Dalam sebuah kalam hikmahnya, Ibnu Athailah al-Iskandari mengatakan "Menunda amal karena menunggu waktuyang luang termasuk tanda kebodohan" [1]. Jika seseorang menunda-nunda amal yang bisa mendekatkannya kepasa Tuhannya karena merasa tidak memiliki waktu luang disela-sela kesibukan dunianya, tindakan itu merupakan tanda kebodohan jiwanya. Dikatakan bodoh karena ia telah menunda amalnya dengan menunggu waktu luang. Padahal, bisa jadi, alih-alih mendapatkan waktu luang untuk beramal ibadah, justru ajal yang datang menjemputnya tiba-tiba. Bisa jadi juga kesibukannya semakin bertambah, karena kesibukan dunia pasti akan terus bertumpuk sebab satu sama lainnya saling berhubungan.
Dalam ihya ulmuddin disebutkan, sebuah kesibukan akan melahirkan sepuluh kesibukan yang lain [2]. Sehingga jangan pernah menunda dalam beramal. Bahkan, andaikata ia mendapatkan waktu luang, tentu tekad dan niatnya pun sudah melemah. Oleh karena itu, sepatutnya ia segera bangkit melakukan amal-amal yang mendekatkan dirinya kepada Tuhannya sebelum terlambat. Pepatah mengatakan, "waktu ibarat pedang, jika kau tidak bisa menggunakannya, niscaya ia akan menebasmu".
Catatan kaki
[1] Mutiara ke-19, al-Hikam ibnu athailah dengan ulasan dari Syech Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati, hal. 34
[2] Ihya Ulumuddin Juz.4 , Imam Al-Ghazali
COMMENTS