Alhamdulillah Sebulan penuh telah kita laksanakan ibadah puasa ramadhan. Dan tibalah saatnya hari nan fitri kita rayakan sebagai sebuah wujud kemenangan. Dan kemenangan yang terbesar adalah lahirnya jiwa baru sebagai sosok insan yang bertaqwa. Demikianlah hikmah dari puasa sebagaimana yang telah diterangkan dalam al-Baqarah ayat 183.
Makna kata تتقون ,agar dengan adanya puasa maksiat terhindar, sebab puasa mematahkan syahwat -yang merupakan penggerak utama terjadinya maksiat-, mencegah pesta pora, kesombongan, dan perbuatan keji, serta tidak terlena dengan kenikmatan dunia. Sikap-sikap inilah yang menjadi cerminan seorang pemenang yang telah belajar dengan bersungguh-sungguh di kampus ramadhan.
Dalam pembukaan surah al-Baqarah, telah dijelaskan empat sifat orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang beriman dan membenarkan perkara-perkara gaib yang diberitakan al-Quran, seperti: kebangkitan, perhitungan amal, shirath, surga dan neraka. Jadi mereka tidak terpaku dengan hal-hal yang bersifat materi yang mudah dijangkau oleh indra dan mudah difahami akal, mereka juga memahami alam-alam lain di luar jangkauan indra seperti malaikat, jin, dan ruh.
Dan selanjutnya sikap taqwa juga tergambarkan dalam pelaksanaan shalat, mereka menunaikan dengan sempurna, lengkap syarat rukun dan adab-adabnya, serta hadirnya kekhusukan dan perenungan tentang apa yang didapatinya dari al-Quran.
Kemudian, ciri mereka juga tergambar dari sikapnya yang gemar menginfakkan harta dalam berbagai bidang kebaikan, seperti zakat, shadaqah, dan nafkah untuk keluarga. Sehingga dari sini, dapatlah kita tarik sebuah benang merah bahwa puncak kemenangan itu adalah dengan terbentuknya sikap taqwa, yang dengannya hubungan dengan Sang Khaliq akan terbina dengan baik melalui shalat dan puasa, dan hubungan antar makhulq akan terbina dengan adanya infak dan shadaqah yang merupakan fondasi perekonomian sehingga terciptalah kemajuan dan kesejahteraan umat.
Namun, ketika puasa sebulan penuh tidak memberi efek apa-apa, maka kemenangan sesungguhnya adalah milik syaitan, sebab ia telah berhasil memperdaya sehingga puasa hanya memberi bekas lapar dan dahaga saja.