Tugas Orangtua dan Anak


Oleh: Ihsan Yaqub

Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Tugas kedua orang tuanya adalah mendidik sang anak kejalan yang benar dan diridhai oleh-NYA. Sebab ditangan merekalah anak-anak hendak dibentuk menjadi apa. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. telah bersabda:

مَا مِنْ مَوُلُودٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلىَ الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتِجُ الْبَهِيْمَةُ بَهِيْمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟

“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?”  (HR.Muslim:2685)
Sedangkan tugas sang anak adalah mematuhi perintah orangtua selama perintah tsb tidak bertentangan dengan perintah Allah Swt. dan perintah Rasul-Nya.  Berbuat baiklah kepada orang tua selama masih ada kesempatan.

Sebagaimana firman-Nya Qs.An-Nisa': 36.

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, ( An-Nisa':36 ).

Jangan sampai kita menjadi anak2 yg durhaka tehadapnya , krn salah satu keridhaan Allah Swt. terletak pada ridha kedua orangtua, seperti yg telah dijelaskan oleh Nabi Saw. dalam sabdanya :

عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)

Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “Keridhaaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. ( HR. At-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim).

Dan ingat selalu perkataan Ali bin Abi Thalib Ra.
"Jagalah ibu bapakmu, niscaya anak2mu akan menjaga kamu ". {Ali bin bin Abi Thalib Ra.}.

Oleh karena itu selagi nafas masih berhembus, kaki masih terus melangkah, dan jantung masih berdenyut, pergunakanlah akhir2 hayat kita ini utk selalu berbakti kepadanya. Jangan menunda2 untuk berbuat baik kepada mereka walau hanya sedetik saja. Karena penyesalan itu datangnya terlambat, sementara yang datang diawal itu namanya pendaftaran 😄.

Pray For Sulawesi Tengah


Ketika suatu musibah datang menghampiri, maka yakinlah akan pertolongan Allah Ta'ala. Sebab, Allah Ta'ala berjanji untuk memudahkan segala sesuatu yang sulit, memberikan solusi setiap masalah, menghilangkan berbagai ujian dan bencana serta memberi kabar gembira bahwa kemenangan sudah dekat. Dalam surat Al-Insyirah Allah berfirman:

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" (Qs. Al-Insyirah: 5 - 6)

Berdasarkan uraian dalam Kitab Tafsir Al-Munir karya Syaikh Wahbah Az-Zuhaili, ayat tersebut memberi pemahaman bahwa Allah Ta'ala menjadikan kemudahan dan rahmat bagi para hamba sebanyak dua kemudahan dalam setiap satu kesulitan. Sehingga, jika ada sebuah kesulitan maka didepannya akan ada dua kemudahan.

Semoga diberi ketabahan dan keselematan bagi saudara-saudara yang sedang mengalami musibah gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.


Infografik: Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara


Berdasarkan keterangan dari edaran atau panduan kemenag yang beredar, sama sekali tidak terdapat larangan adzan pakai pengeras suara. Hanya saja, yang diatur adalah mengenai pemakaian mic itu sendiri, untuk shalat berjamaah, ceramah, dzikir dan sejenisnya memakai "mic dalam" yang hanya diperdengarkan untuk bagian dalam ruangan saja. Sementara untuk adzan harus memakai "mic luar" yang suaranya bisa menjangkau jauh.

Jadi Sama sekali tidak ada larangan pakai toa apalagi larangan azan. Akan tetapi, yang heboh di medsos, seolah-olah seperti dilarang adzan pakai mic luar? Tanya kenapa? Inilah pentingnya untuk mengedepankan prinsip tabayun, dan tidak tergopoh-gopoh mengambil kesimpulan hanya dari kalimat judul semata.

Berikut ini infografis mengenai tata tertib pemakaian mic yang dirilis oleh Kementerian Agama.



Ketika Hari Arafah Indonesia dan Saudi Berbeda




Oleh: Saiful Hadi

Hari Arafah merupakan puncaknya ibadah haji yang dilaksanakan pada tanggal 9 zulhijjah, dan keberadaan dari hari arafah ini pula yang menjadi perbedaan utama antara rukun haji dan umrah, dimana dalam pelaksanaan ibadah umrah tidak terdapat wuquf di arafah sehingga bisa dilaksanakan kapan saja.

Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda “Al-Hajju Arafah”; Haji itu Arafah. Dan hari Arafah tersebut bertepatan dengan tanggal 9 dzulhijjah, seluruh umat islam yang sedang melaksanakan ibadah haji mestilah berada di arafah pada tanggal tersebut. Sementara puasa Arafah merupakan puasa sunnah yang dilakukan oleh mereka yang tidak sedang melaksanakan wukuf atau haji, waktu pelaksanaanya bertepatan dengan tanggal 9 dzulhijjah. Titik temu antara kedua ibadah ini adalah sama-sama berada pada tanggal 9 zulhijjah, namun pada tahun ini tersiar kabar dari pemerintahan Saudi bahwa 9 zulhijjah jatuh pada hari selasa bertepatan dengan tanggal 27 juni 2023. Sementara hasil rukyat pemerintah indonesia menetapkan 9 zulhijjah jatuh pada hari rabu tanggal 28 Juni 2023, sehingga di Indonesia hari raya Idul Adha akan dirayakan pada hari kamis 29 Juni 2023.

Mungkin ada yang bingung melihat perbedaan dari kedua negara ini, terutama mengenai kapan berpuasa sunnah arafah dan merayakan Idul Adha, ikut Arab Saudi atau ikut Indonesia? Mengenai sebab perbedaan ini, setidaknya ada beberapa alasan sebagai berikut:

Perbedaan geografis

Saudi berada di sebelah barat Indonesia, dengan posisi tersebut waktu Indonesia lebih cepat 4 jam. Akan tetapi, hilal justru lebih duluan dapat terlihat di Saudi, karena terlihatnya disebelah barat saat terbenam matahari.

Metode Penentuan Hilal dan Mathali'

Mengutip artikel dari rumahfiqih.com, Penentuan hilal bisa dengan metode rukyat ataupun hisab; hisab wujud al-Hilal atau juga Hisab Imkan ar-Ru’yah, atau gabungan dari keduanya. Hingga akhirnya kita akan menemukan perbedaan ulama pada masalah rukyat lokal atau Internasional; apakah setiap masyarakat harus mengikuti hasil perhitungan lokal, atau boleh juga mengikuti hasil dari negara Islam lainnya? Yang dalam bahasa fikihnya dikenal dengan sebutan wihdah al-Mathali’ wa ikhtilaf al-mathali’.

Mengenai masalah ikhtilaf al-mathali sebagian ulama berpendapat bahwa perbedaan mathali’ mempengaruhi perbedaan penentuan awal bulan di masing-masing daerah. Ini meruakan pendapat Ikrimah, al-Qosim bin Muhammad, Salim bin Abdillah bin Umar, Imam Malik, Ishaq bin Rahuyah, dan Ibnu Abbas.  (Fathul Bari, 4/123).

Bolehkah ikut Saudi?
Syaikh Ibnu Utsaimin seorang ulama terkemuka Saudi menurut beliau tidak harus mengikuti keputusan Saudi, setiap Negeri boleh mengikuti keputusan wilayahnya masing-masing. Berikut petikan lengkap fatwa beliau:

والصواب أنه يختلف باختلاف المطالع ، فمثلا إذا كان الهلال قد رؤي بمكة ، وكان هذا اليوم هو اليوم التاسع ، ورؤي في بلد آخر قبل مكة بيوم وكان يوم عرفة عندهم اليوم العاشر فإنه لا يجوز لهم أن يصوموا هذا اليوم لأنه يوم عيد ، وكذلك لو قدر أنه تأخرت الرؤية عن مكة وكان اليوم التاسع في مكة هو الثامن عندهم ، فإنهم يصومون يوم التاسع عندهم الموافق ليوم العاشر في مكة ، هذا هو القول الراجح ، لأن النبي صلى الله عليه وسلم يقول ( إذا رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا)

“Dan yang benar itu adalah sesuai perbedaan mathla’ (tempat terbit hilal). Sebagai contoh, kemarin hilal sudah terlihat di Mekah, dan hari ini adalah tanggal 9 Dzulhijjah. Sementara di negeri lain, hilal terlihat sehari sebelum Mekah, sehingga hari wukuf arafah menurut warga negara lain, jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, maka pada saat itu, tidak boleh bagi mereka untuk melakukan puasa. Karena hari itu adalah hari raya bagi mereka.

Demikian pula sebaliknya, ketika di Mekah hilal terlihat lebih awal dari pada negara lain, sehingga tanggal 9 di Mekah, posisinya tanggal 8 di negara tersebut, maka penduduk negara itu melakukan puasa tanggal 9 menurut kalender setempat, yang bertepatan dengan tanggal 10 di Mekah. Inilah pendapat yang kuat. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذا رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا

“Apabila kalian melihat hilal, lakukanlah puasa dan apabila melihat hilal lagi (hari raya), maka berbukalah” (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin)

* Artikel ini pertama tanyang pada Agustus 2018 dan disunting ulang 27 Juni 2023.

infografik sebab perbedaan hari arafah

Shalat Ketika Gempa

Gempa
Foto: liputan6.com

Sejarah mencatat, telah terjadi berbagai gempa besar di Indonesia. Dari Artikel dari yang dipublikasi oleh lantue.id (baca: Riwayat Gempa Bumi di Indonesia), sepanjang tahun 2004-2018 sedikitnya telah terjadi gempa yang kekuatannya lebih dari 5 SR  sebanyak 20 kali pada berbagai lokasi di wilayah Nusantara. Keberadaan gempa dan kapan terjadinya memang tidak bisa diprediksi, akan tetapi tetap waspada dan mempersiapkan diri dalam menghadapinya.

Dari berbagai gempa yang terjadi, umumnya korban jiwa disebabkan oleh reruntuhan bangunan, baik itu berupa bangunan rumah ataupun bangunan publik seperti tempat ibadah. Jika tiba-tiba terjadi gempa, dan sedang melaksakan shalat di dalam mesjid, apa yang harus dilakukan? membatalkan shalat atau melanjutkannya? menjawab masalah ini, mari simak ulasan yang disampaikan oleh Ustaz Ahmad Sarwat, Lc, MA mengenai Shalat Ketika Gempa berikut yang disadur dari akun facebook beliau:

-------------
Lagi Shalat Ada Gempa, Batalkan atau Teruskan?

Pada dasarnya kita tidak boleh membatalkan shalat seenaknya, kecuali ada hal-hal yang darurat dan mengharuskannya. Salah satunya adalah kalau lagi shalat terjadi gempa bumi yang teramat kuat sehingga khawatir ketimpa bangunan yang roboh, maka bukan hanya boleh membatalkan tapi justru wajib membatalkan shalat.

Kok gitu?

Sebab bila kita teruskan shalat tapi sangat beresiko ketimpa bangunan yang roboh akibat gempa itu, itu sama saja dengan menceburkan diri dalam kebinasaan. Dan hukumnya haram karena Allah SWT melarangnya dalam Al-Quran.
ولا تلقوا بأيديكم إلى التهلكة

Jangan kamu campakkan dirimu ke dalam kebinasaan. (QS. Al-Baqarah : 195)

Bahkan kalau sampai mati tertimpa bangunan, bisa saja dikategorikan dengan sengaja membunuh diri sendiri. Dan bunuh diri itu terlarang di dalam Al-Quran.
ولا تقتلوا أنفسكم

Jangan kalian membunuh diri kalian. (QS. An-Nisa' : 29)

Umar bin Al-Khattab ra ketika mengurungkan niat tidak jadi meneruskan perjalanan ke Syam karena mendengar ada wabah mematikan, dikritik orang. Kenapa khalifah tidak bertawakkal saja kepada Allah? Bukankah ajal dan nyawa itu kan sudah ada yang ngatur yaitu Allah SWT. Kenapa lari dsri ketentuan (qadarullah) Allah?

Maka Umar pun menjawab bahwa beliau meninggalkan qadarullah menuju qadarullah yang lain.

من قدر الله إلى قدر الله

Dan para ulama sejak awal sudah menyusun Kaidah Fiqhiyah yang terbangun dari hadits nabawi :

الضرر يزال

Segala kemadharatan itu harus dihalau atau dihindari.

Seringkali orang terkecoh dengan hadits-hadits tentang orang shalat dan tetap mempertahankan shalat meski ada ancaman.

Misalnya Nabi SAW perintahkan kalau lagi shalat ada ular atau kalajengking berbisa, bunuh saja. Kesannya jangan sampai shalat kita tertunda gara-gara gangguan hewan.

Atau ada juga yang berdalih bahwa Nabi SAW tetap meneruskan shalat meski cucunya, Hasan atau Husein datang mengganggu naik ke punggung saat sujud. Atau diriwayatkan beliau SAW shalat sambil menggendong cucunya, Umamah binti Zainab yang masih bayi.

Kesannya heroik sekali. Tetap khusyuk dan meneruskan shalat, walau apapun yang terjadi. Gagah sekali kesannya.

Akhirnya terbawa-bawa ke gempa. Seakan ingin melarang kita batalkan shalat dengan alasan apapun. Walaupun terjadi gempa, tetap harus shalat, begitu doktrinnya.

Dan kalau pun ketimpa bangunan masjid yang roboh, insyaallah mati syahid.

Wah wah wah ini ajaran datang dari mana lagi?


Sujud Syukur ala Pemain Bola

Prancis kembali mengukir sejarah setelah mengalahkan Kroasia 4-2 dalam event piala dunia. Dalam cuplikan video perayaan kemenangan timnas Prancis setelah ditiupnya peluit tanda berakhir pertandingan terlihat ada pemain Muslim Prancis yang melakukan sujud syukur seperti yang dilakukan oleh Paul Pogba dan Djibrile Sidibe.

Yang menimbulkan pertanyaan adalah, apakah boleh melakukan sujud syukur dalam keadaan seperti itu, dimana para pemain tersebut tidak memakai pakaian yang menutupi aurat, atau bahkan jangan-jangan wudhu pun tidak ada?. Beranjak dari sini tidak boleh bagi kita ikut-ikutan langsung sujud syukur tatkala mendapat nikmat karena meniru pemain bola, ibadah harus beranjak atas dasar ilmu pengetahuan, bukan sekedar ikut-ikutan.

Jika dikaji berdasarkan pandangan ulama dari kalangan mazhab Malikiyah, pelaksanaan sujud syukur boleh dilakukan meski tidak memenuhi syarat-syarat sahnya shalat, dimana dalam shalat mestilah suci dari hadast besar maupun kecil, juga menutup aurat.

Dalam pandangan mazhab malik, inti dari sujud syukur adalah spontanitas begitu mendapati sesuatu yang membahagiakan atau menggembirakan. Dan kalau 'kejutannya' sudah terlewat lama, karena harus berwudhu atau mandi janabah terlebih dahulu, maka tidak ada sujud syukur lagi. Sehingga menurut mazhab ini tidak mensyaratkan sujud syukur dengan suci dari hadats atau najis.

Sementara Mazhab Asy-Syafi'iyah dan mazhab Al-Hanabilah mensyaratkan pelaksanaan sujud syukur sama dengan syarat shalat, yaitu : suci dari najis, suci dari hadast kecil maupun besar, menghadap kiblat dan menutup aurat. Sehingga dalam pandangan mazhab ini tidak lantas serta-merta langsung sujud syukur tatkala memperoleh kegembiraan atau nikmat, tapi harus berwudhu terlebih dahulu, memakai pakaian yang suci dan menutup aurat serta menghadap kiblat.

Tuntunan Ketika Hujan, Petir, dan Angin Kencang

Hujan, angin, dan petir merupakan fenomena alam yang merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Ta'ala. Gejala-gejala alam ini terkadang menimbulkan rasa cemas jika terjadi dalam intensitas yang berlebihan, hal ini karena tidak jarang hujan lebat terkadang menimbulkan banjir, angin kencang pun juga terkadang menimbulkan masalah yang luar biasa. Karenanya, mari ikuti tuntunan dari Rasulullah ketika hal itu terjadi. Berikut petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam saat mendung, hujan, petir dan setelah hujan.

1. Doa Ketika mendung dan langit diselimuti awan hitam

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذ بِكَ مِنْ شَرّ مَا فِيْه

“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari keburukan yang terkandung di dalam awan ini.” (HR. Bukhari)

2. Do’a Ketika Hujan Pertama Kali Turun

اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً


“Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat.” (HR. Bukhari)

3. Do’a Ketika Hujan Turun Dengan Sangat Lebat

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, namun jangan untuk menghancurkan dan merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.” ( HR. Bukhari)

4. Do’a Ketika Angin Bertiup Kencang

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أرسلت بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أرسلت بِهِ.

“Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin (ribut ini), dan kebaikan apa yang ada di dalamnya dan kebaikan dari tujuan angin itu dihembuskan. Dan Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan angin ini, dan kejahatan apa yang ada di dalamnya dan kejahatan dari tujuan angin itu dihembuskan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Ketika Mendengar Petir

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمِدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِه

“Maha Suci Allah yang halilintar/petir bertasbih dengan memujiNya, begitu juga para malaikat, karena takut kepada-Nya.”

6. Ketika Hujan Berhenti

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ

“Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.” (Muttafaq ‘alaih)


Biografi Abu Ulee Titi

Al-mukarram Abu. H. Athaillah lshak Al-Amiry merupakan sosok ulama kharismatik Aceh Besar. Pimpinan Dayah Ulee Titi yang akrab dikenal dengan Abu Ulee Titi ini lahir pada tahun 1955, beliau merupakan putra keempat dari pasangan Abu. H. Ishak Al-Amiry bin lsmail dan Ummi Ashimah Binti Sulaiman.
Silsilah keilmuan Abu Ulee Titi berawal dari belajar dengan Ayahandanya lalu dilanjutkan ke Dayah BUDI Lamno, Aceh Jaya, dan Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah, Bireun. Saat di Darul Ulum Tanoh Mirah, beliau belajar langsung pada Abon tanoh merah (Tgk. H. Abdullah).
Dalam memimpin dayah, Abu Ulee Titi selalu Mengedepankan Kedisiplinan bagi seluruh guru dan santri. Dayah yang berlokasi di jalan Sultan Iskandar muda ini mengemban misi menciptakan generasi muslim yang beraqidah ahlussunnah wal jamaah, berakhlakul karimah dan mampu menjawab tantangan perkembangan zaman dengan nilai-nilai keislaman.
Salah satu karakteristik Dayah ulee Titi adalah menghasilkan kelulusan yang berkarakter layaknya tokoh sufi terdahulu. Sufi yang bercirikan lemah lembut dalam bertutur, Wara' dalam bersikap, dan sederhana dalam berpenampilan.
Disadur dari status FB Syamsued Dzhuha

Tiga Syarat Taubat

Syarat Taubat

Pertama, menjauhkan diri dari maksiat yang telah terlanjur ia kerjakan. 

Kedua, menyesali setiap dosa yang telah dilakukannya. 

Ketiga,mempunyai keinginan yang kuat untuk tidak kembali mengulangi berbuat dosa.

#taubat
#insaf
#catatanfiqih
#motivasi
#quotes

More >> Syarat Taubat

Jangan Buka Aib Saudaramu


Oleh: Hendri Julian Ibrahim

"Guru... itu gadis yang bulan lalu diarak warga karena kedapatan mesum dengan pemuda kampung sebelah." Dari pematang sawah jarinya menunjuk ke jalanan setapak.

"Plak..." Seketika telapak tangan mendarat di pipinya. Ia pun terkejut tak karuan.

"Ambil ini! Pukul aku jika engkau marah!" Sang guru menyodorkan gagang cangkul.

Seketika wajahnya memerah. Suasana hening.

"Pukul aku! Allah saja sudah menutup aibnya. Mengapa engkau membukanya kepadaku."

"Guru..."

"Salahku sebagai guru karena tak betul dalam mendidik. Pukul! Pukul! Ambil ini!" Suaranya meninggi ditambah tetesan bening membasahi pipinya.

"Maafkan saya guru." Dipeluknya jasad tua itu yang mulai keriput. Tangisannya mendesak parau dengan rasa takut.
"Wahai anakku. Ketahuilah... Man Satara musliman Satarahullahu yaumal Qiyamah. Siapapun yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di akhirat kelak. Siapa di antara kita di dunia ini yang tidak memiliki aib? Tidak ada. Semua kita memiliki aib. Hanya saja Allah menutupnya."
Wajahnya pucat pasi. Suara tangis sang murid meninggi diiringi nyanyian katak di tengah sawah. Dipandangnya tangan sang guru yang mulai gemetar.

"Duduklah di sini!" Seret lembut sang guru menggenggam tangan mungil itu ke ujung balai bambu tua.

***

"Alkisah..." Sang guru mulai bercerita dengan wajahnya memandang langit. Tadahnya seakan memberi isyarat agar air mata itu terus mendekam di relung sana.

Dahulu di negeri Yaman ada seorang lelaki yang shalih, alim dan sangat disegani di kampungnya. Ia dijodohkan dengan seorang gadis yang cantik, jelita dan juga santun.

Awal rumah tangga mereka sangat indah. Makan bersama, minum segelas berdua, dan hidup seakan begitu indah saat cabang bayi mulai bersarang di rahim sang istri.

Boleh dikatakan hidup mereka tentram. Hingga pada suatu hari. Tibalah masa melahirkan sang istri. Terjadilah sebuah masalah. Sang istri melahirkan terlalu cepat. Namun kata dokter usia kandungan pas sembilan bulan, sedang pernikahan mereka baru masuk tujuh bulan.

Dengan perasaan bersalah, sang istri mengakui bahwa ia telah tidur dengan lelaki lain sebelum menikah dengannya. Namun sang laki-laki itu lari.

Tak tahu harus marah kepada siapa. Pikiran sang suami berkecamuk. Di satu sisi ia sangat benci kepada pengakuan sang istri. Di sisi lain ia juga sangat mencintai sang istri dengan akhlaknya setelah menikah.

Ia keluar dari rumah. Digerainya sajadah di tengah mesjid. Shalatlah ia mencari petunjuk.

"Ya Allah... Ya Allah." Lisannya terus menari-nari memohon arah.

Saat ia pulang. Dilihatnya sang bayi tertidur dengan mungilnya. Rasa ibanya muncul. Dilihatnya sang istri. Berperanglah isi hatinya.

"Baiklah... sudah kuputuskan. Kau tak akan kuceraikan. Tapi anak ini bukan anakku. Karena secara hukum syar'i ia memang bukan darah dagingku. Tidak menerima warisanku dan tidak menggantung pada nama besarku. Tidak ada Bin pada dirinya, karena ia adalah anak zina. Nasabnya hanya pada dirimu sebagai ibunya. Dan selamanya ia tak memiliki Ayah."

Sang istri terisak. Suaranya parau tak sanggup mengeluarkan nada.

"Tapi sebagai orang yang beragama. Aku tak akan membuka aibmu. Kau berubahlah. Jangan kembali kepada masa lalumu." Ucap sang suami dengan hati remuk.

Keesokan paginya saat shalat subuh. Diambilnya sang bayi tanpa pengetahuan sang istri. Dimasukkannya kedalam sebuah kotak kardus. Sengaja ia datang terlambat ke mesjid agar tak ada yang melihatnya. Ia ingin meletakkan kardus itu di pelataran mesjid.

"Assalamu'aikum warahmatullah... Assalmu'laikum warahmatullah..."

Seketika ia bangun dari jamaah dan Langkahnya cepat menuju pelataran mesjid. Diambilnya kotak itu kembali.

"Aku menemukan seorang bayi... Aku menemukan seorang bayi..." soraknya keras hingga kemudian dihampiri semua jamaah mesjid.

"Allahu Akbar... Anak siapa ini?" Jamaah saling berebut tanya ingin memastikan.

***

Singkat cerita. Setelah musyawarah panjang di dalam mesjid. Diambillah sebuah kesimpulan.

"Sebagaimana mana dalam Bab Luqathah. Maka yang berhak mengadopsi ini adalah saya. Karena yang menemukannya pertama kali adalah saya." Ucap sang suami tadi kepada seluruh jamaah.

Dibawanya pulang anak tersebut. Hingga pada akhirnya, semua masyarakat di kampung menganggap anak tersebut bukan darah dagingnya. Namun ia hanya sebagai ayah angkat saja. Sebagai adobsi dari hasil temuannya.

Niat mulianya tercapai. Aib istrinya tak terbongkar. Anak itupun dibesarkan olehnya dengan tanpa menisbatkan anak itu sebagai anaknya.

***

Usai cerita murid pun memohon maaf kepada sang guru. Dan ia berjanji tak akan lagi membuka aib orang lain.

"Jika kamu tak mampu menjadi seperti lelaki tadi. Minimal jagalah lisanmu wahai anakku."

"Insyaallah guru."

"Lisan itu konsekuensinya bukan hanya akhirat saja, tapi di dunia juga. Sah tidak sahnya sesuatu sangat terkait lisan. Jual beli, aqad nikah, cerai, dhihar, li'an, bahkan shalat pun demikian."

***
Note : Diceritakan kembali dengan hiperbola yang over. Diambil dari kisah yang diceritakan oleh Syeikh Daud ar-Rifai Yordania saat pelajaran Fiqh Syafi'i dan beliau mendengar dari Syeikh Salim Khatib Yaman.

Yakinlah, Ada Dua Kemudahan Dibalik Suatu Kesulitan

Tuhan menghadirkan masalah agar manusia bisa belajar dan menjadi lebih baik. Sementara terus menerus berada pada zona nyaman hanya akan membuat kita terlena dengan kenyamanan sehingga tidak siap ketika menghadapi cobaan. Ketika ada sebuah kesulitan datang menghampiri, maka yakinlah dibalik itu bakal ada dua kemudahan, dalam Kalam-Nya Allah Ta'ala telah berfirman: "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. " (QS. al-Asrah : 5-6)

Readmore > dua kemudahan

Orang Awam Mesti Ikut Ulama

Oleh: Saiful Hadi

Rasulullah telah berpesan bahwa Ulama adalah pewaris beliau, sehingga sebagai orang yang awam sudah sepantasnya mengikuti petunjuk-pentunjuk dari ulama, bukan malah sebaliknya, sedikit-sedikit tanya "mana dalilnya? Shahih apa tidak?". Sebab jika ilmu belum mumpuni namun nekat ingin menggali dalil sendiri, yang ada bakal nyasar dalam memahami dalil.

Sebenarnya bukan dalil yang salah namun pemahamannya yang kurang benar, sehingga bisa terjerumus kedalam pemahaman yang salah kaprah. Bahkan Imam As-Syathibi (w. 790 H) dalam as-Muwafaqat menuliskan:

Fatwa-fatwa ulama mujtahidin bagi orang awam itu ibarat dalil syar’i bagi para mujtahid. (Ibrahim bin Musa as-Syathibi w. 790 H, al-Muwafaqat, h. 5/ 336). [3]

Apa yang disampaikan oleh Imam As-Syathibi cukup beralasan, karena dalil syari’ bagi orang awam ibarat bahan mentah, jika tidak bisa memasak untuk apa diberi bahan mentah, bukankah lebih baik memakan saja apa yang telah diracik oleh para Imam Mujtahid yang memang sudah ahli dibidangnya.

Baca Juga > Ketika Dalil Saling bertentangan

Amalan Ringan Namun Extra Pahala

Oleh: M. Ihsan Yaqub (*)

Banyak orang yg mengeluh karena mereka tidak memiliki waktu untuk beribadah , beramal dan menyiapkan bekal utk akhirat kelak.

Namun janganlah risau, karena ada juga amalan yang ringan mamun extra pahala diberikan oleh Allah swt.

Amalan tersebut adalah qira'atul qur'an ( membaca al-qur'an ) , yg setiap huruf al-qur'an akan dilipat gandakan oleh Allah Swt. sebanyak 10 Kali lipat.

Sebagaimana yg telah disabdakan oleh Rasulullah Saw.  Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam as-Sunan (no. 2910 –cet. Musthofa Baabil Halabiy, Beirut cet. 2 1395 H) dari jalan :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الحَنَفِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ عُثْمَانَ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى، قَالَ: سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ كَعْبٍ القُرَظِيَّ يَقُولُ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ»

Haddatsanaa Muhammad bin Basyaar ia berkata, haddatsanaa Abu Bakr al-Hanafiy ia berkata, haddatsanaa adh-Dhohaak bin Utsmaan, dari Ayyub bin Musa ia berkata, aku mendengar Muhammad bin Ka’ab al-Qurodhiy berkata, aku mendengar Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa salaam bersabda : “Barangsiapa yang membaca satu haruf dari Kitabullah, maka ia akan mendapatkan kebaikan (pahala), dan pahalannya akan dilipatgandakan sebanyak 10 kali lipat. aku (Nabi sholallahu alaihi wa salam) tidak mengatakan bahwa Alif Laam Miim, itu satu huruf, tapi Alif satu huruf, Laam satu huruf, dan Miim satu huruf”.

Ringan Namun Extra Pahala

Singkatnya dalam hadis tersebut sangatlah jelas yg bahwa Nabi Saw. Menerangkan bahwa satu huruf saja kita membaca al qur'an , maka Allah Swt. akan membalas pahalanya sampai 10 kali lipat
Bayangkan gimana baiknya Allah swt. terhadap kita selaku hamba-Nya . Namun bagaimana cara kita mengapresiasikan kebaikan yg Allah swt. berikan terhadal kita .

Apakah kita membalasnya dengan menjalani segala perintah-Nya, atau kita malah durhaka kepada-Nya dengan cara melanggar perintah-Nya yg telah ditetapkan oleh Allah swt.

Maka oleh sebab itu, senantiasalah kita memohon ampunan kepada-Nya dengan cara bertobat dengan Taubat Nasuha dan dengan memperbanyaklah membaca kalam-Nya ( al-qur'an ) .Mudah-mudahan Allah swt. Memberi hidayah-Nya kepada kita agar senantiasa kita berada dibawah panji keislaman dan istiqamah dalam menjalani perintah2-Nya yang sesuai dalam tuntunan islam.

Tentunya akan timbul pertanyaan dibenak kita , kenapa sampai begitunya Allah membalas pahala terhadap orang-orang yg membaca Al-qur'an ? 

Hal ini disebabkan Al-qur'an memiliki posisi yg sangat mulia karena didalamnya memuat firman Allah swt. Yang maha mengetahui segala sesuatu.

Oleh sebab itu al-qur'an diturunkan melalui perantara malaikat jibril as.,  maka jadilah jibril as. Malaikat yg mulia drpd malaikat2 yg lainnya.
Diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., maka jadilah nabi saw. Makhluk paling mulia dan pemimpinnya para anbiya'.

Kemudian diturunkan al-qur'an ini dikota mekkah dan madinah , maka keduanya kota yg mulia drpd kota2 yg lainnya.
Dan Rasulullah saw. Mengajarkan al-qur'an kepada kita ( umat muslim ), maka jadilah kita sebagai umat yg mulia dibandingkan umat2 agama lainnya.

Maka oleh sebab itu kita selaku umat nabi muhammad saw. Marilah kita selalu mengikat hati kita dengan al-qur'an dengan cara membacanya dan mengamalkannya. Sebagaimana layaknya kita selalu memainkan gadget dan ingat kepada gadget setiap saat.

Marilah sama-sama kita amalkan kembali kandungan shurah al-muzammil ayat 04 yg sering kita lupakan , yaitu :
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا

Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. [Al-Muzzammil : 04]

(*) Santri Dayah MUDI Mesra Aceh

Kendalikan Nafsumu

Oleh: M. Ihsan Yaqub (*)
  
Agama islam sebenarnya sangatlah simpel. Cukup dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. Namun yang sangat sulit adalah mengaplikasikan perintah Allah swt kedalam lika-liku kehidupan sehari-hari dan menjauhi diri daripada segala larangan-Nya .

Hal ini disebabkan karena ada satu makhluk yg selalu ingin menjerumuskan manusia kedalam lubang kesesatan yaitu "NAFSU". Dan dibalik itu juga ada yg selalu menyemangatkan kita agar senantiasa melaksanakan perbuatan2 yg dibebankan kepada kita selaku hamba-Nya yg lemah yaitu "AKAL"

Maka selagi Allah masih memberi kesempatan kepada kita, pergunakanlah kesempatan itu baik-baik  .Karena kita tidak pernah tau apakah kesempatan itu akan menghampiri kita lagi kelak atau tidak.

Dan insyaAllah selalu mengedepankan akal drpd nafsu, mudah-mudahan kita dapat menjadi orang2 yg selalu dalam keadaan beriman kepada-Nya. Karena untuk mendapatkan titel manusia yg beriman , salah satu syaratnya adalah kita harus mampumengedepankan akal drpd hawa nafsu.

Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah Saw. Yg diriwayatkan oleh 'Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia menundukkan hawa nafsunya untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa.” (Diriwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih menurut Imam Nawawi).

Mudah-mudahan kita dapat mengamalkan kandungan hadis diatas dengan istiqamah dan diiringi ilmu agama yg mengenai ibadah2 yg kita lakukan tsb.Dan selalu menjalankan segala perintah-Nya yg sesuai dengan al-qur'an , as-sunnah dan ijma' ulama yg shahih .

(*) Santri Dayah MUDI Mesra Aceh 

Hijrah Itu Butuh Ilmu

Sudah menjadi kebiasaan setiap ulama, baik generasi salaf maupun khalaf selalu menggunakan metode talaqi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Talaqqi itu sendiri yakni belajar ilmu secara langsung kepada guru yang mempunyai kompetensi ilmu, tsiqah, dhabit dan mempunyai mata rantai keilmuan yang sambung menyambung hingga sampai ke Rasulullah Shallaahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Belajar dengan berguru tentu akan sangat jauh berbeda dengan belajar dari buku. Sebab, ketika ada sesuatu hal yang sukar dipahami maka bisa bertanya langsung kepada sang guru dan ketika pemahamnya salah maka dengan tegas ia akan ditegur. Berbeda dengan belajar pada buku, ia tidak bisa menegur dikala salah dalam memahami, bahkan tidak bisa menghilangkan kebingungan dikala sukar dalam memahami.

Imam Syafie sendiri mengatakan: “Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar digelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu” (Faidhul Qadir juz 1 hal 433).

#hijrah
#belajar
#catatanfiqih

Semangat Anak Muda

Anak muda harus semangat dalam setiap aktifitasnya. Semangat kerja oke, produktifitas pun tinggi, dan untungpun akan segera menghampiri.

Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda:

Bersemangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu dan minta tolonglah pada Allah, serta jangan engkau malas. [HR. Muslim]

#quotes
#hadist
#catatanfiqih

Perbedaan Ilmu dan Harta

"Perbedaan antara ilmu dan harta adalah : harta tidak akan diraih oleh tangan sebelum berpindah dari tangan yang lain, sedangkan ilmu yang berada di dalam hati orang alim dan akan berada juga di hati orang lain dengan cara diajarkan tanpa harus berpindah dari hati si alim."

Imam Al-Ghazali | Ihya Ulumuddin: 191/3

Syawal, Bulan Kemenangan Para Jomblo

Bulan syawal adalah bulan kemenangan bagi yang telah berpuasa sebulan penuh lamanya. Dan bulan Syawal juga bulan kemenangan bagi para jomblo yang telah mengakhiri masa lajangnya. Kenapa banyak orang melangsungkan pernikahan di Bulan Syawal ?

Menikah di bulan syawal ternyata ada Hadits Shahih dari Sayyidatina Aisyah radhiyallahu'anha beliau berkata :

ﺗَﺰَﻭَّﺟَﻨِﻲ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓِﻲ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﻭَﺑَﻨَﻰ ﺑِﻲ ﻓِﻲ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﻓَﺄَﻱُّ ﻧِﺴَﺎﺀِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﺣْﻈَﻰ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻣِﻨِّﻲ
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menikahiku pada bulan Syawal dan berkumpul denganku pada bulan Syawal, maka siapa di antara isteri-isteri beliau yang lebih beruntung dariku?” (HR. Muslim no. 2551, At-Tirmidzi no. 1013, An-Nasai no. 3184, Ahmad no. 23137)

Imam An Nawawi dalam menjelaskan hadits di atas menerangkan bahwa “di dalam hadits ini terdapat anjuran untuk menikahkan, menikah, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal". Oleh karena itu pada bulan syawal ini adalah bulan yang terbaik untuk membina kehidupan yang baru bersama orang-orang tercinta.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H

Taqabbalallahu Minna Wa Minkum

Di antara proses utama menjadi pemenang setelah melaksanakan bulan Ramadhan adalah menang dalam hubungan dengan sesama. Selain silaturahim, juga ada tradisi saling meminta dan memaafkan. Mengingat Allah tidak memafkan dosa-dosa yang terkait dengan sesama manusia, kecuali telah terjadi saling memafkan di antara mereka. Inilah jalan menuju takwa, karena di antara tanda orang-orang yang bertakwa adalah siapa yang senang memafkan kesalahan sesamanya. Allah berfirman, ''Dan, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.'' (Ali Imran: 133-134). Iya, memafkan tiu adalah ksatria, mulia, dan luhur. Memaafkan bukan tentang kalah atau menang, tapi tentang takwa dan kebaikan.

Readmore >>> http://www.catatanfiqih.com/2015/07/jadilah-pemaaf.html

#catatanfiqih
#idulfitri
#ramadhan
#ramadhan2018
#puasa
#khutbah
#silaturrahim

Ramadhan itu Bulan Perjuangan

Ramadhan bulan perjuangan, perjuangan mencari pahala, perjuangan memperbanyak amal. Sepanjang sejarah peradaban Islam ada banyak peristiwa besar yang terjadi pada bulan ramadhan. Sebut saja seperti perang Badar yang terjadi pada 17 ramadhan 2 H, lalu Fathu Makkah pada 21 Ramadhan 8 H, serta Bebasnya Baitul Maqdis dan penyerahan kuncinya kepada Khalifah Umar bin Al-Khattab ra yang terjadi pada 13 Ramadhan 15 H.

Bulan Perjuangan

Serangkaian peristiwa itu menujukkan bahwa ramadhan bukanlah bulan untuk bermalas-malasan karena menahan lapar dan dahaga, akan tetapi pada bulan ini dituntut untuk semakin meningkatkan perjuangan dan meraih prestasi gemilang sebagaimana yang telah dicontohkan oleh generasi-generasi terdahulu.

Selama ramadhan, fisik kita dilatih guna mampu menahan lapar dan haus, namun yang menjadi inti utamanya bukan sekedar menahan beban fisik semata. Panca indra pun juga harus ikut berpuasa, dalam artian bahwa puasakan pandangan dari melihat yang tidak pantas, puasakan mulut dari berbicara yang tidak pas, dan puasakan telinga dari mendengar sesuatu yang tidak jelas. Selain puasa fisik tersebut, jiwa kita juga harus mampu berpuasa dari sifat2 tercela, sehingga pada akhirnya level puasa sedikit naik tingkat menjadi level khawas alias puasanya orang-orang khusus. Dan semoga hikmah ramadhan berupa gelar taqwa dapat kita raih, untuk itu mari memperbagus amalan.

Berbahagialah Mereka yang Syahid di Jalan-Nya

Razan al-Najjar

Mereka yang syahid karena berjuang demi menegakkan agama-Nya tidak akan pernah mati, mereka akan tetap hidup, bahkan selalu memperoleh rizki dari Rabb-Nya, berbahagialah mereka yang berhasil mereguk syahid.

Dalam kalam-Nya yang suci, Allah Ta'ala berfirman:

وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِنْ لَا تَشْعُرُونَ

Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS. Al-Baqarah: 154)

Tampil Beda Bisa Berujung Binasa


Oleh: Saiful Hadi

Short link: bit.ly/bedabisabinasa

Tampil beda sendiri ditengah-tengah mayoritas bisa melahirkan bibit permusuhan. Ibarat seperti sedang di jalan raya, ketika arah jalan ke barat namun malah nekat sendiri melawan arus menuju ke timur, maka akan sangat berbahaya, selain bisa mencelakan diri sendiri juga dapat mencelakan yang lain.

Sejarah telah mencatat sepotong kisah menarik yang terjadi pada Qadhi Abu Ya’la al-Hanbali yang merupakan seorang fuqaha Hanbali, dimana pada saat itu ada seorang ahli fiqh bermazhab syafi'i yang ingin mendalami mazhab Hanbali, namun justru sang Qadhi menegurnya agar belajar saja pada guru-guru yang bermazhab syafi'i agar tidak terjadi perbedaan yang berujung perpecahan tatkala ia pulang kampung. Lebih lanjut mari simak kisah berikut:

قال الوزير أبو المظفر يحيى بن محمد بن هبيرة: حكى لي الشيخ محمد بن يحيى عن القاضي أبى يعلى أنه قصده فقيه ليقرأ عليه مذهب أحمد فسأله عن بلده فأخبره فقال له إن أهل بلدك كلهم يقرأون مذهب الشافعي فلماذا عدلت أنت عنه إلى مذهبنا فقال له إنما عدلت عن المذهب رغبة فيك أنت فقال ان هذا لا يصلح فانك إذا كنت في بلدك على مذهب أحمد وباقي أهل البلد على مذهب الشافعي لم تجد أحدا يعبد معك ولا يدارسك وكنت خليقا أن تثير خصومة وتوقع نزاعا بل كونك على مذهب الشافعي حيث أهل بلدك على مذهبه أولى ودله على الشيخ أبى إسحاق.

Tampil Beda Bisa Binasa

Berkata al-Wazir Ibnu Hubairah (w 560 H):
Syekh Muhammad bin Yahya menceritakan kisah al-Qadhi Abu Ya’la al-Hanbali (w 458 H), bahwasannya beliau didatangi seorang ahli fiqh untuk belajar madzhab Hanbali, maka al-Qadhi bertanya tentang asal negri ahli fiqh ini, setelah dijawab al-Qadhi berkata:
"Sesungguhnya penduduk negri mu semuanya bermadzhab Syafi’i, lalu mengapa engkau berpaling pada madzhab Hanbali?"

Dia menjawab: "sesungguhnya aku berpaling ke madzhab mu karena aku mengagumimu."
Al-Qadhi berkata: "sikapmu ini tidaklah pantas, karena apabila kamu kembali ke negri mu dengan madzhab Hanbali sedangkan penduduk negrimu bermadzhab Syafi’i, kamu tak akan sama dengan mereka dalam teknis Ibadah, orang-orang juga tidak akan belajar kepadamu dan kamu akan menciptakan bibit permusuhan dan menimbulkan pertikaian."

"Justru yang lebih utama bagimu adalah tetap bermadzhab syafi’I sebagaimana penduduk negrimu. Kemudian al-Qadhi membawa ahli fiqh ini menemui Abu Ishaq as-Syairazi as-Syafi’i (w 476 H).
(al-Musawwadah Fii Ushul al-Fiqh, hal 541)

Berkah Segigit Terong

Kisah ini tentang masa muda Syaikh Sulaim As-Suyuthi yang terjadi di kota Damaskus, Syria, dan kisah hidupnya berubah karena berkah segigit terong, dimana Daulah Umawiyah menjadi ibu kota pada zaman itu. Di kota itu terdapatlah sebuah masjid besar yang diberi nama Masjid Jami’ At-Taubah. Masjid At-Taubah ini dibangun oleh seorang sultan pada abad ke-7, konon sebelumnya adalah tempat hiburan, tempat kemaksiatan. Syaikh tinggal di salah satu ruangan masjid itu hampir tujuh puluh tahun. Syaikh sangat termasyur dan dipercaya karena Kezuhudannya. Seringkali ia lewati hari-hari tanpa ada makanan sedikitpun ataupun sekeping uang untuk membeli makanan. Dalam kelaparan sering kali ia merasa kematiannya sudah dekat, tetapi ia menganggapnya sebagai ujian.

Suatu ketika ia menemui keadaan yang sedemikian gawat karena sudah berhari-hari ia tidak makan, demi mempertahankan hidup ia harus makan apa saja. Keadaan yang sangat darurat yang dalam ilmu fiqih sudah sampai batas diperbolehkan makan bangkai atau mencuri. Saat itu Sulaim memilih mencuri segenggam makanan. Menjelang Ashar ia keluar dari masjid, jika diluar masjid ada yang memberinya makan alhamdulillah. Jika tidak ia terpaksa harus mencuri. Masjid At-Taubah berada disekitar perkampungan yang rumahnya saling berdampingan satu dengan yang lainnya. Terpikir oleh Syaikh untuk melintas diatas rumah-rumah penduduk itu, kalau-kalau ada makanan yang dijemur di atas rumah.

Berkah Segigit Terong

Ia melihat sebuah rumah yang sedang kosong dan segera melangkah ke atap rumah itu, ia mencium bau masakan yang membuat air liurnya keluar. Dengan dua kali lompatan ia sudah berada di atap rumah tersebut dan segera menuju dapur, dilihatnya beberapa terong yang baru saja direbus. Karena rasa lapar yang tidak tertahankan lagi, ia langsung memakan terong itu tanpa peduli lagi panasnya makanan tadi. Namun ketika hendak menelannya, nuraninya mengusiknya. Ia berkata:
” Astaghfirullah, A’udzubillahi minasy syaithanir rajim…
” Aku mencuri? Aku mencuri?”
” Mana imanku? Mana imanku? Aku berlindung kepada Allah.”
” Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?”
” Aku seorang mu’azin di masjid, seorang penuntut ilmu, murid seorang ulama besar, tapi berani masuk ke Rumah orang lain dan mencuri?”
” Astaghfirullah… Ini tidak boleh terjadi.”

Ia langsung mengeluarkan semua terong yang sudah ia mamah dimulutnya, mengembalikan terong yang telah ia gigit. Airmatanya terbit, menyesali perbuatannya dan merasa telah melakukan dosa besar. Ia kembali ke masjid dan sepanjang jalan terus beristighfar.

Usai shalat Ashar ia duduk mengikuti dan mendengarkan pengajian sang Guru di masjid sambil terus memikirkan perbuatannya siang tadi. Usai pengajian dan semua orang telah pergi, tiba-tiba datang seorang wanita dengan memakai cadar muka menghampiri gurunya dan berkata kepada Gurunya dengan ucapan yang sama sekali tidak dapat ia dengar. Setelah itu Gurunya memanggilnya karena tidak ada orang lain lagi disekelilingnya dan bertanya,
” Apakah kamu telah menikah?”
” Belum jawabnya.” Guru betanya lagi,
” Apakah kamu ingin menikah?”

Ia terdiam, perutnya semakin melilit. Ia tidak memikirkan menikah, tetapi memikirkan nasib perutnya yang sudah sekian hari tidak kemasukan makanan. Kemudian guru mengulangi lagi pertanyaannya, dan Syaikh menjawab,
” Guru, Demi Allah, untuk membeli sekerat roti pun saya tidak mampu, bagaimana mungkin saya menikah?”.
Gurunya itu tersenyum lalu berkata,
” Wanita ini bercerita bahwa suaminya baru saja meninggal. Massa Iddahnya telah habis. Ia ingin mendapatkan suami lagi yang menikahinya sesuai Sunnah Rasulullah SAW, agar tidak sendirian lagi, sehingga menutup kesempatan mereka yang ingin berbuat jahat. Apakah kamu mau menikahinya?”
Syaikh menjawab, “Insya Allah saya mau.” Dan si wanita tadi pun menerima Syaikh sebagai suaminya.

Guru langsung menghadirkan dua orang saksi untuk melaksanakan akad nikah dan memberikan mahar untuk muridnya. Setelah itu sang wanita membawanya kerumahnya. Sesampainya di rumah sang wanita membuka cadarnya, Syaikh kaget karena isterinya itu sungguh sangat cantik. Wajah istrinya putih bersinar. Ia semakin kaget saat ini dia berada di rumah yang siang tadi ia masuki.
” Apakah Kanda sudah makan siang?” Tanya sang wanita.

Syaikh menjawab “belum”. Kemudian sang wanita mengajak Syaikh ke dapur untuk makan, namun saat membuka tutup panci betapa kagetnya sang wanita seraya berkata,
” Mengherankan! Siapa yang berani masuk rumah ini dan menggigit terong ini! Mungkin orang yang lancang ini tahu kalau aku janda sehingga berani nya ia masuk rumah ini!”

Mendengar hal itu, Syaikh menangis dan ia mulai menceritakan yang sesungguhnya terjadi. Ia minta maaf. Wanita itu pun menangis mendengar cerita suaminya. Dengan terisak ia berkata,
” Kau lulus ujian, Suamiku. Kamu menjaga dirimu dari perbuatan haram. Sebagai gantinya Allah memberikan terong ini semua bahkan pemiliknya dan seisi rumahnya secara halal”.
Sejak itu ia tinggal bersama isterinya yang cantik, salehah, cerdas. Dan dengan hartanya ia menuntut ilmu menjadi seorang Ulama Besar

sumber : http://tanbihun.com

Jujur, Mengantarkan Ke Syurga

Berlaku jujur adalah sebuah keniscayaan yang merupakan anjuran dari agama. Kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Dalam hadits dari sahabat 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta.  Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta."

Ibu, Madrasah Pertama Seorang Anak

Ibu, Madrasah Pertama Seorang Anak

Wanita yang shalihah adalah sebaik-baiknya perhiasan dunia. Kehadirannya sebagai seorang istri menjadi penyempurna setengah agama suaminya. Dan kehadirannya sebagai seorang ibu menjadikan ia sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, bagus atau tidaknya sebuah generasi sangat berkaitan erat dengan mereka.

Alkisah pada masa tabiin, dalam pertempuran yang dimenangkan pasukan muslimin di sebuah daerah yang disebut “Negeri di balik sungai” ada Farukh, budak yang mendampingi tuannya Rabi' bin Ziyad panglima pasukan muslimin dalam berjihad. Usai pertempuran Rabi’ menghembuskan nafas terakhirnya setelah memberi ghanimah ribuan dinar serta hadiah kemerdekaan dan uang kepada Farukh. Farukh yang berusia sekitar 30 tahun memilih menikah dan membina rumah tangga di Madinah.

Farukh sangat mensyukuri karunia Allah berupa istri yang sholehah, matang pola fikirnya, sempurna agamanya dan cantik akhlak dan parasnya yang kelak akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya, persis seperti yang diharapkannya. Farukh tinggal bersama istrinya dengan bahagia di rumah yang ia beli dari uang pemberian tuannya. Namun semua kebahagiaan itu tak mampu meredam semangat dan kerinduannya untuk berjihad di jalan Allah. Pahlawan mukmin ini ingin kembali memasuki medan pertempuran, hasratnya semakin kuat untuk menjemput kesyahidan setiap mendengar kemengangan dan kemajuan pasukan muslimin.

Farukh menceritakan semua keinginan dan cita-citanya kepada istrinya yang sangat setia dan selalu memotivasi suaminya dalam kebaikan. “Wahai suamiku, kepada siapa engkau akan menitipkanku dan janin yang sedang aku kandung ini? dan engkau tidak punya sanak keluarga di kota ini?” tanya istri Farukh. “Aku titipkan engkau kepada Allah dan Rasul-Nya serta aku tinggalkan untukmu 30.000 dinar yang kukumpulkan dari hasil ghanimah, pakailah secukupnya untukmu dan bayi kita dengan sebaik-baiknya sampai aku kembali”. Walaupun situasi ini sangat berat bagi seorang istri yang belum lama dinikahi namun Istri Farukh dengan kesalehannya rela dan siap menghadapi semua resiko untuk mendukung semua niat baik suaminya. Farukh dengan semangat juang yang tinggi dan tawakal kepada Allah berangkat menuju medan jihad yang telah menunggunya.

Selang beberapa bulan lahirlah Rabi'ah kecil dari seorang ibu salehah yang ditinggal suaminya berjihad. Dengan kelahiran sang buah hati sang ibu cukup terhibur dari kerinduaan akan suaminya. Rabi'ah kecil disambutnya dengan penuh bahagia dan harapan besar.

Madrasah Pertama sang anak

Ibunya menjadi madrasah pertama bagi Rabi'ah, dengan penuh kasih sayang, ia didik dengan nilai-nilai islam dan akhlak yang baik. Rabi'ah tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas mahir membaca dan menulis kemudian hafal Al qur'an serta mampu membaca dengan bacaan yang sangat indah, selanjutnya mendalami hadis Rasulullah saw, mempelajari bahasa Arab yang baik dan semua ilmu yang harus dikuasai untuk menjadi seorang ulama.

Terhadap guru-guru Rabi'ah ibunya memberi imbalan yang cukup dan hadiah yang berharga, Imbalannya selalu ditambah setiap melihat kemajuan pada diri Rabi'ah. Sang ibu sangat senang sekali melihat perkembangan anaknya yang pesat sampai lupa bahwa dirinya sedang menunggu suami yang sudah pergi begitu lama berjihad di jalan Allah. Salah satu motivasi ibu Rabi'ah dalam mendidik anaknya adalah agar anaknya menjadi kebanggaan suaminya ketika kembali dari medan jihad kelak. Namun sudah sangat lama Farukh tak kunjung datang.

Tersebar desas-desus yang beraneka ragam tentang ayahnya Rabi'ah, ada yang mengatakan bahwa Farukh telah ditawan musuh, adapula yang mengatakan Farukh masih meneruskan jihadnya, yang lain lagi mengatakan Farukh telah gugur sebagai syuhada. Ibu Rabi'ah mengira kemungkinan terakhirlah yang paling mungkin mengingat tak pernah ada kabar lagi tentang suaminya. Ibu Rabi'ah sedih dan menyerahkan semua permasalahannya kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Rabi'ah sudah dewasa menjadi pemuda yang tampan, gagah, sholeh, berbakti, hafal Al qur'an dan hadis, serta memiliki keilmuan Islam yang cukup . Tetangga Rabi'ah menyarankan agar tidak perlu belajar lagi dan mulai bekerja untuk menafkahi dirinya dan ibunya. Ibunya hanya berkata : “Aku mohon kepada Allah agar memberi pilihan terbaik bagi dunia dan akhiratnya, dan Rabi'ah telah memilih untuk terus menuntut ilmu dan mengajarkan ilmunya.”

Tanpa membuang waktu dan penuh dengan kesungguhan, Rabi'ah selalu mendatangi berbagai majelis ilmu di Masjid Nabawi. Berguru kepada ulama terkemuka dari kalangan sahabat dan tabi’in seperti Anas bin Malik, Sa'id bin Musayyab, Makhul Asy-Syami dan Salamah bin Dinar. Kebiasaannya belajar sampai larut malam walau teman-temannya sering menasihatinya agar tidak terlalu larut demi menjaga kesehatan namun Rabi'ah selalu menjawab, “Aku mendengar orang tua dan guru-guruku berkata : 'sesungguhnya ilmu tidak akan memberikan sebagian dari dirinya sampai kamu memberikan seluruh jiwamu untuknya'”.

Nama Rabi'ah mulai terkenal, kawannya semakin banyak, murid-muridnya sangat menghormatinya, dan masyarakat mengunggulkannya. Rabi'ah dikenal sebagai ulama Madinah, kesehariannya mengisi berbagai majelis ilmu di Masjid Nabawi setelah menuntaskan urusan keluarganya yaitu berbakti kepada ibunya. Sampai suatu hari ia menemui suatu kejadian yang tak pernah ia duga.

Di malam yang diterangi sinar bulan seoarang prajurit memasuki kota Madinah, menyusuri jalanan kampung dengan kudanya mencari rumah yang sudah 30 tahun ia tinggalkan. Dalam hatinya ia bertanya-tanya, “Apa yang sedang dilakukan istri saya? apakah ia melahirkan anak laki-laki atau perempuan? apakah anaknya selamat dan masih hidup? sudah menjadi apa dia sekarang? apa yang sudah dilakuakan istrinya dengan uang yang ia berikan?”. Jalanan masih ramai orang-orang yang baru menyelesaikan shalat isya namun tak ada satupun orang yang mengenalinya. Saat ia tenggelam dalam pikirannya tiba-tiba sebuah rumah yang pernah ia kenali membangunkannya, ia sangat gembira. Dengan kondisi pintu yang setengah terbuka ia memasuki rumah itu dan lupa meminta ijin saking gembiranya.

Rabi'ah kaget mendengar ada orang masuk rumahnya, didapatinya seorang prajurit dengan pedang dan tombaknya sedang tegak berdiri di tengah rumah. Melihat ada orang asing masuk rumah keluarganya secara spontan Rabi'ah langsung menangkapnya demi melindungi keluarganya, namun Farukh tidak menyerah begitu saja ia melawan dan terjadilah pertarungan sengit antara dua orang yang tidak saling kenal. Orang-orang langsung mengeremuni keributan ini dan Rabi'ah berhasil menggenggam erat leher lawannya sambil berkata : “Wahai musuh Allah aku takkan melepaskanmu sampai hakim yang akan menyelesaikan semua ini.” Farukh berkata : “Demi Allah aku bukan musuh Allah dan bukan penjahat tapi ini rumahku yang kubeli dengan uangku, kudapati pintuya terbuka dan aku masuk. Aku Farukh yang 30 tahun lalu pergi untuk berjihad, tidak adakah dari kalian yang mengenalku?” ibu Rabi'ah yang juga istri Farukh terbangun dan dilihatnya suaminya yang sangat dirinduannya telah tiba dengan diliputi rasa bahagia ia berseru, “Lepaskan. . lepaskan. . dia Rabi'ah! dia adalah ayahmu. Suamiku, ini adalah Rabi'ah putramu”.

Rabi'ah dan ayahnya langsung berpelukan melepaskan rasa rindu yang telah lama dipendam. Ibu Rabi'ah menyambut suaminya, melepaskan semua kerinduan penuh kebahagiaan atas pertemuan ini. Hampir sepertiga abad tidak bertemu dengan orang yang dicintainya. Farukh menceritakan semua kisah perjalanan jihadnya dan menjelaskan sebab kenapa ia tidak memberi kabar selama ini.
Di hari-hari yang dipenuhi kebahagian, muncul rasa khawatir di hati ibu Rabi'ah takut jika suaminya menanyakan uang yang telah diberikannya mengingat semua uangnya sudah habis untuk membiayai pendidikan anaknya.

Hatinya gelisah apakah suamiku akan percaya bahwa pendidikan putranya menghabisakan uang 30.000 dinar?. Saat ibu Rabi'ah tenggelam dalam pikirannya suaminya bertanya, “Wahai istriku aku membawa uang 4000 dinar, ambil uang yang dulu kau simpan dan kita satukan lalu kita belikan rumah atau kebun, kita bisa hidup dari hasil sewanya selama sisa usia kita”.
Ibu Rabi'ah tidak menjawab dan pura-pura sibuk namun suaminya mengulangi perkataannya, “Istriku mana uangnya? bawa kemari, kita satukan dengan uang yang kubawa.” Akhirnya ibu Rabi'ah menjawab, “Uang itu ditempat yang semestinya dan akan ku ambil beberapa hari lagi insya Allah”. Kumandang adzan memotong pembicaraan mereka, Farukh berwudhu dan bergegas menuju masjid. Selepas shalat Farukh mendapati ruangan masjid dipadati orang yang belajar dari kalangan orang tua, anak muda dan orang berwibawa. Suatu pemandangan yang belum pernah ia lihat, mereka duduk mengitari Syaikh masing-masing membawa catatan dan menulis semua yang dipaparkan sampai tidak ada lagi tempat yang kosong.

Farukh sangat penasaran kepada Syaikh di majelis itu yang tidak bisa ia lihat mukanya dengan jelas karena padatnya yang hadir dan jaraknya yang jauh. Seusai pelajaran Farukh bertanya kepada orang disekitarnya,
“Siapakan Syaikh itu sebenarnya?”
“Apakah anda bukan orang Madinah?”
“Saya orang sini”
“Adakah orang Madinah yang tidak mengenal Syaikh yang memberikan ceramah tadi?”
“Maaf saya benar-benar tidak tahu, saya meninggalkan kota ini sekitar 30 tahun lalu dan baru kemarin saya pulang”
“Syaikh yang tadi adalah ulama tabi’in, dia pujaan kaum muslimin, seorang yang faqih dan imam yang luar biasa walaupun usianya masih muda”
“Masya Allah Laa haula Wa Laa quwwata Illa Billah”
“Majelisnya dihadiri oleh Abu Hanifah, Sufyan Ats-Tsauri, Al-Auza'i, Laits bin Sa'id dan yang lainnya”
Farukh hendak bertanya lagi namun orang itu melanjutkan penjelasannya,
“Disamping itu ia sangat dermawan tidak ada orang sedermawan ia di Madinah ini, ia hanya mengharapkan apa yang ada di sisi Allah”
“Tetapi anda belum menyebutkan namanya?”
“Namanya adalah Rabi'ah, ulama Madinah menyebutnya Rabi'ah Ar-Ra'iy (si pembimbing) sebab setiap menjumpai kesulitan atau hal yang tidak jelas dalam Al-Qur'an dan hadis mereka selalu bertanya kepadanya, dan dengan cara yang bijak Rabi'ah menjelaskannya.”
“Dari mana asalnya?”
“Dia adalah Rabi'ah putra Farukh dilahirkan tak lama setelah ayahnya meninggalkan ibunya untuk berjihad di jalan Allah. Ibunya memelihara dan mendidiknya sampai ia menjadi seorang ulama terkemuka. Dan saya telah mendengar berita bahwa ayahnya telah pulang ke Madinah kemarin ”.
Tanpa terasa Farukh meneteskan air mata dan segera pulang ke rumahnya, melihat suaminya berlinangan air mata ibu Rabi'ah bertanya, “Ada apa wahai suamiku?” dengan tersedu-sedu Farukh menjawab, ''Tidak ada apa-apa, semuanya baik-baik saja. Hanya saja aku kagum melihat putraku memiliki ilmu dan kedudukan yang tinggi yang tidak kulihat pada orang lain.”
Ibu Rabi'ah langsung manyinggung uang yang diminta suaminya, “Suamiku mana yang lebih kau sukai 30.000 dinar atau ilmu dan kehormatan putramu?” Farukh menjawab, “Demi Allah ini yang lebih aku sukai dari pada dunia dan seisinya”. Ibu Rabiah menjelaskan,“Aku telah menghabiskan semua harta yang kau amanahkan untuk pendidikan putramu, wahai suamiku apakah kau puas dengan apa yan telah aku lakukan?”
Farukh dengan rasa bahagia dan bangga terhadap istrinya menjawab, “Aku sangat berterima kasih kepadamu wahai istriku atas namaku dan nama kaum muslimin”.

* Sumber : Tabiin Rabi'ah Ar-Ray karya Dr. Muhammad Raatib an-Naabulasii.
* Negeri dibalik sungai Sebutan zaman dahulu bagi sebuah negeri di Asia Tengah meliputi Uzbekistan dan Kazakhstan

Tiga Keistimewaan Ramadhan

Oleh: Saiful Hadi

Bulan ramadhan akan segera tiba, di dalamnya terdapat tiga keistimewaan yang tidak patut untuk dilewatkan begitu saja, kedatangannya tidak perlu disambut dengan hal yang aneh-aneh, akan tetapi ramadhan ini harus disambut dengan mempersiapkan diri baik fisik maupun jiwa agar bisa beramal sebagus mungkin dan menjadi pemenang dengan predikat taqwa.

Bulan ramadhan menjadi sangat istimewa lantaran tiga keistimewaan berikut:

Tiga keistimewaan yang pertama

Berbeda dengan bulan-bulan yang lain, amalan yang dikerjakan dalam bulan ini diberi pahala dengan ukuran yang jauh lebih besar, hal ini sebagaimana sabda Nabi Saw;
Dari salma al-Farisy r.a. yang diriwayatkan secara marfuk, "siapa yang mengerjakan amal sunnah meski kecil, sama seperti orang yang mengerjakan amal fardhu. Siapa yang mengerjakan amal fardhu, seperti mengerjakan 70 amal fardhu." (HR. Al-Baihaqi)

Bisa dibayangkan betapa besarnya ganjaran pahala dalam bulan ramadhan, dalam dua belas bulan, maka pada bulan inilah kita ambil semua bonus yang Allah Ta'ala berikan.

Setan dibelenggu selama Ramadhan

Selain bobot pahala yang digandakan, selama ramadhan setan-setan yang sering menggoda agar enggan beramal semuanya dibelenggu oleh Allah Ta'ala. Sehingga dengan demikian kesempatan untuk beramal tanpa gangguan semakin terbuka lebar. Jadi sangat disayangkan jika kita melewatkan bulan ini begitu saja tanpa beramal dan ibadah-ibadah lainnya.

Ramadhan Bulan Syurga

Di dalam syurga Allah Ta'ala telah menyediakan pintu khusus bagi orang-orang yang berpuasa, yaitu bab Ar-Rayyan. Disatu sisi puasa itu memang berat, kita harus menahan lapar haus dan segala nafsu yang tercela, namun ganjaran dari itu semua Allah beri hadiah berupa syurga.
Demikian juga dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda;
"Bagi orang yang berpuasa ada dua kenikmatan, yaitu kenikmatan saat berbuka puasa, dan saat berjumpa dengan Allah Ta'ala"

Jadi dalam hadist ini jelas sekali Rasulullah menyatakan kepada kita bahwa diantara nikmat bagi yang berpuasa adalah berjumpa dengan Allah ta'ala, dan tidak lain tempat perjumpaannya melainkan syurga.

Imam Ahmad dan Dahsyatnya Kekuatan Istighfar

Setiap insan memang tidak akan luput dari dosa dan kesalahan, dan sebaik-baik insan adalah yang mau bertaubat dan memohon ampunan terhadap dosa dan kesalahannya. Dalam riwayat disebutkan bahwa tidak kurang dari 70x Rasulullah beristighfar dalam sehari semalam, padahal sebagaimana kita ketahui beliau adalah seseorang yang maksum dan terjamin dari berbuat dosa.

Dalam sebuah hadist Rasulullah saw menyatakan bahwa memperbanyak istighfar merupakan salah satu kunci rizki,

“مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ
كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ”

“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”  (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).

Berbicara tentang istighfar, dalam manakib imam Ahmad ada sebuah kisah menarik yang beliau alami perihal istighfar. Suatu ketika dimasa akhir hidup beliau, pendiri Mazhab Hanbali ini bercerita, "satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak,".

Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat. Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita "saat tiba disana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat". Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba petugas pengurus masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya "kenapa syaikh, mau ngapain disini?". (kata "syaikh" bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu. Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena imam Ahmad kelihatan sebagai orang tua).

Sang pengurus mesjid ini tidak tau kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun juga tidak memperkenalkan siapa dirinya. Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadis, sejuta hadis dihafalnya, sangat shalih dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tahu wajahnya, cuma namanya sudah terkenal. Kata imam Ahmad "saya ingin istirahat, saya musafir". Kata pengurus mesjid, "tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid.

Imam Ahmad melanjutkan bercerita "saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid.

Lalu saya ingin tidur di teras masjid." Ketika sudah berbaring di teras masjid, petuhas itu datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. "Mau ngapain lagi syaikh?" Kata petugas. "Mau tidur, saya musafir" kata imam Ahmad. Lalu petugas itu berkata, "di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh". Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita " saya didorong-dorong sampai jalanan". Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Saat imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh "mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil".

Kata imam Ahmad "baik". Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).
Penjual roti ini punya perilaku tersendiri, kalau imam Ahmad ngajak ngomong, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, Astaghfirullah. Saat meletakkan garam astaghfirullah, memecahkan telur astaghfirullah, mencampur gandum astaghfirullah. Selalu mengucap istighfar.

Imam Ahmad memperhatikan terus. Lalu imam Ahmad bertanya "sudah berapa lama kamu lakukan ini?". Orang itu menjawab "sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan". Imam Ahmad bertanya : "apa hasil dari perbuatanmu ini?", orang itu menjawab "(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta , kecuali pasti dikabulkan Allah. semua yang saya minta ya Allah...., langsung diterima". (memang Nabi saw pernah bersabda :"siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya).
Lalu orang itu melanjutkan "semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan".

Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya "apa itu?". Kata orang itu "saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan imam Ahmad". seketika itu juga imam Ahmad bertakbir, "Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh petugas pengurus masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu"..(penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad).

Demikianlah sekelumit kisah yang semoga mengisnpirasi kita untuk beristighfar kepada Allah Ta'ala, dan terus memperbaiki diri terhadap kesalahan-kesalahan yang pernah dikerjakan.