Orang Awam Mesti Ikut Ulama

Oleh: Saiful Hadi

Rasulullah telah berpesan bahwa Ulama adalah pewaris beliau, sehingga sebagai orang yang awam sudah sepantasnya mengikuti petunjuk-pentunjuk dari ulama, bukan malah sebaliknya, sedikit-sedikit tanya "mana dalilnya? Shahih apa tidak?". Sebab jika ilmu belum mumpuni namun nekat ingin menggali dalil sendiri, yang ada bakal nyasar dalam memahami dalil.

Sebenarnya bukan dalil yang salah namun pemahamannya yang kurang benar, sehingga bisa terjerumus kedalam pemahaman yang salah kaprah. Bahkan Imam As-Syathibi (w. 790 H) dalam as-Muwafaqat menuliskan:

Fatwa-fatwa ulama mujtahidin bagi orang awam itu ibarat dalil syar’i bagi para mujtahid. (Ibrahim bin Musa as-Syathibi w. 790 H, al-Muwafaqat, h. 5/ 336). [3]

Apa yang disampaikan oleh Imam As-Syathibi cukup beralasan, karena dalil syari’ bagi orang awam ibarat bahan mentah, jika tidak bisa memasak untuk apa diberi bahan mentah, bukankah lebih baik memakan saja apa yang telah diracik oleh para Imam Mujtahid yang memang sudah ahli dibidangnya.

Baca Juga > Ketika Dalil Saling bertentangan

Amalan Ringan Namun Extra Pahala

Oleh: M. Ihsan Yaqub (*)

Banyak orang yg mengeluh karena mereka tidak memiliki waktu untuk beribadah , beramal dan menyiapkan bekal utk akhirat kelak.

Namun janganlah risau, karena ada juga amalan yang ringan mamun extra pahala diberikan oleh Allah swt.

Amalan tersebut adalah qira'atul qur'an ( membaca al-qur'an ) , yg setiap huruf al-qur'an akan dilipat gandakan oleh Allah Swt. sebanyak 10 Kali lipat.

Sebagaimana yg telah disabdakan oleh Rasulullah Saw.  Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam as-Sunan (no. 2910 –cet. Musthofa Baabil Halabiy, Beirut cet. 2 1395 H) dari jalan :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الحَنَفِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ عُثْمَانَ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى، قَالَ: سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ كَعْبٍ القُرَظِيَّ يَقُولُ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ»

Haddatsanaa Muhammad bin Basyaar ia berkata, haddatsanaa Abu Bakr al-Hanafiy ia berkata, haddatsanaa adh-Dhohaak bin Utsmaan, dari Ayyub bin Musa ia berkata, aku mendengar Muhammad bin Ka’ab al-Qurodhiy berkata, aku mendengar Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa salaam bersabda : “Barangsiapa yang membaca satu haruf dari Kitabullah, maka ia akan mendapatkan kebaikan (pahala), dan pahalannya akan dilipatgandakan sebanyak 10 kali lipat. aku (Nabi sholallahu alaihi wa salam) tidak mengatakan bahwa Alif Laam Miim, itu satu huruf, tapi Alif satu huruf, Laam satu huruf, dan Miim satu huruf”.

Ringan Namun Extra Pahala

Singkatnya dalam hadis tersebut sangatlah jelas yg bahwa Nabi Saw. Menerangkan bahwa satu huruf saja kita membaca al qur'an , maka Allah Swt. akan membalas pahalanya sampai 10 kali lipat
Bayangkan gimana baiknya Allah swt. terhadap kita selaku hamba-Nya . Namun bagaimana cara kita mengapresiasikan kebaikan yg Allah swt. berikan terhadal kita .

Apakah kita membalasnya dengan menjalani segala perintah-Nya, atau kita malah durhaka kepada-Nya dengan cara melanggar perintah-Nya yg telah ditetapkan oleh Allah swt.

Maka oleh sebab itu, senantiasalah kita memohon ampunan kepada-Nya dengan cara bertobat dengan Taubat Nasuha dan dengan memperbanyaklah membaca kalam-Nya ( al-qur'an ) .Mudah-mudahan Allah swt. Memberi hidayah-Nya kepada kita agar senantiasa kita berada dibawah panji keislaman dan istiqamah dalam menjalani perintah2-Nya yang sesuai dalam tuntunan islam.

Tentunya akan timbul pertanyaan dibenak kita , kenapa sampai begitunya Allah membalas pahala terhadap orang-orang yg membaca Al-qur'an ? 

Hal ini disebabkan Al-qur'an memiliki posisi yg sangat mulia karena didalamnya memuat firman Allah swt. Yang maha mengetahui segala sesuatu.

Oleh sebab itu al-qur'an diturunkan melalui perantara malaikat jibril as.,  maka jadilah jibril as. Malaikat yg mulia drpd malaikat2 yg lainnya.
Diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., maka jadilah nabi saw. Makhluk paling mulia dan pemimpinnya para anbiya'.

Kemudian diturunkan al-qur'an ini dikota mekkah dan madinah , maka keduanya kota yg mulia drpd kota2 yg lainnya.
Dan Rasulullah saw. Mengajarkan al-qur'an kepada kita ( umat muslim ), maka jadilah kita sebagai umat yg mulia dibandingkan umat2 agama lainnya.

Maka oleh sebab itu kita selaku umat nabi muhammad saw. Marilah kita selalu mengikat hati kita dengan al-qur'an dengan cara membacanya dan mengamalkannya. Sebagaimana layaknya kita selalu memainkan gadget dan ingat kepada gadget setiap saat.

Marilah sama-sama kita amalkan kembali kandungan shurah al-muzammil ayat 04 yg sering kita lupakan , yaitu :
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا

Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. [Al-Muzzammil : 04]

(*) Santri Dayah MUDI Mesra Aceh

Kendalikan Nafsumu

Oleh: M. Ihsan Yaqub (*)
  
Agama islam sebenarnya sangatlah simpel. Cukup dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. Namun yang sangat sulit adalah mengaplikasikan perintah Allah swt kedalam lika-liku kehidupan sehari-hari dan menjauhi diri daripada segala larangan-Nya .

Hal ini disebabkan karena ada satu makhluk yg selalu ingin menjerumuskan manusia kedalam lubang kesesatan yaitu "NAFSU". Dan dibalik itu juga ada yg selalu menyemangatkan kita agar senantiasa melaksanakan perbuatan2 yg dibebankan kepada kita selaku hamba-Nya yg lemah yaitu "AKAL"

Maka selagi Allah masih memberi kesempatan kepada kita, pergunakanlah kesempatan itu baik-baik  .Karena kita tidak pernah tau apakah kesempatan itu akan menghampiri kita lagi kelak atau tidak.

Dan insyaAllah selalu mengedepankan akal drpd nafsu, mudah-mudahan kita dapat menjadi orang2 yg selalu dalam keadaan beriman kepada-Nya. Karena untuk mendapatkan titel manusia yg beriman , salah satu syaratnya adalah kita harus mampumengedepankan akal drpd hawa nafsu.

Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah Saw. Yg diriwayatkan oleh 'Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia menundukkan hawa nafsunya untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa.” (Diriwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih menurut Imam Nawawi).

Mudah-mudahan kita dapat mengamalkan kandungan hadis diatas dengan istiqamah dan diiringi ilmu agama yg mengenai ibadah2 yg kita lakukan tsb.Dan selalu menjalankan segala perintah-Nya yg sesuai dengan al-qur'an , as-sunnah dan ijma' ulama yg shahih .

(*) Santri Dayah MUDI Mesra Aceh 

Hijrah Itu Butuh Ilmu

Sudah menjadi kebiasaan setiap ulama, baik generasi salaf maupun khalaf selalu menggunakan metode talaqi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Talaqqi itu sendiri yakni belajar ilmu secara langsung kepada guru yang mempunyai kompetensi ilmu, tsiqah, dhabit dan mempunyai mata rantai keilmuan yang sambung menyambung hingga sampai ke Rasulullah Shallaahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Belajar dengan berguru tentu akan sangat jauh berbeda dengan belajar dari buku. Sebab, ketika ada sesuatu hal yang sukar dipahami maka bisa bertanya langsung kepada sang guru dan ketika pemahamnya salah maka dengan tegas ia akan ditegur. Berbeda dengan belajar pada buku, ia tidak bisa menegur dikala salah dalam memahami, bahkan tidak bisa menghilangkan kebingungan dikala sukar dalam memahami.

Imam Syafie sendiri mengatakan: “Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar digelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu” (Faidhul Qadir juz 1 hal 433).

#hijrah
#belajar
#catatanfiqih

Semangat Anak Muda

Anak muda harus semangat dalam setiap aktifitasnya. Semangat kerja oke, produktifitas pun tinggi, dan untungpun akan segera menghampiri.

Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda:

Bersemangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu dan minta tolonglah pada Allah, serta jangan engkau malas. [HR. Muslim]

#quotes
#hadist
#catatanfiqih

Perbedaan Ilmu dan Harta

"Perbedaan antara ilmu dan harta adalah : harta tidak akan diraih oleh tangan sebelum berpindah dari tangan yang lain, sedangkan ilmu yang berada di dalam hati orang alim dan akan berada juga di hati orang lain dengan cara diajarkan tanpa harus berpindah dari hati si alim."

Imam Al-Ghazali | Ihya Ulumuddin: 191/3

Syawal, Bulan Kemenangan Para Jomblo

Bulan syawal adalah bulan kemenangan bagi yang telah berpuasa sebulan penuh lamanya. Dan bulan Syawal juga bulan kemenangan bagi para jomblo yang telah mengakhiri masa lajangnya. Kenapa banyak orang melangsungkan pernikahan di Bulan Syawal ?

Menikah di bulan syawal ternyata ada Hadits Shahih dari Sayyidatina Aisyah radhiyallahu'anha beliau berkata :

ﺗَﺰَﻭَّﺟَﻨِﻲ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓِﻲ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﻭَﺑَﻨَﻰ ﺑِﻲ ﻓِﻲ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﻓَﺄَﻱُّ ﻧِﺴَﺎﺀِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﺣْﻈَﻰ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻣِﻨِّﻲ
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menikahiku pada bulan Syawal dan berkumpul denganku pada bulan Syawal, maka siapa di antara isteri-isteri beliau yang lebih beruntung dariku?” (HR. Muslim no. 2551, At-Tirmidzi no. 1013, An-Nasai no. 3184, Ahmad no. 23137)

Imam An Nawawi dalam menjelaskan hadits di atas menerangkan bahwa “di dalam hadits ini terdapat anjuran untuk menikahkan, menikah, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal". Oleh karena itu pada bulan syawal ini adalah bulan yang terbaik untuk membina kehidupan yang baru bersama orang-orang tercinta.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H

Taqabbalallahu Minna Wa Minkum

Di antara proses utama menjadi pemenang setelah melaksanakan bulan Ramadhan adalah menang dalam hubungan dengan sesama. Selain silaturahim, juga ada tradisi saling meminta dan memaafkan. Mengingat Allah tidak memafkan dosa-dosa yang terkait dengan sesama manusia, kecuali telah terjadi saling memafkan di antara mereka. Inilah jalan menuju takwa, karena di antara tanda orang-orang yang bertakwa adalah siapa yang senang memafkan kesalahan sesamanya. Allah berfirman, ''Dan, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.'' (Ali Imran: 133-134). Iya, memafkan tiu adalah ksatria, mulia, dan luhur. Memaafkan bukan tentang kalah atau menang, tapi tentang takwa dan kebaikan.

Readmore >>> http://www.catatanfiqih.com/2015/07/jadilah-pemaaf.html

#catatanfiqih
#idulfitri
#ramadhan
#ramadhan2018
#puasa
#khutbah
#silaturrahim

Ramadhan itu Bulan Perjuangan

Ramadhan bulan perjuangan, perjuangan mencari pahala, perjuangan memperbanyak amal. Sepanjang sejarah peradaban Islam ada banyak peristiwa besar yang terjadi pada bulan ramadhan. Sebut saja seperti perang Badar yang terjadi pada 17 ramadhan 2 H, lalu Fathu Makkah pada 21 Ramadhan 8 H, serta Bebasnya Baitul Maqdis dan penyerahan kuncinya kepada Khalifah Umar bin Al-Khattab ra yang terjadi pada 13 Ramadhan 15 H.

Bulan Perjuangan

Serangkaian peristiwa itu menujukkan bahwa ramadhan bukanlah bulan untuk bermalas-malasan karena menahan lapar dan dahaga, akan tetapi pada bulan ini dituntut untuk semakin meningkatkan perjuangan dan meraih prestasi gemilang sebagaimana yang telah dicontohkan oleh generasi-generasi terdahulu.

Selama ramadhan, fisik kita dilatih guna mampu menahan lapar dan haus, namun yang menjadi inti utamanya bukan sekedar menahan beban fisik semata. Panca indra pun juga harus ikut berpuasa, dalam artian bahwa puasakan pandangan dari melihat yang tidak pantas, puasakan mulut dari berbicara yang tidak pas, dan puasakan telinga dari mendengar sesuatu yang tidak jelas. Selain puasa fisik tersebut, jiwa kita juga harus mampu berpuasa dari sifat2 tercela, sehingga pada akhirnya level puasa sedikit naik tingkat menjadi level khawas alias puasanya orang-orang khusus. Dan semoga hikmah ramadhan berupa gelar taqwa dapat kita raih, untuk itu mari memperbagus amalan.

Berbahagialah Mereka yang Syahid di Jalan-Nya

Razan al-Najjar

Mereka yang syahid karena berjuang demi menegakkan agama-Nya tidak akan pernah mati, mereka akan tetap hidup, bahkan selalu memperoleh rizki dari Rabb-Nya, berbahagialah mereka yang berhasil mereguk syahid.

Dalam kalam-Nya yang suci, Allah Ta'ala berfirman:

وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِنْ لَا تَشْعُرُونَ

Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS. Al-Baqarah: 154)

Tampil Beda Bisa Berujung Binasa


Oleh: Saiful Hadi

Short link: bit.ly/bedabisabinasa

Tampil beda sendiri ditengah-tengah mayoritas bisa melahirkan bibit permusuhan. Ibarat seperti sedang di jalan raya, ketika arah jalan ke barat namun malah nekat sendiri melawan arus menuju ke timur, maka akan sangat berbahaya, selain bisa mencelakan diri sendiri juga dapat mencelakan yang lain.

Sejarah telah mencatat sepotong kisah menarik yang terjadi pada Qadhi Abu Ya’la al-Hanbali yang merupakan seorang fuqaha Hanbali, dimana pada saat itu ada seorang ahli fiqh bermazhab syafi'i yang ingin mendalami mazhab Hanbali, namun justru sang Qadhi menegurnya agar belajar saja pada guru-guru yang bermazhab syafi'i agar tidak terjadi perbedaan yang berujung perpecahan tatkala ia pulang kampung. Lebih lanjut mari simak kisah berikut:

قال الوزير أبو المظفر يحيى بن محمد بن هبيرة: حكى لي الشيخ محمد بن يحيى عن القاضي أبى يعلى أنه قصده فقيه ليقرأ عليه مذهب أحمد فسأله عن بلده فأخبره فقال له إن أهل بلدك كلهم يقرأون مذهب الشافعي فلماذا عدلت أنت عنه إلى مذهبنا فقال له إنما عدلت عن المذهب رغبة فيك أنت فقال ان هذا لا يصلح فانك إذا كنت في بلدك على مذهب أحمد وباقي أهل البلد على مذهب الشافعي لم تجد أحدا يعبد معك ولا يدارسك وكنت خليقا أن تثير خصومة وتوقع نزاعا بل كونك على مذهب الشافعي حيث أهل بلدك على مذهبه أولى ودله على الشيخ أبى إسحاق.

Tampil Beda Bisa Binasa

Berkata al-Wazir Ibnu Hubairah (w 560 H):
Syekh Muhammad bin Yahya menceritakan kisah al-Qadhi Abu Ya’la al-Hanbali (w 458 H), bahwasannya beliau didatangi seorang ahli fiqh untuk belajar madzhab Hanbali, maka al-Qadhi bertanya tentang asal negri ahli fiqh ini, setelah dijawab al-Qadhi berkata:
"Sesungguhnya penduduk negri mu semuanya bermadzhab Syafi’i, lalu mengapa engkau berpaling pada madzhab Hanbali?"

Dia menjawab: "sesungguhnya aku berpaling ke madzhab mu karena aku mengagumimu."
Al-Qadhi berkata: "sikapmu ini tidaklah pantas, karena apabila kamu kembali ke negri mu dengan madzhab Hanbali sedangkan penduduk negrimu bermadzhab Syafi’i, kamu tak akan sama dengan mereka dalam teknis Ibadah, orang-orang juga tidak akan belajar kepadamu dan kamu akan menciptakan bibit permusuhan dan menimbulkan pertikaian."

"Justru yang lebih utama bagimu adalah tetap bermadzhab syafi’I sebagaimana penduduk negrimu. Kemudian al-Qadhi membawa ahli fiqh ini menemui Abu Ishaq as-Syairazi as-Syafi’i (w 476 H).
(al-Musawwadah Fii Ushul al-Fiqh, hal 541)