Oleh: Saiful Hadi
Dalam sehari semalam telah dianugrahkan kepada kita waktu dengan durasi selama 24 jam. Saat siangnya digunakan untuk bermuamalah dengan sesama makhluk dan saat malam digunakan sebagai sarana beristirahat. Hal ini Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Surat An-Naba:
dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan, (Qs. An-Naba: 9-11)
Demikianlah sebuah ketentuan yang telah digariskan oleh Nya. Tidur merupakan sarana istirahat bagi tubuh yang telah seharian bekerja, dan atas nikmat dari Nya saat pagi menjelang segala kepenatan telah sirna dan tubuh pun kembali bergairah serta penuh semangat untuk memulai segala aktivitas.
Pergantian siang dan malam yang ditandai dengan terbit dan terbenamnya matahari, serta beredarnya bulan kala malam telah datang, hal ini merupakan sebuah nikmat yang telah Allah berikan bagi manusia. Betapa tidak, dengan ada keduanya kita bisa menghitung masa, batas waktu, dan usia. Karena peredaran keduanya terjadi pergantian musim yang bermanfaat bagi manusia untuk menetukan masa bercocok tanam dan sebagainya. Sehingga sangat wajar ketika Allah Ta'ala mengulang-ulang kalimat فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَان "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" sebanyak 31 kali sebagai sebuah penekanan dan peringatan terhadap berbagai nikmat yang telah diberikan-Nya agar manusia bersyukur dan berterimakasih.
Lantas bagaimanakah cara mensyukuri nikmat? Abu Laits As-Samarqandi mengatakan, kesempurnaan syukur itu terletak pada tiga hal, yaitu:
1. Apabila Allah mengaruniakan sesuatu kepadamu, maka perhatikanlah siapa yang memberikannya, lalu pujilah diri-Nya.
2. Merasa puas atas nikmat yang telah Allah berikan.
3. Selama badan sehat, dan hidup tidak ada kurang sesuatu apapun maka jangan sesekali bermaksiat kepada-Nya.
Mensyukuri nikmat umur adalah dengan mempergunakannya pada jalan yang telah digariskan oleh-Nya. Sesungguhnya waktu itu amat sempit dan tidak mungkin bisa kembali kepada waktu yang telah berlalu. Abdullah Al-Muzanni pernah mengatakan "barang siapa yang telah mengikrarkan keislaman dan badanya sehat, maka telah terhimpun baginya puncak kenikmatan dunia dan akhirat, karena nikmat terbesar di dunia adalah sehat semetara puncak kenikmatan akhirat itu adalah islam.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Said Qatadah, Rasulullah bersabda:
"Empat hal siapa yang diberi kesemuanya itu, maka ia benar-benar telah diberikan kebaikan dunia dan akhirat, yaitu: lisan yang selalu berzikir, hati yang selalu syukur, badan yang selalu sabar, dan istri yang mukminah lagi shalihah".
Rujukan:
Tafsir Al-Munir, Tanbihul Gahifilin