Pemahaman terhadap al-quran tidak akan memadai jika hanya mengacu pada terjemahannya saja. Bahkan belakangan ini al-maidah ayat 51 menjadi polemik karena dianggap multi tafsir, lantas bagaimana pendapat para ahli tafsir mengenai surat tersebut? Berikut beberapa petikan penafsiran yang disadur dari karya-karya ulama terdahulu.
1. Tafsir al-Thabari
والصواب من القول في ذلك عندنا أن يقال: إن الله تعالى ذكره نهى المؤمنين جميعا أن يتخذوا اليهود والنصارى أنصارا وحلفاء على أهل الإيمان بالله ورسوله، وأخبر أنه من اتخذهم نصيرا وحليفا ووليا من دون الله ورسوله والمؤمنين فإنه منهم في التحزب على الله وعلى رسوله والمؤمنين، وأن الله ورسوله منه بريئان
“Pendapat yang benar menurut kami ialah bahwa Allah SWT melarang seluruh orang beriman menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai penolong, sekutu, dan teman koalisi (setia) yang dapat merugikan orang mukmin lainnya. Allah SWT mengabarkan bagi siapa pun yang menjadikan mereka sebagai penolong, sekutu, dan teman setia, maka dia menjadi bagian dan berpihak pada mereka dalam hal melawan Allah SWT, Rasulullah SAW, dan orang mukmin. Dengan demikian, Allah dan Rasulullah tidak bertanggung jawab atas mereka.
Sementara mengenai ayat 52, Imam Al-Thabari menuliskan:
غير أنه لا شك أن الآية نزلت في منافق كان يوالي يهود أو نصارى، خوفا على نفسه من دوائر الدهر، لأن الآية التى بعد هذه تدل على ذلك. وذلك قوله: "فترى الذين في قولبهم مرض يسارعون فيهم يقولون نخشى أن تصيبنا دائرة:
“Tidak diragukan lagi bahwa ayat ini diturunkan dalam konteks orang munafik, yaitu mereka yang berkoalisi dengan Yahudi dan Nasrani karena takut ditimpa musibah dan kesusahan. Kesimpulan ini didasarkan pada ayat setelahnya, ‘Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, ‘Kami takut akan mendapatkan bencana’ (QS: al-Maidah ayat 52).”
Sedangka pada bagian akhir penafsiran surat ini, al-Thabari menjelaskan:
أن الله لا يوفق من وضع الولاية في غير موضعها فوالي اليهود والنصاري-مع عداوتهم الله ورسوله والمؤمنين- على المؤمنين، وكان لهم ظهيرا ونصيرا، لأن من تولاهم فهو لله ولرسوله حرب
“Sesungguhnya Allah tidak memberkati orang yang berkoalisi (minta tolong) kepada orang yang tidak tepat. Seperti menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai sekutu dan penolong. Padahal mereka memusuhi Allah, Rasul, dan orang mukmin. Siapapun yang berkoalisi dengan mereka berati ia memerangi Allah, Rasul, dan orang mukmin.”[1]
2. Tafsirul Jailani karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أي مقتضى إيمانكم أن لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ أي توالونهم وتصاحبونهم مثل موالاة المؤمنين ولا تعتمدوا ولاتثقوا بودادتهم ومودتهم إذ هم بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ أي متظاهرون متعاونون ينتهزون الفرصة لمقتكم وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ أي ويعتمد عليهم مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ أي من جملتهم وعدادهم عند الله إِنَّ اللَّهَ أي المطلع لضمائر عباده لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ أي المجاوزين عن مقتضى أوامر الله، المرتكبين لمناهيه، فكيف لا يكون المتولون معهم من زمرتهم.
Artinya, “(Hai orang-orang beriman) seseuai keimananmu. (Jangan kalian jadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pelindung) kalian menjadikan mereka sebagai pelindung dan bersahabat dengan mereka sebagaimana kalian menjadikan orang beriman sebagai pelindung. Jangan kalian bersandar dan memercayakan cinta dan persahabatan mereka karena mereka (sebagian mereka terhadap sebagian lainnya menjadi pelindung) mereka saling membahu dan membantu. Mereka menunggu kesempatan karena benci mereka terhadapmu. (Siapa menjadikan mereka pelindung) bersandar kepada mereka (di antara kamu, maka sesungguhnya ia termasuk dari mereka), termasuk jumlah sebagian besar mereka dan salah satu dari mereka di sisi Allah. (Sungguh Allah) yang melihat hati hamba-Nya (tidak memberi petunjuk kepada kaum yang aniaya) kaum yang melewati batas dari tuntutan perintah Allah, dan melakukan apa yang dilarang Allah. Bagaimana orang yang menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai penolong tidak dianggap sebagai bagian dari mereka?”
Kutipan di atas diambil dari Tafsirul Jailani karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, terbitan At-Tamam, Beirut, Libanon, juz I, halaman 512-513.[2]
3. Tafsir Jamal
قوله يأيها الذين آمنوا، خطاب يعُمّ حكمُه كافةَ المؤمنين من المخلصين وغيرهم. وقوله آمنوا أي ولو ظاهرا. وإن كان سبب نزولها في غير المخلصين فقط وهم المنافقون، كعبد الله بن أبى واضرابه الذين كانوا يسارعون فى موالاة اليهود ونصارى نجران، وكانوا يعتذرون الى المؤمنين بأنهم لا يؤمنون أن تصيبهم صروف الزمان كما قال تعالى يقولون نخشى
Artinya, “’Hai orang-orang beriman’ hukum yang dituju ayat ini menyasar kepada semua orang beriman yang ikhlas maupun yang tidak ikhlas. ‘Berimanlah kamu’ meskipun hanya secara lahir, tidak sampai ke batin. Ayat ini menyasar semua orang beriman meskipun sebab turunnya ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang tidak ikhlas. Mereka adalah orang munafiq seperti Abdullah bin Ubai dan pengikutnya. Mereka inilah yang segera menjadikan orang Yahudi dan Nasrani Najran sebagai pelindung. Mereka sebelumnya menyatakan ‘maaf’ kepada orang-orang beriman bahwa mereka akan melepaskan keimanannya bila peralihan zaman menempatkan orang beriman dalam posisi kalah perang seperti perkataan mereka yang diabadikan dalam Al-Quran, ‘Kami khawatir...’”
Demikian dikutip dari Tafsir Jamal karya Syekh Sulaiman bin Umar Al-Jamal, Darul Fikr, 2003 M/1423 H, Juz 2, halaman 251.[3]
4. Tafsir Al-Baghawi
Terkait Surah Al-Maidah 51, penulis kitab Ma’alimul Tanzil fi Tafsiril Qur’an, Al-Baghawi (wafat 510 H), menyebutkan beberapa riwayat yang berkaitan dengan penyebab turun ayat ini. Riwayat pertama mengisahkan bahwa ayat ini diturunkan pada saat ‘Ubadah bin Shamit dan Abdullah bin Ubay bin Salul tengah bertengkar. Mereka berdebat terkait siapa yang pantas dijadikan tempat berlindung. Pertengkaran mereka itu akhirnya terdengar oleh Nabi SAW. Berikut petikan kisahnya:
نزلت في عبادة بن الصامت وعبد الله بن أبي ابن سلول، وذلك أنهما أختصما، فقال عبادة: إن لي أولياء من اليهود كثير عددهم شديدة شوكتهم، وإني أبرأ إلى الله وإلى رسوله من ولايتهم وولاية اليهود، ولا مولى لي إلا الله ورسوله، فقال عبد الله: لكني لا أبرأ من ولاية اليهود لأني أخاف الدوائر ولا بد لي منهم، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: يا أبا الحباب ما نفست به من ولاية اليهود على عبادة بن الصامت فهو لك دونه. قال: إذا أقبل، فأنزل الله تعالى بهذ الآية
Artinya, "Ayat ini diturunkan pada saat ‘Ubadah bin Shamit dan Abdullah bin Ubay bin Salul bertengkar: ‘Ubadah berkata, ‘Saya memiliki banyak ‘awliya’ (teman/sekutu/pelindung) Yahudi, jumlah mereka banyak, dan pengaruhnya besar. Tapi saya melepaskan diri dari mereka dan mengikuti Allah SWT dan Rasul-Nya. Tiada pelindung bagi saya, kecuali Allah dan Rasul-Nya’.
Abdullah bin Ubay berkata, ‘Saya lebih memilih berlindung kepada Yahudi karena saya takut ditimpa musibah. Untuk mengindarinya saya harus bergabung dengan mereka’. Nabi SAW berkata, ‘Wahai Abul Hubab, keinginanmu tetap dalam perlindungan (kekuasaan) Yahudi adalah pilihanmu, tidak baginya’. Ia menjawab, ‘Baik, saya menerimanya’. Karenanya, turunlah ayat ini.”[4]
Rujukan: [1] Tafsir at-Thabari (nu.or.id)
COMMENTS