Kriteria Jomblo yang Syari
Adapun kriteria ini bukan dalil Al-Qur'an dan juga bukan Sabda Rasulullah, ini hanya karangan bebas yang diharapkan mampu menginspirasi jomblowers sekalian untuk menjadikan hidup lebih bermakna.
Website yang membahas tentang fiqih, dengan topik seputar ibadah, muamalah, nikah, termasuk mengenai keluarga, sejarah islam.
Oleh: Saiful Hadi
Sering didapati dalam dunia kerja maupun pendidikan, ada oknum-oknum tertentu yang merasa begitu superior hanya karena ia merasa dirinya lebih senior. Imbas dari fenomena ini lahirlah tindakan pembulian terhadap junior-junior yang lugu dan lemah, bahkan tidak jarang efeknya begitu mengerikan.
Gejala semacam ini sebenarnya bukan belakangan ini saja baru terjadi. Bahkan Sejak zamannya Baginda Nabi, dalam berbagai sirah diriwayatkan begitu seringnya Rasulullah mendapatkan perlakuan yang tidak nyaman dari pembesar2 mekah yang enggan menerima dakwah beliau. Mereka berdalih bahwa Rasulullah hanyalah anak kemarin sore yang minim pengalaman tapi malah sok-sok an mengajak beriman dengan agama barunya, dan membuang jauh keyakinan yang telah begitu lengket dalam darah daging mereka. Dengan begitu pongahnya mereka menujukkan sikap superioritas, dan amat sering mereka berlaku dhalim terhadap orang-orang yang bersebrangan dengannya.
Lebih jauh lagi, sikap merasa diri lebih senior ternyata juga pernah terjangkit pada malaikat. Jauh sebelum manusia mendiami bumi, saat pertama kali Allah Ta'ala hendak menjadikan Adam sebagai khilafah di bumi, malaikat menujukkan sikap protesnya. malahan dalam analisa malaikat, keturunan Adam nantinya hanya akan berbuat kerusakan saja, mereka protes kenapa bukan golongan Malaikat saja yang menjadi khilafah, bukankah senantiasa selalu bertasbih dan taat? Demikian protes malaikat. Lebih lengkapnya kisah tersebut seperti yang terekam dalam surat Al-Baqarah ayat 30.
Melihat malaikat protes, Allah Ta'ala menantang mereka untuk adu kecerdasan dengan Adam, dan pada akhrinya memang malaikat mengakui Adam lebih mendalam pengetahuannya dibanding mereka.
Sebagai sebuah pelajaran penting dari seluruh kisah ini, buang jauh-jauh sikap meremehkan orang lain, apalagi merasa diri lebih hebat lantaran lebih senior, padahal di atas langit masih ada langit. Betapa banyak kaum yang sombong berujung dengan kebinasaan. Sebagaimana yang terjadi pada Iblis, ketika diperintahkan untuk sujud memberi hormat bagi Adam, ia malah anggan karena anggapan lebih mulia ketimbang Adam. Namun karena kesombongannya, menghantarkan iblis ke jurang kedurhakaan. Na'azubillah, semoga terhindar dari sifat demikian.
Ada empat hal yang menjadi perekat dalam pernikahan yaitu cinta, mawaddah, rahmah dan amanah. Kenapa harus demikian? Sebab, jika cinta telah pupus dan mawaddah telah terhapus, maka masih ada rahmah sebagai perekat, andai ini pun sudah tidak tersisa, maka masih ada amanah, dan selama pasangan itu beragama, maka amanahnya terpelihara, dan ketika amanah masih terpelihara maka akan amanlah bahtera rumah tangga. (Wawasan Al-Quran)
Oleh: Tgk. Muhammad Iqbal Jalil
Saat peristiwa Mikraj, Di Langit pertama Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Adam a.s. Di Langit kedua Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya a.s. Di Langit ketiga Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Yusuf a.s. Di Langit keempat Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Idris a.s.Di Langit kelima Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Harun a.s. Di Langit keenam Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Musa a.s. Dan di langit ketujuh Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Ibrahim a.s.
Lalu kemudian Rasulullah Saw naik ke Sidratul Muntaha...
Itu artinya setelah turun dari Sidratul Muntaha dan menerima persyariatan shalat 50 waktu, Rasulullah terlebih dahulu berjumpa dengan Nabi Ibrahim sebelum berjumpa dengan Nabi Musa... Namun pertanyaannya, kenapa Nabi Ibrahim tidak menyanggah apa-apa seperti yang dilakukan Nabi Musa yang mengusulkan agar Rasulullah meminta keringanan dari Allah Swt.
Jawabannya, Nabi Ibrahim tidak menyanggah apa-apa karena Nabi Ibrahim diciptakan oleh Allah sebagai Khalilullah. Sifat Khalil tunduk patuh apa adanya. Pembuktian Nabi Ibrahim sebagai Khalil juga dapat dilihat dari kerelaannya menyembelih putra semata wayangnya, Ismail a.s. yang sebenarnya sudah sangat lama dinanti. Namun karena mengingat itu perintah Allah, Nabi Ibrahim rela melakukannya. Ini menunjukkan Nabi Ibrahim memang benar-benar seorang Khalilullah.
Adapun Nabi Musa memang diciptakan oleh Allah sebagai Kalamullah, seorang Nabi yang mendapat keistimewaan untuk berbicara dengan Allah. Sehingga meskipun informasi persyariatan shalat dari Rasulullah, hakikatnya itu berasal dari Allah dan sebagai Kalamullah beliau mengomentarinya.
Lalu, apa hikmahnya persyariatan shalat tidak langsung difardhukan 5 waktu, akan tetapi melalui 9 kali pengurangan dari 50 waktu hingga akhirnya menjadi 5 waktu, padahal sebenarnya dalam ilmu Allah yang wajib adalah 5 waktu?
Ini adalah untuk memberi isyarat bahwa Nabi Muhammad adalah HABIBULLAH, Kekasih Allah. Sebagai bukti Rasulullah merupakan Habib, Allah rindu agar berulang kali berjumpa dengan Rasulullah Saw.
Namun ini tidak dipahami Allah bertempat, Rasulullah Saw diangkat pada tempat yang tertinggi saat berjumpa dengan Allah adalah untuk terhimpunnya dua ketinggian. Berjumpa dengan Allah adalah ketinggian secara maknawi, maka diangkat Rasulullah pada tempat tertinggi supaya Rasulullah juga berada pada kedudukan tertinggi secara hissi.
Allah tetap tidak bertempat. Tempat makhluk atau ciptaan Allah. Sebelum adanya tempat, Allah telah wujud tanpa bertempat, maka setelah adanya tempat, Allah tetap sebagaimana adanya, tidak bertempat dan tidak membutuhkan tempat.
Selamat memperingati dan menghayati Israk dan Mikraj.