oleh: Muhammad Ikbal
Sejatinya rasulullah adalah pribadi yang ummy , tidak dapat membaca dan menulis. Ketika wahyu pertama diturunkan di gua hira, malaikat jibril datang seraya berkata “bacalah” baginda nabi menjawab :”aku tidak bisa membaca “, mendengar jawaban nabi, malaikat jibril langsung memegang dan memeluk nabi dengan sangat erat dan melepaskan kembali, kemudian berkata lagi”bacalah” nabi tetap menjawab:”aku tidak bisa membaca“, malaikat jibril kembali memegang dan memeluk nabi dan kembali berkata “bacalah “, nabi tetap menjawab :”aku tidak bisa membaca “, malaikat jibril pun untuk yang ketiga kalinya memeluk nabi dengan sangat erat dan melepaskan kembali dan berkata”bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang maha menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan tuhanmu lah yang maha pemurah (QS. AL-‘ALAQ 1-5)
Disinilah cikal bakal rasulullah menjadi seorang pengajar dan pendidik, dimana terjadinya proses ta’allum antara malaikat Jibril dengan baginda nabi Muhammad SAW. Didalam menjalankan tugasnya sebagai seorang rasul tentunya banyak permasalahan umat yang harus diselesaikan dengan berbagai macam metode mengajar dan mendidik ala rasulullah.
Alquran al-karim sendiri telah menyatakan bahwa rasulullah adalah seorang pengajar, sebagaimana yang telah disebutkan dalam QS. AL-JUMU’AH 62:2 “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul diantara mereka, yang membacakan ayat – ayat Nya kepada mereka, mensucikan mereka, mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (as-sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar – benar dalam kesesatan yang nyata “.
Kepiawaian nabi Muhammad dalam menyelesaikan berbagai masalah tidak diragukan lagi, lihatlah bagaimana cara nabi mendamaikan suku dijazirah Arab yang ketika itu saling berebut agar bisa meletakkan batu hijir aswad. Nabi membuat sayembara siapa yang lebih awal memasuki masjidil haram esok subuh dialah yang berhak meletakkan batu hijir aswad ketempatnya, maka tak satu suku pun yang mendahului nabi. Nabi membentang sehelai kain yang diletakkannya batu hijir aswad tersebut, dengan setiap suku memegang setiap sisi kain. Maka setiap suku pun mendapatkan kesempatan untuk membawa hijir aswad.
Ini adalah satunya cara baginda mendidik umat dalam menyelesaikan masalah. Syeh Abdul Fattah Abu Ghuddah di dalam kitabnya Ar-rasul Al-mu’allim Wa asaalibuhu fi at-ta’lim menyebutkan 40 sistem pendidikan dan pengajaran yang dilakukan dan diberikan oleh rasulullah.
Maka sepatutnya bagi untuk mempelajari dan menerapkan metode mendidik yang telah diwariskan oleh nabi kepada para alim ulama. Jangan hanya ilmu yang sudah kita miliki sebatas untuk diri pribadi, tetapi berbagilah dengan ilmu yang sudah kita miliki untuk kepentingan bersama.
Santai Dayah Darul Falah Ule Glee, Pijay
COMMENTS