻬَـﺎ ، ﻣُــﻘْﺒَﻠَﺔً ﻋَــﻠَﻰ ﺻَـﻠَﺎﺗِــﻬَـﺎ ﻭَﺻَﻮْﻣِـﻬَـﺎ ، ﻧَــﺎﻇِﺮَﺓٌ ﻓِﻲ ﻋَﻴْــﺒِﻬَـﺎ ، ﻣُــﺘَﻔَﻜِّـﺮَﺓٌ ﺩﻳْـﻨَـﻬَـﺎ ، ﺩَﺍﺋِــﻤَﺔٌ ﺻَﻤْـﺘِـﻬَـﺎ ، ﻏَــﺎﺿَﺔٌ ﻃَـﺮَﻓَـﻬَـﺎ ، ﻣُـﺮﺍﻗِﺒَﺔٌ ﻟِـﺮَﺑِّـﻬَـﺎ ، ﻛَـﺜِﻴﺮَﺓُ ﺍﻟﺬِّﻛْــﺮِ ﻟَـﻪُ ، ﻃَــﺎﺋِـﻌَـﺔٌ ﻟِﺒَـﻌْﻠِـﻬَـﺎ ، ﺗَﺤُـــﺜُّـﻪُ ﻋَـﻠَـﻰ ﻃَﻠَﺒِـﻪِ ﺍﻟﺤَﻠَﺎﻝِ ، ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻄْﻠُﺐُ ﻣِـﻨْـﻪُ ﺍﻟﻜَﺜِــﻴﺮَ ﻣِـﻦَ ﺍﻟﻨُّــﻮَﺍﻝِ ،

Keinginannya adalah memperbaiki dirinya, mengatur rumahnya dan senantiasa bersiap menyambut shalat dan puasanya. Memperhatikan aib dirinya dan memikirkan agamanya. Memelihara diamnya dan menundukkan pandangannya. selalu mengingat Tuhannya dan banyak berdzikir kepada-Nya . Ta'at kepada suaminya, mendorongnya untuk mencari harta halal dan tidak menuntut darinya pemberian yang banyak.

ﻇَــﺎﻫِﺮَﺓُ ﺍﻟﺤَــﻴَـﺎﺀِ ، ﻗَﻠِـﻴﻠَﺔُ ﺍﻟﺨَﻨَـﺎﺀِ ، ﺻَﺒُـﻮﺭَﺓٌ ﺷَﻜُــﻮﺭَﺓٌ ﻣُــﺆَﺛِــﺮَﺓٌ ﻓِــﻲ ﻧَـﻔْﺴِـﻬَـﺎ ، ﻣُــﻮَﺍﺳِﻴَـﺔٌ ﻣِـﻦْ ﺣَـﺎﻟِـﻬَـﺎ ﻭَﻗُـﻮَﺗِـﻬَـﺎ. ﻭَﺇﺫَﺍ ﺍﺳْﺘَــﺄْﺫَﻥَ ﺑِﺒَــﺎﺑِـﻬَﺎ ﺻَـﺪِﻳﻖٌ ﻟِﺒَــﻌْﻠِـﻬَـﺎ ﻭَﻟَﻴْــﺲَ ﺑَﻌْــﻠُﻬَـﺎ ﺣَــﺎﺿِـﺮﺍً ، ﻟَــﻢْ ﺗَﺴْﺘَـﻔْﻬِــﻢْﻩُ ، ﻭَﻟَﺎ ﻓِـﻲ ﺍﻟﻜَـﻼﻡِ ﺗُﻌَــﺎﻭِﺩْﻩُ ، ﻏِـﻴﺮَﺓً ﻣِـﻨْﻬَـﺎ ﻋَــﻠَﻰ ﻧَﻔْـﺴِـﻬَـﺎ ﻭَﻋَــﻠَﻰ ﺑَﻌْﻠِـﻬَـﺎ ﻣِـﻨْـﻪُ

Senantiasa menampakkan rasa malu dan menghindari perkataan keji. Bersikap sabar dan banyak bersyukur, suka mengalah dan memperhatikan keadaan dan kemampuan dirinya. Apabila ada teman suami mengetuk pintu rumahnya, sementara suami tidak ada di rumah, janganlah bertanya dan banyak berkata kepadanya sebagai wujud rasa cemburu dalam dirinya dan yg ada pada suaminya.
wallahu a'lam.

ﺍﻻﺩﺏ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ
ﺣﺠﺔ ﺍﻻﺳﻼﻡ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻰ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Ya Allah ya Tuhan kami, kokohkanlah cinta kasih (suami-istri) kami sebagaimana kokohnya cinta kasih antara Nabi Adam dan Siti Hawa. Aamiin...

Bertemunya Sebuah Cinta

Pada sebuah statusnya, Pak Mario Teguh mengatakan "Cinta adalah penyatu dua jiwa, rasa hormat adalah yang mengindahkan kebersamaan, dan kesetiaan adalah yang memanjangkan umur kebersamaan". [1]

Kecocokan jiwa dalam cinta memang tak selalu sama rumusnya. [2]
Ada dua sungai besar yang bertemu dan bermuara di laut; itu disebut "kesamaan"

Ada panas dan dingin bertemu untuk mencapai kehangatan; itu disebut "keseimbangan"
Ada hujan lebat berjumpa tanah subur, lalu menumbuhkan taman; itu disebut "kegenapan"

Kesulitan akan Mendorong Kemudahan

Dari letak geografis, Jepang merupakan wilayah yang rentan terjadi gempa dan tidak jarang gelombang tsunami pun juga sering datang menerjang. Berbagai inovasi dilakukan oleh Jepang demi bertahan hidup, mulai dari desain bangunan tahan gempa sampai ke dinding penahan gelombang tsunami demi menghalau bahaya yang bakal datang. Situasi dan kondisi yang demikian selalu membuat mereka waspada dalam menghadapi bahaya.

Ada sebuah kaedah fiqih yang menyatakan المشقة تجلب التيسير yang artinya kesulitan akan mendorong kemudahan [1]. Beranjak dari kondisi yang terbatas, maka akan lahir ide-ide inovatif demi mengatasi kesulitan yang ada. Dasar kaedah ini salah satunya mengacu pada surat al-Baqarah ayat 185. "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" (QS. al-Baqarah : 185).

Adab dalam Rumah Tangga

Dinukil dari kitab Al Adab Fid Din Imam Ghazali
Adabnya seorang lelaki bersama istrinya adalah :

ﺃَﺩَﺍﺏُ ﺍﻟﺮَّﺟُـﻞِ ﻣَــﻊَ ﺍﻟﺰَﻭْﺟَــﺔِ :
ﺣُﺴْــﻦَ ﺍﻟﻌُـﺸْﺮَﺓِ ، ﻭَﻟَﻄَـﺎﻓَـﺔُ ﺍﻟﻜَـﻠِﻤَـﺔِ ، ﻭَﺍﻇْـﻬَـﺎﺭُ ﺍﻟـﻤَﻮَﺩَّﺓِ ، ﻭَﺍﻟﺒَﺴْﻂُ ﻓِـﻲ ﺍﻟﺨُـﻠْـﻮَﺓِ ،ﻭَﺍﻟﺘَّـﻐَﺎﻓُـﻞُ ﻋَـﻦِ ﺍﻟـﺰِّﻟَّـﺔِ ، ﻭَﺇﻗَــﺎﻟَـﺔُ ﺍﻟﻌِـﺜْﺮَﺓِ ، ﻭَﺻِـﻴَـﺎﻧَﺔُ ﻋِـﺮْﺿِـﻬَـﺎ ، ﻭَﻗِـﻠَّـﺔُ ﻣُﺠَــﺎﺩَﻟَـﺘِـﻫَﺎ ،ﻭَﺑَﺬْﻝُ ﺍﻟـﻤَـﺆُﻧَــﺔِ ﺑِـﻠَﺎ ﺑُــﺨْﻞٍ ﻟَــﻬَـﺎ ، ﻭَﺇﻛْــﺮَﺍﻡُ ﺃَﻫْــﻠِــﻬَـﺎ ، ﻭَﺩَﻭَﺍﻡُ ﺍﻟﻮَﻋْـﺪِ ﺍﻟﺠَﻤِـﻴﻞِ ، ﻭَﺷِــﺪَّﺓُ ﺍﻟﻐَﻴْــﺮَﺓِ ﻋَــﻠَﻴْــﻬَـﺎ .

Memperbagus pergaulan dan bertutur kata lembut, menampakkan kecintaan dan menumbuhkan kesenangan ketika berduaan, memaafkan kekeliruan dan tdk mengungkit ungkit kesalahan.Memelihara harga diri istri dan tdk berdebat dengannya, memberikan uang belanja tanpa kekikiran dan senantiasa memuliakan keluarganya. Membiasakan berjanji yg baik2 dan memperbesar rasa cemburu terhadapnya.

Kegilaan

Dari keterangan wikipedia, gila di terjemahkan sebagai sakit ingatan (kurang beres ingatannya); sakit jiwa (sarafnya terganggu atau pikirannya tidak normal). Biarpun maknanya demikian, terkadang kata-kata gila juga sering disematkan untuk seseorang yang mempunyai kemampuan unik atau pun untuk menyatakan sesuatu yang luar biasa. Misalnya ketika ada cewe cantik lewat, ada yang nyelutuk "eh gila, itu cewe bening amat", yang lihat cewe cantik pasti tergila-gila, sedikit banyak wajar juga memang disebut gila, karena masih ada korelasinya.

Berbicara gila dalam kacamata syariah, rupanya gila mempunyai banyak keuntungan. Memangnya gila itu untungnya dimana? Berdasarkan pandangan syariat, seorang anak adam diwajibkan untuk mengerjakan ibadah shalat dimana syarat utamanya adalah islam kemudian berakal, lalu sudah baligh, dan suci dari hadast serta najis. Seseorang telah disebut mukallaf apabila telah baligh dan berakal, sehingga bagi yang belum baligh alias masih anak-anak maka belum wajib mengerjakan perintah shalat, biarpun demikian para orang tuanya wajib mengajarkan dan membiasakannya untuk shalat sejak dini. Begitu juga bagi orang yang gila, biarpun dia telah baligh namun tidak waras maka dia sama seperti anak-anak sehingga tidak wajib juga mengerjakan shalat.

Harus Banyak Sabar atau Syukur?

Kata "syukur" cukup banyak mendapatkan tempat di dalam al-Qur’an. Ada beda pendapat tentang jumlah penyebutan kata syukur dalam al-Qur’an. Quraish Sihab menyebutkan kata  “syukur”  dengan  berbagai  bentuknya ditemukan sebanyak enam puluh empat  kali [1]. Sedangkan menurut Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi’ menyebutkan bahwa kata syukur dengan berbagai bentuk turunannya ditemukan sebanyak 75 kali [2]. Sementara ayat yang berbicara mengenai kesabaran, setidaknya ada 103 kali kata sabar disebut dalam Al-Qur’an, baik berbentuk isim maupun fi’ilnya [3].

Kalimat syukur dalam bentuk kata perintah ditemukan sebanyak dua kalimat, yaitu lafaz أشكر yang terdapat pada 2 ayat dan أشكروا yang terdapat pada 5 ayat. Demikian juga dengan kalimat sabar dalam bentuk kata perintah juga ditemukan sebanyak dua kalimat, yaitu lafaz اصبر yang terdapat pada 19 ayat dan اصبروا yang terdapat pada 6 ayat. Jika ditotalkan ada sebanyak 7 ayat yang memerintahkan untuk bersyukur, dan ada 25 ayat yang memerintahkan untuk bersabar.

Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa quran lebih banyak menyebutkan kata sabar dibandingkan syukur. Berbicara mengenai sabar, para ulama membagi sabar pada tiga keadaan, yaitu sabar dalam mengerjakan ibadah, sabar tatkala ditimpa musibah, dan sabar dalam menahan diri dari maksiat.
Dalam penerapannya di lapangan, sabar dan syukur haruslah ada pada diri setiap hamba, dikala sedang dicoba maka sabarlah, saat sudah lapang maka bersyukurlah. Bersabar itu berat, namun bersyukur jauh lebih berat. Saat sedang kesusahan banyak sanggup bersabar, namun jika sudah lepas dari masalah menjadi lupa segalanya sehingga jauh sekali dengan sikap syukur
.
Lawan dari kalimat syukur adalah kufur. Quran sering menyebutkan kufur untuk menggambarkan yang tidak mau bersyukur. Dalam buku wawasan al-Quran, disebutkan bahwa ketika para Ulama menafsirkan firman Allah, "Bersyukurlah kepada Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat Ku" (QS.Al-Baqarah 2:152), menjelaskan bahwa ayat tersebut mengandung perintah untuk mengingat Tuhan, dan patuh pada Nya tanpa menodainya dengan kedurhakaan. Syukur yang demikian lahir dari keiklasan kepadaNya, dan karena itu, ketika setan menyatakan bahwa "demi kemulian Mu, aku akan menyesatkan mereka semua" (QS. Shad 38:82), dilanjutkan dengan pernyataan pengecualian, yaitu, "kecuali hamba-hamba Mu yang mukhlash di antara mereka" (QS. Shad 38:83).

Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, dan hakikat kufur adalah menyembunyikannya. Salah satu cara menampakkan nikmat adalah dengan mempergunakannya pada tempat yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemberi nikmat, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lisan.

Rujukan
[1] Qurays Syihab, Wawasan al-Quran, hlm. 285
[2] Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi’, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), hlm. 489-491.
[3] Ibid, hlm. 507-509

Jangan Berputus Asa, Teruslah Berdoa

Oleh: Saiful Hadi

Sudah lumrah terjadi, kehidupan ini bakal selalu diwarnai dengan berbagai macam hal, entah itu susah atau bahagia, semuanya datang silih berganti sepanjang hayat manusia itu sendiri. Sebagai Agama yang Rahmatan Lil Alamin, syariat memberi perhatian yang luar biasa terhadap berbagai kendala yang dihadapi oleh umatnya dengan adanya keringanan hukum pada keadaan yang dirasa sulit. Sebagai contoh, syarat sahnya shalat adalah dengan berwudhu, namun dalam kondisi keterbatasan air atau sedang sakit yang tidak diperkenankan bersentuhan dengan air, maka syariat memberi keringanan dengan adanya tayamum.

Dalam surat Al-Baqarah 185, Allah Ta'ala berfirman : "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu."

Secara tekstual, jelaslah bahwa dari ayat tersebut Allah Ta'ala tidak akan menyulitkan hambaNya, malahan ada keringanan-keringanan dalam kondisi tertentu. Untuk itu jangan mudah berputus asa tatkala sedang dilanda berbagai kesempitan, karena dibalik kesempitan bakal ada kemudahan. Dan teruslah berdoa memohon bantuan Nya, Allah Ta'ala menjamin terkabulnya doa melalui janji-Nya, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan bagimu" (QS.Al-Mu'min 40:60)

Janji tersebut jelas bersifat mutlak. Hanya saja dalam ayat itu, Allah ta'ala tidak menyatakan menurut tuntutanmu, menurut waktu yang engkau kehendaki atau menurut kehendakmu, tapi semua menurut kehendak Allah sendiri.

Dalam sebuah hadist Nabi saw. Bersabda:
"Tak seorang pun berdoa, melainkan ia berada diantara salah satu dari tiga kondisi, kadang doanya dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda pengabulannya demi pahalanya, atau dihindarkan dari keburukan yang menimpanya" (HR. Ahmad)


Dalam surat Yunus, Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua..." (QS. Yunus 10:89)


Para ulama Tafsir menjelaskan bahwa ayat tersebut menerangkan tentang pengabulan doa Nabi Musa As dan Harun As untuk kehancuran Firaun. Tetapi untuk menunggu dikabulkan doa tersebut memakan kurun waktu selama empat puluh tahun.

Begitu pula yang terjadi pada Baginda Nabi Muhammad saw saat mendoakan agar Umar bin Khatab diberi hidayah dan sekaligus menjadi teman setianya. Dua tahun lamanya Rasulullah menanti dengan terus berdoa sehingga Allah Ta'ala kabulkan permohonan beliau.

Karenanya, selalulah berprasangka yang baik dengan Allah Ta'ala. Terkadang doa yang kita pinta belum layak untuk dikabulkan, contoh seperti ketika ada seorang balita yang memohon sambil menangis histeris agar diberi pisau, sang ibu tentunya paham bahwa pisau tersebut belum layak diberikan untuknya karena bisa melukai dirinya sendiri.

Berpasangan Adalah Fitrah

Mendambakan pasangan merupakan fitrah sebelum dewasa, dan dorongan yang sulit dibendung setelah dewasa. Oleh karena itu, agama mensyariatkan dijalinnya pertemuan antara pria dan wanita, dan kemudian mengarahkan pertemuan itu sehingga terlaksananya "perkawinan", dan beralihlah kerisauan pria dan wanita menjadi ketentraman atau sakinah dalam istilah al-Quran pada surat ar-Rum (30) :21. 

Sakinah terambil dari kata sakana yang berarti diam/tenangnya sesuatu setelah bergejolak. Itulah sebabnya mengapa pisau dinamai sikkin dalam bahasa arab, karena ia adalah alat yang menjadikan binatang yang disembelih menjadi tenang, tidak bergerak, setelah tadinya ia meronta. Sakinah-karena perkawinan-adalah ketenangan yang dinamis dan aktif, tidak seperti kematian binatang. [*]

Menyuburkan Cinta dengan Qana'ah
Bisa jadi ada yang bakal mengatakan "ini kan hanya sebatas teori saja, lha di kehidupan nyata seiring bertambahnya usia sebuah hubungan yang sering terjadi malah berkurangnya keharmonisan". Memang benar ini sebatas berteori, namun yang namanya penerapan di lapangan tentu saja tidak bakal jauh-jauh dari teori, saat berada di lapangan bisa saja butuh lebih banyak penyesuaian agar cocok dengan keadaan. Dalam perencanaan sebuah struktur bangunan biasanya terdapat angka-angka toleransi dan faktor reduksi karena mengingat dan menimbang banyak hal yang tak terduga yang bisa saja terjadi.

Membina sebuah hubungan pun juga demikian, awal dan akhir bagaimana cara tetap harus berjalan dengan sebaik mungkin. Sesekali muncul percikan ya anggap saja itu sebagai sebuah romantika dalam menghangatkan hubungan. Untuk itu, masing-masing dari kedua belah pihak penting sekali untuk menanamkan nilai-nilai qana'ah dalam menjalani kehidupan. Tidak ada kesempurnaan pada diri makhuk, namun keduanya bisa saling melengkapi demi menggapai sakinah mawaddah warahmah.
Berkasih sayang adalah langkah mengapai bahagia

Rujukan
[*] Qurays Syihab. Wawasan al-Quran, Pernikahan, Hal.253

Guru Imam Bukhari dan Shalat Isya

Shalat adalah ibadah yang paling utama dan menjadi tiang agama. Berbeda dengan yang lain, perintah shalat lima waktu disampaikan tanpa perantaraan Jibril melainkan diambil secara langsung oleh Rasulullah saw dalam peristiwa Isra Mi'raj.

Secara bahasa, shalat itu bermakna doa, sementra makna menurut syariah, shalat didefinisikan sebagai : “serangkaian ucapan dan gerakan yang tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Meninggalkan shalat secara sengaja dan mengingkari tentang kewajibannya maka bisa terjerumus kepada kekafiran, sementara meninggalkan shalat karena faktor malas namun tidak mengingkari kewajibannya tidak bisa divonis kafir. Akan tetapi, shalat yang ditinggalkan harus diqadha (diganti) kembali. Sementara wanita yang sedang berhalangan shalat tidak ada kewajiban untuk digantikan.

Dalil Mengenai Kewajiban Qadha Shalat

Mungkin ada yang masih bertanya-tanya kenapa mesti harus ada qadha shalat, padahal shalat sudah mempunyai waktunya masing-masing. Supaya lebih jelas mari menyimak beberapa hadist berikut yang dikutip dari Kitab Shahih Bukhari. Pembahasan mengenai masalah qadha shalat mulai dari Bab 36 s.d. Bab 39 pada Jilid pertama. [1]

Bab. 36 Azan sesudah lewat waktu

"Telah menceritakan kepada kami 'Imran bin Maisarah berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail berkata, telah menceritakan kepada kami Hushain, dari 'Abdullah bin Abu Qatadah, dari Bapaknya berkata, ""Kami pernah berjalan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu malam. Sebagian kaum lalu berkata, ""Wahai Rasulullah, sekiranya Tuan mau istirahat sebentar bersama kami?"" Beliau menjawab: ""Aku khawatir kalian tertidur sehingga terlewatkan shalat."" Bilal berkata, ""Aku akan membangunkan kalian."" Maka merekapun berbaring, sedangkan Bilal bersandar pada hewan tunggannganya, tapi rasa kantuknya mengalahkannya dan akhirnya iapun tertidur. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam terbangun ternyata matahari sudah terbit, maka beliau pun bersabda: ""Wahai Bilal, mana bukti yang kau ucapkan!"" Bilal menjawab: ""Aku belum pernah sekalipun merasakan kantuk seperti ini sebelumnya."" Beliau lalu bersabda: ""Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla memegang ruh-ruh kalian sesuai kehendak-Nya dan mengembalikannya kepada kalian sekehendak-Nya pula. Wahai Bilal, berdiri dan adzanlah (umumkan) kepada orang-orang untuk shalat!"" kemudian beliau berwudlu, ketika matahari meninggi dan tampak sinar putihnya, beliau pun berdiri melaksanakan shalat.""" [Hadist No. 595]