Empat Kriteria Jomblo Syari Yang Perlu Kamu Ketahui

Oleh: Irfan Siddiq

ada berbagai macam kriteria jomblo, akhir-akhir ini, kata-kata jomblo menjadi topik yang popular dikalangan remaja Indonesia. Seperti halnya penggunaan tanda pagar (hastag) di Instagram,  foto yang terkait dengan #jomblo telah di unggah lebih dari 41 ribu penguna Instagram.  Belum lagi di media sosial seperti Facebook,  Twitter,  dan lain sebagainya, maka sapat dipastikan lebih ramai lagi yang mempopulerkan istilah #jomblo.

Jomblo, adalah status seseorang yang tidak memiliki pacar atau istri yang sah,  menjadi hal yang ramai diperbincangkan oleh muda-mudi dalam kesehariannya.  Selain karena si pemuda ini berstatus jomblo,  atau hanya iseng-isengan dalam menggunakan istilah jomblo ini.

Begitu juga dengan istilah syar'i, istilah yang bermakna aslinya adalah hukum agama islam berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Dewasa ini kata-kata syar'i lebih populer digunakan untuk hal-hal yang tertentu,  seperti jilbab atau hijab pada perempuan. Jika ada yang memakai jelbab kecil, namun masih menampakkan dada (aurat), maka ada solusi lain dengan memakai jilbab yang lebih lebar,  menutup aurat dengan rapi,  maka jelbab ini biasa disebut jelbab syar'i.  Intinya adalah,  syar'i merupakan seuatu perkara yang dilakukan dengan bermaksud mendekatkan diri kepada Allah,  dan mengikuti aturan-aturan-Nya yang telah termaktub dalam Alqu'an maupun hadist Rasulullah SAW dengan baik.

Kriteria Jomblo yang Syari

Nah,  apa jadinya jika #jomblo dipadukan dengan istilah syar'i?  Tentu ini akan membawa angin baru pada tranding media sosial yang hingga saat ini masih populer dengan istilah #jomblo saja. Dan,  bagaimana sih idealnya kriteria seorang jomblo yang syar'i?

Penulis berpendapat,  ada 4 kriteria jomblo yang wajib untuk dimiliki oleh seorang jomblo agar tergolong pada jomblo syar'i , antara lain :

1. Jomblo syar'i tidak membiarkan diri dalam kejahilan.
kriteria jomblo yang pertama tidak jahil, khususnya jahil dalam memahami hukum agama adalah akan membawanya kepada kesesatan, hilangnya cahaya iman dan menghapus nilai semua nilai ibadahnya. Karena Rasulullah SAW mengatakan bahwa ilmu adalah imam bagi amal, maka amal senantiasa mengikuti amal.  Sehingga,  jika mendahului amal dari pada ilmu,  maka ini berakibat fatal untuk amal tersebut.  Maka sejatinya jomblo syar'i adalah mereka yang haus ilmu pengetahuan agama,  dan senang mempelajari ilmu pengetahuan alam yang saban hari terus berkembang.

2. Jomblo syar'i tidak mudah mengkafirkan orang lain.
Kafir mengkafirkan adalah permasalahan yang sedang maraknya terjadi dikalangan umat islam masakini.  Sehingga semakin mudah si jomblo mengkafirkan orang lain yang tidak sepaham dalam bidang perkara hukum agama,  maka semakin mudah perselisihan yang terjadi diantara mereka.  Maka,  #jomblosyar'i asli adalah mereka yang tidak mudah saling mengkafirkan orang islam disekitarnya tanpa sebab, karena itu perilaku yang tidak disukai oleh Rasulullah, dan mereka lebih suka bertabayyun dalam satu perkara, serta mudah berdamai dengan orang yang berselisih paham dengannya.

3. Jomblo syar'i adalah ia yang pandai menjaga pandanganya.
Nah,  pandangan seorang jomblo syar'i,  akan sangat berpengaruh pada kualitas ke-syar'iannya.  Semakin bagus ia menjaga mata dari memandang hal yang haram,  maka semakin mudah ia mengontrol hawa nasfu yang ada dalam jiwanya.  Kalau orang sekarang bilangnya begini, "jomblo syar'i itu keren loh,  bayangkan,  dua matanya saja dijaga dengan baik,  apa lagi anak istirnya nati."

4. Jomblo syar'i adalah berani melamar gadis yang dicintainnya.
Yah, ini akhir dari kriteria yang wajib dimiliki oleh #jomblosyar'i.  Karena sejatinya jomblo yang tangguh, berpengetahuan agama yang baik,  bagus akhlaknya, dan sabar dalam menanti berakhirnya masa lajang, maka akan berterus terang kepada orang tua wali si gadis yang ia sukai untuk menghalalkan dia pada waktu yang tepat.

Nah, empat kriteria ini yang penulis anggap sebagai kriteria yang harus dimiliki oleh seseorang jomblo,  hingga ia bisa digelar sebagai #jomblosyar'i, dan berbeda dengan jomblo-jomblo pada umumnya yang lebih memilih menghabiskan umur untuk hal sia-sia.
Adapun kriteria ini bukan dalil Al-Qur'an dan juga bukan Sabda Rasulullah,  ini hanya karangan bebas yang diharapkan mampu menginspirasi jomblowers sekalian untuk menjadikan hidup lebih bermakna.

Wallahu'alambishawab.  (IRFAN.SDQ)

Sok Superior karena Lebih Senior

Oleh: Saiful Hadi

Sering didapati dalam dunia kerja maupun pendidikan, ada oknum-oknum tertentu yang merasa begitu superior hanya karena ia merasa dirinya lebih senior. Imbas dari fenomena ini lahirlah tindakan pembulian terhadap junior-junior yang lugu dan lemah, bahkan tidak jarang efeknya begitu mengerikan.

Gejala semacam ini sebenarnya bukan belakangan ini saja baru terjadi. Bahkan Sejak zamannya Baginda Nabi, dalam berbagai sirah diriwayatkan begitu seringnya Rasulullah mendapatkan perlakuan yang tidak nyaman dari pembesar2 mekah yang enggan menerima dakwah beliau. Mereka berdalih bahwa Rasulullah hanyalah anak kemarin sore yang minim pengalaman tapi malah sok-sok an mengajak beriman dengan agama barunya, dan membuang jauh keyakinan yang telah begitu lengket dalam darah daging mereka. Dengan begitu pongahnya mereka menujukkan sikap superioritas, dan amat sering mereka berlaku dhalim terhadap orang-orang yang bersebrangan dengannya.

Lebih jauh lagi, sikap merasa diri lebih senior ternyata juga pernah terjangkit pada malaikat. Jauh sebelum manusia mendiami bumi, saat pertama kali Allah Ta'ala hendak menjadikan Adam sebagai khilafah di bumi, malaikat menujukkan sikap protesnya. malahan dalam analisa malaikat, keturunan Adam nantinya hanya akan berbuat kerusakan saja, mereka protes kenapa bukan golongan Malaikat saja yang menjadi khilafah, bukankah senantiasa selalu bertasbih dan taat? Demikian protes malaikat. Lebih lengkapnya kisah tersebut seperti yang terekam dalam surat Al-Baqarah ayat 30. 

Melihat malaikat protes, Allah Ta'ala menantang mereka untuk adu kecerdasan dengan Adam, dan pada akhrinya memang malaikat mengakui Adam lebih mendalam pengetahuannya dibanding mereka. 

Sebagai sebuah pelajaran penting dari seluruh kisah ini, buang jauh-jauh sikap meremehkan orang lain, apalagi merasa diri lebih hebat lantaran lebih senior, padahal di atas langit masih ada langit. Betapa banyak kaum yang sombong berujung dengan kebinasaan. Sebagaimana yang terjadi pada Iblis, ketika diperintahkan untuk sujud memberi hormat bagi Adam, ia malah anggan karena anggapan lebih mulia ketimbang Adam. Namun karena kesombongannya, menghantarkan iblis ke jurang kedurhakaan. Na'azubillah, semoga terhindar dari sifat demikian.

Perekat Pernikahan

Ada empat hal yang menjadi perekat dalam pernikahan yaitu cinta, mawaddah, rahmah dan amanah. Kenapa harus demikian? Sebab, jika cinta telah pupus dan mawaddah telah terhapus, maka masih ada rahmah sebagai perekat, andai ini pun sudah tidak tersisa, maka masih ada amanah, dan selama pasangan itu beragama, maka amanahnya terpelihara, dan ketika amanah masih terpelihara maka akan amanlah bahtera rumah tangga. (Wawasan Al-Quran)

Memaknai Isra' dan Mi'raj

Oleh: Tgk. Muhammad Iqbal Jalil

Saat peristiwa Mikraj, Di Langit pertama Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Adam a.s. Di Langit kedua Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya a.s. Di Langit ketiga Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Yusuf a.s. Di Langit keempat Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Idris a.s.Di Langit kelima Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Harun a.s. Di Langit keenam Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Musa a.s. Dan di langit ketujuh Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Ibrahim a.s.

Lalu kemudian Rasulullah Saw naik ke Sidratul Muntaha...
Itu artinya setelah turun dari Sidratul Muntaha dan menerima persyariatan shalat 50 waktu, Rasulullah terlebih dahulu berjumpa dengan Nabi Ibrahim sebelum berjumpa dengan Nabi Musa... Namun pertanyaannya, kenapa Nabi Ibrahim tidak menyanggah apa-apa seperti yang dilakukan Nabi Musa yang mengusulkan agar Rasulullah meminta keringanan dari Allah Swt.

Jawabannya, Nabi Ibrahim tidak menyanggah apa-apa karena Nabi Ibrahim diciptakan oleh Allah sebagai Khalilullah. Sifat Khalil tunduk patuh apa adanya. Pembuktian Nabi Ibrahim sebagai Khalil juga dapat dilihat dari kerelaannya menyembelih putra semata wayangnya, Ismail a.s. yang sebenarnya sudah sangat lama dinanti. Namun karena mengingat itu perintah Allah, Nabi Ibrahim rela melakukannya. Ini menunjukkan Nabi Ibrahim memang benar-benar seorang Khalilullah.

Adapun Nabi Musa memang diciptakan oleh Allah sebagai Kalamullah, seorang Nabi yang mendapat keistimewaan untuk berbicara dengan Allah. Sehingga meskipun informasi persyariatan shalat dari Rasulullah, hakikatnya itu berasal dari Allah dan sebagai Kalamullah beliau mengomentarinya.

Lalu, apa hikmahnya persyariatan shalat tidak langsung difardhukan 5 waktu, akan tetapi melalui 9 kali pengurangan dari 50 waktu hingga akhirnya menjadi 5 waktu, padahal sebenarnya dalam ilmu Allah yang wajib adalah 5 waktu?

Ini adalah untuk memberi isyarat bahwa Nabi Muhammad adalah HABIBULLAH, Kekasih Allah. Sebagai bukti Rasulullah merupakan Habib, Allah rindu agar berulang kali berjumpa dengan Rasulullah Saw.

Namun ini tidak dipahami Allah bertempat, Rasulullah Saw diangkat pada tempat yang tertinggi saat berjumpa dengan Allah adalah untuk terhimpunnya dua ketinggian. Berjumpa dengan Allah adalah ketinggian secara maknawi, maka diangkat Rasulullah pada tempat tertinggi supaya Rasulullah juga berada pada kedudukan tertinggi secara hissi.

Allah tetap tidak bertempat. Tempat makhluk atau ciptaan Allah. Sebelum adanya tempat, Allah telah wujud tanpa bertempat, maka setelah adanya tempat, Allah tetap sebagaimana adanya, tidak bertempat dan tidak membutuhkan tempat.

Selamat memperingati dan menghayati Israk dan Mikraj.