Terimalah Pinangannya Demi dan Karena Agama

Oleh: Saiful Hadi

Roda kehidupan setiap insan di dunia ini selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan, ada pilihan yang baik dan ada pilihan yang buruk, jika dihadapkan pada pilihan yang buruk maka pilihan yang tepat adalah menolaknya baik secara terbuka maupun secara sindiran. Begitu juga jika pilihan itu baik maka langkah yang paling tepat adalah memilih untuk tidak menolaknya.

Memilih sesuatu hal tentu saja ada parameter-parameter tertentu yang mengharuskan setiap insan untuk menimang-nimangnya secara matang dengan memadukan otak kiri dan otak kanan sehingga terpilihlah pilihan yang paling baik dan cocok. Dasar utama yang menjadi landasan untuk memilih adalah ilmu pengetahuan, misalkan saja ketika seorang Insinyur Teknik sipil ingin memilih dimensi tulangan untuk sebuah kolom beton bertulang maka tahap utama yang dia lakukan adalah menganalisa seluruh kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi dengan ilmu mekanika rekayasa sehingga diperoleh nilai momen yang selanjutnya bisa dipakai dalam memilih ukuran tulangan yang proposional terhadap dimensi kolom yang direncanakan. Dalam kasus seperti ini rasanya tidak terlalu sulit untuk memilih karena parameternya sangat jelas, jika tulangan yang terpasang terlalu banyak maka konsekuensi yang bakal terjadi adalah dikhawatirkan bakal menyebabkan keruntuhan tekan dikarenakan tulangan terlalu banyak dan beton tidak sanggup mengimbanginya sehingga mudah retak dan colaps.

Untuk urusan jodoh pun ada parameter penting untuk direnungi secara mendalam. Jauh-jauh hari lebih kurang 14 abad yang lalu Rasulullah saw telah memberi gambaran yang jelas mengenai parameter yang menjadi tolak ukur dalam memilih jodoh. Ketika seorang lelaki muda yang lajang ingin meminang seorang gadis Rasulullah telah memberi 4 kriteria pilihan, yakni pilihlah dengan melihat rupa, harta, nasab dan agama,jika memilih karena dasar agama niscaya akan selamat dan berbahagia.

Hal pertama yang membuat lelaki menjadi tertarik dengan wanita adalah karena melihat wajahnya, wajah yang cantik tentu saja akan mempunyai daya tarik yang kuat bagi setiap lelaki. Sehingga, wajar saja jika ada yang memilih hanya karena faktor kecantikan. Namun demikian, wajah cantik ini bukan sebuah patokan yang mutlak karena ada parameter kedua yakni hartanya dan parameter ketiga yakni bagaimana keluarganya. Akan tetapi ketika wajahnya oke, hartanya melimpah, dan berasal dari keluarga yang wah namun agamanya tidak jelas alias Cuma sekedar tanda pengenal di KTP saja maka ketiga kriteria tadi bakal sia-sia belaka. Untuk itu penting sekali untuk mengedapankan nilai-nilai iman dalam memilih wanita idaman, dan wanita yang baik hanya untuk lelaki yang baik, dan lelaki yang baik hanya untuk wanita yang baik.

Demikian juga halnya dengan wanita, ketika ada seorang lelaki yang datang hendak meminang dia untuk dijadikan teman hidup di dunia dan akhirat baik dalam suka maupun duka, maka parameter utama dalam menerima atau menolak-nya adalah karena empat hal itu juga. Ketika seorang wanita menolak karena alasan agamanya yang kurang pas, mudah-mudahan itu adalah keputusan yang tepat dan InsyaAllah dia akan berbahagia. 

Seorang wanita berhak untuk menolak, dan penolakan yang paling logis adalah menolak lantaran tidak taat beragama. Sehingga, Jika ternyata bahwa lelaki yang datang memilih dia bukanlah seseorang yang baik dalam agamanya, biarpun rupawan hartawan dan bangsawan sekalipun maka menolak pinangannya adalah langkah yang tepat.

Namun, jika alasan penolakan karena rupa kurang tampan atau karena kurang kaya dan berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja maka ini bukanlah sebuah alasan yang tepat. Karena kunci utama bahagia itu terletak di hati bukan karena luas atau sempitnya sebuah rumah. 

Seorang lelaki yang beriman insyaAllah akan menerima setiap taqdir dari Nya dengan lapang dada, dan seorang yang beriman tentu saja mempunyai cinta yang besar terhadap Penciptanya, wujud cinta kepada Nya adalah dengan menjalankan segala titah Nya dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh Nya. Salah satu titah dari Nya adalah berlaku lemah lembut terhadap istri, berbakti kepada kedua orang tua, serta menyayangi keluarganya dengan memberi bimbingan agama agar terhindar dari jilatan Api neraka.

Baca Juga:

Sekilas Tentang Ibnu Hajar al-Asqalani

Beliau adalah seorang ulama besar Ahli Hadist, nama aslinya ialah Ahmad Ali Ibnu Muhammad atau Abul Fadl Al-Kananiy Asy-Syafie yang dikenal juga dengan sebutan Ibnu Hajar Al-Asqalani. Ia lahir di Mesir pada bulan syaban tahun 773 H/1371 M dan juga dibesarkan disana. Diantara keistimewaan beliau yaitu hafal quran, kitab al-Hawiy, mukhtasar ibnu Hajib dan kitab-kitab lainnya. Awal ketertarikan beliau terhadap hadist saat ia pergi ke Mekah yang ditemani oleh pengasuhnya. Disana beliau mendengar pengajian sampai pada akhirnya sibuk menggali hadist dari para guru besarnya yang berada di tanah Hijaz, syam dan mesir. Selain itu beliau juga berguru hadist pada Al-Hafiz Al-Iraqi, fiqih pada Al-Bulqiniy, Ibnu Mulaqqin dan selain keduanya hingga mereka mengizinkannya untuk berfatwa dan mengajar.

Selain mengajar, beliau juga pernah menangani jabatan Qadhi diberbagai kota di Mesir secara mandiri selama 21 tahun lebih beberapa bulan. Ditengah-tengah kesibukannya masih menyempatkan diri untuk melatih kader-kader ulama, mengajar tafsir, fiqih, hadist dan ceramah di berbagai tempat. Beliau sering menjadi Khatib jumaat di Mesjid al-Azhar dan mesjid Amr bin ash.

Karya tulis beliau mencapai seratus lima puluh buah dalam berbagai cabang ilmu. Diantara karyanya yang sangat fenomenal adalah Fathul Bari fi syarhi Sahihil Bukhari, kitab ini benar-benar merupakan kamus sunnah. Penulisannya dimulai dari awal tahun 817 H dan selesai pada tahun 842 H. Setelah usai dari penulisannya, beliau membuat acara walimah atau syukuran yang dihadiri oleh kaum muslim terkemuka dengan memakan biaya 500 Dinar pada masa itu yang nilainya sama dengan 250000 Pound Mesir sekarang.

Kepandaian dan ketenaran tidak sedikit pun membuat beliau menjadi takabur dan sombong. Bahkan, beliau adalah orang yang sangat berbudi luhur, rendah hati, santun dan penyabar, cerah dan ceria serta gemar memberi lagi dermawan. Beliau rajin salat malam dan berpuasa di siangnya serta sangat hati-hati dalam bertindak.

Beliau beristrikan seorang wanita shalehah yang ahli hadist juga, yaitu Anas Khatun. Konon, majlis ilmu yang di asuh oleh istrinya juga dihadiri oleh ratusan murid yang haus akan pengetahuan. Ibnu Hajar menghembuskan nafas terakhirnya sesudah isya, malam sabtu tanggal 18 zulhijjah 852 H. Kini sosok yang luar biasa tersebut terlah tiada, namun karyanya masih bisa kita nikmati sampai sekarang. Catatlah ilmu agar menjadi warisan bagi generasi selanjutnya.

Rujukan

1. Terjemahan Syarah Bulugul Maram, Prof Dr. Abd Rasyid Salim

Memilih Calon Istri yang Ideal


Oleh: Saiful Hadi

Nikah secara bahasa berarti menggabungkan dan saling mengisi. Istilah nikah banyak digunakan untuk aqadnya, sehingga ada yang mengatakan bahwa pada kata "nikah" terkandung hakikat yang bernuansa syariat, sementara secara majas berarti jima'.

Menikah merupakan tali penghubung antara dua insan yang berbeda jenis, jika sebelumnya melihat saja haram, maka setelah nikah telah menghalalkan hubungan antara keduanya.

Persoalan yang sering dihadapi ketika hendak menikah adalah kebingungan dalam memilih calon. Lelaki bingung hendak memilih wanita yang mana, dan wanita juga was-was dalam menerima pinangan dari lelaki. Sebenarnya mengenai kriteria wanita yang layak untuk dijadikan calon istri, telah jauh-jauh hari Rasulullah saw sebutkan dalam beberapa sabdanya:

تزوجوا الودود الولود، فإني مكاثربكم اﻷنبياء يوم القيامة
Nikahilah oleh kalian wanita yang keibuan lagi subur peranakannya, karena sesungguhnya aku akan bangga dengan banyaknya jumlah kalian dihadapan nabi-nabi yang lain nanti di hari kiamat. (HR. Ahmad dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban) [1]

Dari redaksi hadist tersebut Rasulullah menyebutkan istilah "walud" yang artinya wanita yang subur peranakannya. Beliau bangga dengan banyaknya umat sehingga memberi saran menikah dengan wanita yang walud. Subur atau tidaknya seorang wanita dapat dilihat dari beberapa tanda, diantaranya: jika yang bersangkutan masih perawan maka kita lihat dari kerabat dekatnya yang sudah menikah, jika kerabatnya rata-rata banyak keturunan itu artinya si gadis gersebut juga berpotensi mempunyai banyak keturunan. 

Kemudian, pada hadist di atas juga Rasulullah sebutkan istilah "wadud" yang artinya wanita yang keibuan penuh kasih sayang, berakhlaq baik, lagi mencintai suaminya. Ini hikmahnya agar lahirnya keluarga yang penuh cinta, dan calon ibu yang bernaluri keibuan.

Selain "walud" dan "wadud", sebagaimana yang sudah umum kita ketahui, Rasulullah saw menjelaskan bahwa ada empat kriteria wanita yang menjadi alasan untuk dipilih sebagai istri. Empat hal tersebut adalah kecantikannya, keturunan, harta dan agamanya, pilihlah atas dasar agamanya. Sehingga apabila menemukan wanita yang taat beragama, jangan sampai mengalihkan perhatian kepada wanita yang lain. Sebab, bergaul dengan orang yang ahli agama dalam segala hal adalah lebih baik, karena bergaul dengan mereka dapat menambah berkah dan bisa tertular akhlaq yang mulia. Terlebih lagi dengan istri, dia adalah teman hidup, dan ibu bagi anak-anak serta mitra sejati guna menjaga harta dan martabat suami sehingga harus lebih diperioritaskan.

Namun demikian, ada beberapa wanita yang perlu dihindari agar tidak dijadikan istri. Dalam hadist yang lain Nabi Saw. bersabda kepada Zaid bin Tsabit: "Hai Zaid, apakah engkau sudah kawin?', Zaid menjawab belum', Nabi bersabda 'Kawinlah, maka engkau akan selalu terjaga, sebagaimana engkau menjaga diri. Dan janganlah sekali-kali kawin dengan lima golongan wanita.' Zaid bertanya ' Siapakah mereka ya Rasulallah?' Rasulullah menjawab 'Mereka adalah: Syahbarah, Lahbarah, Nahbarah, Handarah, Lafut'. Zaid berkata 'Ya Rasulallah, saya tidak mengerti apa yang engkau katakan' Maka Nabi Raw. Menjelaskan, 'Syahbarah ialah wanita yang bermata abu-abu dan jelek tutur katanya. Lahbarah adalah wanita yang tinggi dan kurus. Nahbarah ialah wanita tua yang senang membelakangi suaminya (ketika tidur). Handarah ialah wanita yang cebol dan tercela. Sedangkan Lafut ialah wanita yang melahirkan anak dari laki-laki selain kamu." [2]

Demikianlah beberapa kriteria dari calon istri, sementara lelaki sebagai calon suami juga sudah seharusnya untuk terus memperbaiki diri agar menjadi lebih baik. Jangan hanya berharap agar mendapat istri yang baik, sementara dirinya tidak pernah mau memperbaiki diri. Ingat, lelaki yang baik untuk wanita yang baik, begitupun sebaliknya.

Catatan kaki

[1] Bab Nikah-hadist No. 996, Bulugul Maram, Ibnu Hajar al-Asqalani.

Parasut Anti Galau

Mengutip keterangan dari wikipedia, parasut berasal dari kata bahasa Perancis "para" (melindungi) dan "chute " (jatuh). Karenanya, parasut sebenarnya berarti "perlindungan waktu jatuh". Parasut mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia penerbangan. Seorang Pilot pesawat Jet akan sangat mebutuhkan benda yang satu ini ketika keadaan darurat terjadi. Fungsi dari parasut ini sendiri adalah untuk mengurangi besarnya energi kinetik yang disebabkan oleh ketinggian, massa benda dan percepatan gravitasi bumi, sehingga sang pilot tidak hancur berantakan ketika jatuh ke bumi.

begitu juga dalam masalah percintaan, disaat mulai jatuh cinta maka siapkanlah parasut . Hmmm..kira-kira apa hubungannya cinta dengan parasut ? seseorang yang sedang jatuh cinta biasanya selalu menjatuhkan cintanya dengan serta merta kepada yang dicintainya tanpa melihat-lihat dulu apakah yang dicintai sudah siap menyambut atau belum. Sebab, jika yang dicintai belum siap menyambut tentu saja
cinta mu itu akan menghantam tanah lalu hancur berantakan. Oleh karena itulah parasut sangat dibutuhkan agar tidak jatuh berantakan disaat yang dicintai belum siap menyambutnya.

Parasut disini berarti mengiklaskan, bisa jadi itu bukanlah jodoh yang tepat bagi pribadi kita, tapi tidak ada salahnya memang mencoba mengungkapkan rasa dengan jalan yang sesuai dengan tuntunan syariat. Jika telah merasa siap maka pinang saja, karena tiada cinta tanpa pernikahan, dan taaruf sesungguhnya adalah dengan jalan tersebut. Jangan pernah takut ditolak, tapi beranilah bertindak tegas sembari meluruskan niat tulus demi menjalankan salah satu sunnah Rasulullah saw.

Empat Resep Bahagia

Oleh: Saiful Hadi

Kehidupan yang tenang dan damai adalah dambaan setiap insan. Tidak ada yang menginginkan sesuatu yang buruk menimpa kehidupannya. Mengenai resep bahagia, sebenarnya dalam Al-Quran telah diajari ketika berdoa fid dunya hasanah (kebaikan di dunia) dan fil akhirati hasanah (kebaikan di akhirat).

Resep bahagia ala Rasulullah

Dalam sebuah hadist marfu', Rasulullah menyebutkan mengenai resep bahagia dalam sabdanya berikut :


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحُسَيْنِ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " أَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ الْمَرْءِ : أَنْ تَكُونَ زَوْجَتُهُ مُوَافِقَةً ، وَأَوْلادُهُ أَبْرَارًا ، وَإِخْوَانُهُ صَالِحِينَ ، وَأَنْ يَكُونَ رِزْقُهُ فِي بَلَدِهِ

"Ada empat resep kebahagiaan bagi seseorang yaitu: Istrinya adalah wanita shalehah, Putra-putrinya baik-baik, pergaulannya bersama orang-orang shaleh dan Rizkinya diperoleh dari negeri sendiri."

Berbicara mengenai wanita yang shalehah, Rasulullah Saw. bersabda: "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalehah. Dalam riwayat yang lain beliau menyatakan: Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang dapat membantu suaminya dalam urusan akhirat." (HR. Ad-Dailami)

Wanita yang shalehah adalah sebaik-baiknya perhiasan dunia. Tentu saja jika menginginkan istri yang shalehah, si calon suami juga harus berbenah diri agar menjadi lelaki yang shaleh juga. Sebab, sebagaimana yang telah diwahyukan dalam quran, "wanita yang baik untuk lelaki yang baik, dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik". Demikian juga dengan wanita, bersuamikan lelaki yang shaleh adalah jalan menuju bahagia. Sehingga sudah sepatutnya membaikkan diri sehingga layak mendapatkan yang terbaik. Sejarah telah banyak mencatat dimana lelaki yang shaleh akhrinya bersanding dengan wanita yang shalehah, contohnya seperti ayah dan ibunda Imam Syafie yang kisahnya sudah sangat masyhur.

Memperoleh keturunan yang baik juga sebuah kebahagian bagi kedua orang tua. Keturunan yang baik tentu saja berasal dari orang tua yang baik, biarpun demikian hal ini juga bukan sebuah jaminan, lantaran sejarah telah mencatat bahwa anak Nabi Nuh as termasuk orang-orang yang durhaka padahal orang tuanya adalah manusia terbaik. Akan tetapi sebagaimana kata pepatah "buah tidak jauh-jauh jatuh dari pohonnya", sehingga jika menginginkan keturunan yang baik maka kedua orang tuanya harus berbenah diri menjadi sosok yang baik.

Berteman dengan penjual parfum sedikit banyak akan ikut wangi juga. Mungkin beginilah gambaran yang cocok kenapa bergaul bersama orang-orang shaleh termasuk resep bahagia. Ya tentu saja, sedikit banyak kita akan mengikuti karakter dan terpengaruh dengan sahabat kita sendiri, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam malik: "jika ingin mengetahui karakter seseorang maka lihatlah siapa temannya".

Terakhir, rizki yang nikmat adalah yang diperoleh di negeri sendiri. Biarpun bisa kaya dalam perantauan, namun kesenangan ada di kampung halaman. Namun begitu jangan sampai memandang bahwa merantau itu tidak baik, karena baginda Nabi pun juga melakukan hijrah. Bahkan dalam sebuah syairnya Imam syafie mengatakan "singa tidak akan mendapat buruannya jika hanya berdiam di sarang, Panah juga tidak akan mengenai sasaran jika masih berada pada busurnya."

Berusahalah dengan disertai ilmu dan doa, dan bertawaqal kepada Allah Ta'ala, moga-moga kita mendapat rahmat Nya.

Al-Quran Sebagai Sumber Sains

Dewasa ini perkembangan teknologi sudah sangat pesat. Namun sayangnya, semua produk tersebut sangat sedikit sekali yang diproduksi oleh negeri muslim. Melihat jauh kebelakang, padahal sejarah kaum muslimin dihiasi dengan berbagai penemuan penting yang menjadi pondasi teknologi di abad modern ini. Baik itu bidang matematika, kimia, teknik sipil dan arsitektur yang seluruh karya-karyanya masih bisa dilihat sampai sekarang.

Al-Quran adalah wahyu agung dan mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. Di dalamnya terdapat berbagai informasi penting yang menyangkut tentang hukum, sejarah, alam ghaib dan termasuk juga sains dan teknologi. Dari 6000an lebih ayat Al-Quran, menurut perhitungan para ahli ada 1108 ayat yang menyinggung bagian-bagian alam dengan berbagai fenomenanya. Pemilahan yang lebih spesifik menyisakan 800 ayat.[1]

Informasi al-Quran mengenai alam semesta dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar. Pertama adalah informasi secara langsung secara tekstual yang tidak memerlukan penafsiran lebih lanjut. Contoh pola ini adalah informasi tentang keistimewaan cairan dari perut lebah (Qs. 16:69). Kedua, informasi secara implisit dan memerlukan penafsiran mendalam atas redaksi yang digunakan oleh ayat seperti rahasia semut (Qs 27:18). Ketiga, informasi secara simbolik yakni oleh bentuk atau susunan huruf seperti dalam kasus orbit benda langit (Qs. 36:40).[2]

Faedah Penting Mengenai Najis

Najis merupakan sesuatu yang kotor, dan tidak sah shalat jika ikut terbawa dalam shalat. Namun demikian, tidak semua kotoran termasuk najis, sementara najis sudah tentu kotor. Kotoran yang tidak termasuk najis seperti ingus, air liur, dan kotoran telingan.

Berbicara najis, ada beberapa kaedah penting mengenai hal itu sebagaimana yang di nukil dari Kitab Fathul Muin sebagai berikut:

(ﻓـﺎﺋﺪﺓ ﻣﻬـﻤﺔ)
ﻭﻫﻲ ﺃﻥ ﻣﺎ ﺃﺻﻠﻪ ﺍﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﻭﻏﻠﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻈﻦ ﺗﻨﺠﺴﻪ ﻟﻐﻠﺒﺔ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﻓﻲ ﻣﺜﻠﻪ، ﻓﻴﻪ ﻗﻮﻻﻥ
ﻣﻌﺮﻭﻓﺎﻥ ﺑﻘﻮﻟﻲ ﺍﻻﺻﻞ .
ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺃﻭ ﺍﻟﻐﺎﻟﺐ ﺃﺭﺟﺤﻬﻤﺎ ﺃﻧﻪ ﻃﺎﻫﺮ، ﻋﻤﻼ ﺑﺎﻻﺻﻞ ﺍﻟﻤﺘﻴﻘﻦ، ﻻﻧﻪ ﺃﺿﺒﻂ ﻣﻦ ﺍﻟﻐﺎﻟﺐ
ﺍﻟﻤﺨﺘﻠﻒ ﺑﺎﻻﺣﻮﺍﻝ ﻭﺍﻻﺯﻣﺎﻥ، ﻭﺫﻟﻚ ﻛﺜﻴﺎﺏ ﺧﻤﺎﺭ ﻭﺣﺎﺋﺾ ﻭﺻﺒﻴﺎﻥ، ﻭﺃﻭﺍﻧﻲ ﻣﺘﺪﻳﻨﻴﻦ
ﺑﺎﻟﻨﺠﺎﺳﺔ، ﻭﻭﺭﻕ ﻳﻐﻠﺐ ﻧﺜﺮﻩ ﻋﻠﻰ ﻧﺠﺲ، ﻭﻟﻌﺎﺏ ﺻﺒﻲ، ﻭﺟﻮﺥ ﺍﺷﺘﻬﺮ ﻋﻤﻠﻪ ﺑﺸﺤﻢ ﺍﻟﺨﻨﺰﻳﺮ،
ﻭﺟﺒﻦ ﺷﺎﻣﻲ ﺍﺷﺘﻬﺮ ﻋﻤﻠﻪ ﺑﺈﻧﻔﺤﺔ ﺍﻟﺨﻨﺰﻳﺮ .
ﻭﻗﺪ ﺟﺎﺀﻩ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺟﺒﻨﺔ ﻣﻦ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﻓﺄﻛﻞ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﻟﻢ ﻳﺴﺄﻝ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ .
ﺫﻛﺮﻩ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ .

Menunda Amal Shaleh Termasuk Sikap Bodoh

Dalam sebuah kalam hikmahnya, Ibnu Athailah al-Iskandari mengatakan "Menunda amal karena menunggu waktuyang luang termasuk tanda kebodohan" [1]. Jika seseorang menunda-nunda amal yang bisa mendekatkannya kepasa Tuhannya karena merasa tidak memiliki waktu luang disela-sela kesibukan dunianya, tindakan itu merupakan tanda kebodohan jiwanya. Dikatakan bodoh karena ia telah menunda amalnya dengan menunggu waktu luang. Padahal, bisa jadi, alih-alih mendapatkan waktu luang untuk beramal ibadah, justru ajal yang datang menjemputnya tiba-tiba. Bisa jadi juga kesibukannya semakin bertambah, karena kesibukan dunia pasti akan terus bertumpuk sebab satu sama lainnya saling berhubungan.

Dalam ihya ulmuddin disebutkan, sebuah kesibukan akan melahirkan sepuluh kesibukan yang lain [2]. Sehingga jangan pernah menunda dalam beramal. Bahkan, andaikata ia mendapatkan waktu luang, tentu tekad dan niatnya pun sudah melemah. Oleh karena itu, sepatutnya ia segera bangkit melakukan amal-amal yang mendekatkan dirinya kepada Tuhannya sebelum terlambat. Pepatah mengatakan, "waktu ibarat pedang, jika kau tidak bisa menggunakannya, niscaya ia akan menebasmu".

Catatan kaki
[1] Mutiara ke-19, al-Hikam ibnu athailah dengan ulasan dari Syech Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati, hal. 34
[2] Ihya Ulumuddin Juz.4 , Imam Al-Ghazali

Rahasia Kesuksesan Dakwah Nabi

Sejarah mencatat, Baginda Nabi Muhammad saw begitu sukses dalam mendakwahkan Islam. Beliau mampu menciptakan sistem kehidupan yang benar-benar baru dalam kurun waktu 23 tahun. Dan dengan begitu cepat pula ajaran islam tersebar ke penjuru bumi sebagaimana yang terlihat sekarang.

Dalam buku Mutiara Dakwah K.H Hasyim Asyary hal. 46, disana disebutkan bahwa, kesuksesan Nabi dalam berdakwah dikarenakan ada dua faktor. Pertama, adanya konsistensi dengan kode etik dakwah, dan kedua, adanya keteladanan dalam masyarakat. Kode etik dakwah Nabi, antara lain:

Pertama, tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan. Dalam menjalankan misi dakwah Nabi tidak memerintahkan sesuatu yang ia sendiri tidak melakukan. Bahkan ada yang beliau jalankan namun tidak diperintahkan bagi yang lain. Contoh yang paling sering kita dengar seperti hadist yang menyatakan “Shalatlah sebagaimana aku shalat”.

Janji Allah Bagi Orang Yang Akan Menikah

Ketika seorang muslim baik pria atau wanita akan menikah, biasanya akan timbul perasaan yang bermacam-macam. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk juga tidak sabar menunggu datangnya sang pendamping dan lain-lain. Bahkan ketika dalam proses taaruf sekalipun masih ada juga perasaan keraguan.Berikut ini sekelumit apa yang bisa saya hadirkan kepada pembaca agar dapat meredam perasaan negatif dan semoga mendatangkan optimisme dalam mencari teman hidup.
Inilah kabar gembira berupa janji Allah bagi orang yang akan menikah. Bergembiralah wahai saudaraku:

1. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula) dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (An Nuur : 26)

Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah sesuai ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah laki-laki yang sholeh, jadilah wanita yang sholehah. Semoga Allah memberikan hanya yang baik buat kita. Amin.

2. “Dan nikahilah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (dinikahi) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (An Nuur: 32)

Sabar Menunggu, dan Syukur Tatkala Bertemu

Kehidupan di dunia penuh dengan lika liku dan tidak jarang pula terkadang datang masalah yang menyesakkan dada. Dilain kesempatan awan mendung tersebut berangsur menghilang yang diiringi muncul pelangi sebagai pertanda alam akan kembali ceria lantaran telah bermandikan sinar sang surya. Tidak sedikit yang berputus asa disaat gelombang musibah datang menerpa, betapa banyak kita saksikan kaum yang tidak bertuhan memilih kematian sebagai jalan keselamatan, padahal di alam baqa sana telah siap siaga Munkar dan Nankir dengan segala pertanyaan untuk dijawab dengan sebenarnya.

Susah dan senang ibarat dua sisi koin yang saling menyatu, jika tidak sedang senang ya sedang susah dan sebaliknya. Namun yakinlah, dibalik kesulitan terdapat dua kemudahan, Begitulah yang digambarkan oleh Quran dalam surat Al-Insyirah "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,  sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan".

Saat senang berarti harus syukur, disaat susah ya harus sabar. Menurut Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir dijelaskan bahwa sabar itu berarti mengukuhkan jiwa agar kuat menanggung derita. Sementara syukur adalah sikap terimakasih seorang hamba terhadap nikmat Tuhannya. 

Dalam surat at-Thalaq, Allah taala menjelaskan:
"...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (QS. At Thalaq: 2)

"...Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. At Thalaq:3)

"...dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya." (QS. At Thalaq: 4)

Dalam menghadapi kehidupan ini, modal utama yang harus dipunyai adalah taqwa. Pada permulaan surat Al baqarah sudah disebutkan bahwa ciri-ciri orang bertaqwa adalah selalu menegakkan shalat, percaya dengan yang ghaib, serta menginfakkan sebagian hartanya. dalam ayat yang lain juga Allah nyatakan mohonlah pertolongan melalui sabar dan shalat, dan Allah telah menjanjikan kabar gembira dan kemenangan yang besar bagi orang yang bersabar. 

Melihat sejarah kehidupan Rasulullah dalam mengemban amanah dakwah, telah mengajarkan pada kita tentang wujud sabar itu. Sejarah mencatat berbagai upaya kaum musryikin dalam menggagalkan dakwah, mulai dari intimidasi sampai upaya pembunuhan namun kesemuanya beliau hadapi dengan penuh kesabaran. Pada akhirnya Allah hibur beliau dengan Isra' Mi'raj agar kembali terpompa semangat.

Cukuplah quran sebagai motivasi bagi diri kita agar tidak terjatuh dalam kegalauan panjang disaat sedang merasa kesempitan, dan ingat pula pesan quran yang menganjurkan untuk selalu bersyukur terhadap segala nikmat-Nya. Bersyukurlah karena telah diberi kekuatan untuk bersabar, dan bersabarlah dalam bersyukur. Sabarlah dalam menunggu datangnya saat bahagia, dan syukurlah tatkala telah bersanding dengannya. ^_^

Bisa Karena Terbiasa

Oleh: Saiful Hadi

Ilmu pengetahuan jika tidak ada pengamalan hanya seperti pepohonan yang tidak menghasilkan buah, manfaatnya hanya berasal dari batang kayunya saja, jika batangnya kuat bisa dipakai untuk rangka kuda-kuda atau kusen pintu, namun jika tipenya cepat lapuk ya harus rela hanya untuk sekedar kayu bakar. Tirulah seperti pohon kelapa, mulai dari akar sampai ke ujung daun dan buahnya semua ada manfaat tersendiri, sampai-sampai ampas dari perahan santan pun masih bisa dimanfaatkan untuk pakan unggas. Jadi memang ini bisa menjadi i'tibar yang bagus bagi kita umat manusia agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Nilai kemanfaatan akan semakin tinggi tatkala didukung dengan pengetahuan yang tinggi dan yang diamalkan.

Ilmu yang telah ada biarpun sedikit jika ada pengamalan akan lebih bermanfaat dibandingkan dengan banyak ilmu namun kurang diamalkan. Karena, ilmu yang tidak ada pengamalan lama kelamaan akan memudar dengan sendirinya dari diri kita. Ketika sebuah ilmu diamalkan, tanpa kita duga akan bertambah ilmu yang lainnya. Sebagaimana dalam ilmu matematika, untuk memecahkan sebuah soal ada cara biasa yang panjang dan juga ada cara cepat yang lebih ringkas.

Cara cepat ini diperoleh dari hasil mengamalkan ilmu dengan cara sering-sering memecahkan soal, sehingga ditemukanlah sebuah jalan pintas untuk langsung berjumpa dengan jawaban. Contoh lainnya, kita lihat pedagang ikan yang begitu lihainya dalam membersihkan ikan, gerakannya begitu cekatan, dalam sekejap ikan sudah dibelah-belah sesuai dengan ukuran yang diharapkan. Beliau bisa demikian karena sudah terbiasa dengan bidangnya sehingga menemukan teknik khusus dalam membedah ikan dengan cepat.

Seorang tukang bengkel senior dengan hanya mendengarkan saja suara motor sudah bisa menebak dibagian mana kerusakannya. Semua contoh-contoh tadi menurut Imam Jalaluddin As Suyuthi dalam kitab Al-Itqan Fi Ulumit Tafsir hal 556 diistilahkan dengan Ilmu Mauhibah ( علم الموهبه ) yaitu sebuah ilmu yang diwariskan langsung oleh Allah Ta'ala bagi orang-orang yang senatiasa mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya.

Masih dikitab yang sama, perkataan Imam Jalaluddin As Suyuthi tadi mengacu kepada Sabda Nabi Saw :
من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم
Artinya: barang siapa yang beramal dengan sebuah ilmu, niscaya Allah wariskan akan dia ilmu yang belum diketahuinya.

Untuk itulah penting sekali mengamalkan pengetahuan sekecil apapun itu. Dalam kitab Masailal Muhtadi disebutkan bahwa binasa Agama karena 4 hal, salah satunya beramal tanpa ilmu, yang kedua sudah berilmu namun tidak beramal.

Cinta Itu Banyak Bentuknya

Cinta kepada Allah adalah tujuan paling puncak dan tingkatan tertinggi. Dan manusia yang paling bahagia di Akhirat kelak adalah yang paling kuat Cintanya kepada Allah Ta'ala. Karena di Akhirat kelak ia akan bertemu dengan Nya. Kenikmatan terbesar yang dirasakan oleh orang yang sedang mencintai adalah bertemu dengan yang dicintainya setelah sekian lama merindukannya. tersebut dalam sebuah riwayat "Tidaklah seseorang di antara kalian beriman sebelum Allah dan Rasulnya lebih dicintai dari keluarga dan hartanya serta semua manusia." (HR. Bukhari-Muslim)
 
Ada dua hal yang bisa menambah rasa cinta
Pertama, mengosongkan hati dari selain yang dicintai. Sebab, seperti halnya sebuah bejana yang apabila dalam keadaan kosong dari sesuatu tentu saja bisa diisi dengan sesuatu yang lain.
 
kedua, menyempurnakan ma'rifat. yang dimaksud dengan ma'rifat adalah mengenal Nya lebih mendalam melalui sifat-sifatnya dan ciptaannya agar semakin bertambah rasa dan condong hati kepadanya. kita menjadi takut kepada harimau karena kita telah mengenal sifat-sifatnya yang terkenal buas dan suka memangsa sehingga kita akan menjauhkan diri terhadapnya. Namun demikian, Mengenal Allah Ta'ala bukan mengenal untuk berjauhan darinya melainkan untuk semakin mendekatkan diri kepada Nya.

Keunikan Bahasa Arab

Oleh: Saiful Hadi

Di era kejayaan Umat Islam bahasa Arab bisa dikatakan sebagai bahasa Internasional dan bahasanya dunia akademisi. Pada masa itu buku karangan kita akan menjadi sangat bernilai tinggi jika ditulis dalam bahasa arab. Sehingga, saat itu kita tidak perlu repot-repot untuk mendapatkan nilai Toefl tinggi karena memang tidak dibutuhkan, dan tentu saja kondisinya berbeda dengan sekarang, dimana dunia telah terbalik arah. 

Perkembangan ilmu pengetahuan saat itu juga tidak terlepas dari dukungan Sultan. Buktinya, seperti di era keemasan Abbasiyah Bagdad, banyak terdapat berbagai pusat kajian ilmu dan perpustakaan besar dengan berjilid judul buku, namun sayangnya semua itu musnah ketika invansi bangsa mongol. Seluruh buku dibakar dan ada yang dibuang ke sungai Tigris, bahkan ada yang mengatakan air sungai tigris berubah menjadi hitam karena saking banyaknya buku yang dibuang ke sana.

Kembali ke bahasa Arab, ada keunikan tersendiri dari bahasa yang satu ini, perbedaan baris saja bisa menyebabkan terjadinya perbedaan makna, apalagi perubahan huruf. Misalnya, kalimat غسل jika dibaca dengan dhummah pada huruf  غ  (gruslu) akan bermakna mandi, namun jika dibaca dengan fatah غ   (graslu) artinya menjadi basuh. Contoh lainnya seperti kata حب . Jika kalimat tersebut dibaca dengan fatah kha (habb) artinya menjadi bijian, namun dengan kassrah kha (hibb) berarti mencintai, karena itu ada yang mengartikan cinta laksana sebuah bijian yang tumbuh mengakar dari hati sehingga berbuahlah berbagai macam rasa yang indah.

Bahasa Alquran
Bahasa arab semakin berkelas karena AlQuran diturunkan dalam bahasa tersebut. Biarpun diturunkan dalam bahasa arab, bukan berarti sama seperti dengan bahasa arab pada umumnya, sebab belum ada satu makhluk pun yang sanggup untuk mencipta dan menandinginya. Bahkan banyak ayat yang menantang mereka yang tidak beriman untuk bisa membuat yang serupa dengannya walau satu ayat saja. 

Sebagaimana ilustrasi di atas, perbedaan harakat bisa mempengaruhi makna kandungannya. Seperti yang terjadi pada masa Abul Aswad Ad-Duali (w.688 M) dimana mushaf Al-quran masih belum dilengkapi dengan harakat seperti yang kita lihat sekarang, sehingga sangat rentan terjadi salah dalam membaca.

Ad-Duali pernah mendengar seseorang membaca ayat ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺮﻱﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ “Anna Allahabari'un-mina-l musyrikiin wa rasuulihi, (QS. At-Taubah : 3), seharusnya dibaca “Rasuluhu”. Jika diartikan akan sangat jauh berbeda. Bacaan pertama tersebut berarti “Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasulnya ...” Tentu saja arti tersebut menyesatkan, karena Allah tidak pernah berlepas dari utusanNya. Kalimat yang semestinya seharusnya berarti “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.” Hanya karena satu harakat, tapi mengubah arti yang begitu banyak [1]

Itu baru masalah baris, belum lagi mengenai penafsiran isi kandungannnya. Dalam Al-Itqan fil Ulumil Quran[2], Imam As-Suyuti menuliskan, sesorang baru boleh menafsirkan quran jika telah menguasai 15 (lima belas) cabang ilmu, diantaranya Ilmu Lughah, Nahwu, Sharaf, Isytaq, Ma'ani, Bayan, Badi',  ilmu qiraat, ushuluddin, ushul fiqih, asbabun nuzul, Nasikh mansukh, fiqih, serta hadist. Sehingga slogan kembali ke Al-Quran dan Sunnah tidaklah semudah lidah berucap, tidak bisa sembarangan seenak perut mentafsirkan quran, apalagi hanya bermodalkan terjemahan saja, perlu diingat bahwa terjemahan bukanlah penafsiran.

Kita patut bersyukur karena generasi Awal Islam telah membukukan Al-Quran dan sudah dilengkapi dengan harakat seperti yang kita lihat sekarang. Andai quran masih dalam bentuk arab gundul, untuk bisa membacanya kita harus paham ilmu nahwu dan saraf, tahu yang mana Mubtada dan Khabar, fiil dan fail dan seterusnya. Salah satu faedah mempelajari Nahwu adalah supaya terhindar dari kesalahan dan memudahkan dalam memahami kalam Allah Ta'lala dan Rasulnya yang Mulia [3]. Tapi alangkah ironisnya, biarpun sudah berbaris namun masih saja ada yang sulit membaca Al-Quran, sebenarnya bukan tidak bisa tapi karena tidak mempelajarinya saja dengan sungguh-sungguh.

Untuk itu sebagai muslim kita perlu membenahi diri agar tidak buta terhadap Al-Quran. Apa jadinya jika terjadi kesalahan pembacaan baris dalam alfatihah, bisa-bisa shalat menjadi tidak sah. Terutama sekali bagi pemuda pemudi yang hendak menuju ke jenjang pernikahan. Gimana caranya kita hendak membina keluarga yang bersyariat jika baca quran saja masih belepotan. Sebab, yang namanya menikah bukan hanya untuk mereguk kenikmatan sesaat, melalui anda berdua akan lahir generasi penerus yang akan menggantikan kita nantinya. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, selama nyawa masih melekat pada jasad maka masih membentang waktu untuk terus belajar dan bertaubat.

Catatan kaki
[2] Al-Itqan fil ulumil Quran, hal. 555
[3] syaikhalid - Aljurumiah

Menulis Untuk Menjaga Ilmu

Oleh: Saiful Hadi

Ada pepatah yang mengatakan, ilmu itu seperti burung, tangkap ia dengan cara menulisnya. Begitulah yang namanya pengetahuan, ia dengan begitu mudahnya terbang dari memori kita jika lengah dalam menjaganya, dan mencatat adalah salah satu upaya dalam melawan lupa sehingga ilmu tidak menghilang begitu saja. Menilik ke era kejayaan islam seperti pada masa Abbasiah dan Umayyah Cordoba, gairah menulis para ulama pada masa itu sungguh sangat luar biasa. Hal ini terbukti dengan lahirnya ratusan jilid kitab yang masih bisa kita lihat sampai sekarang, padahal jika kita bandingkan antara masa sekarang dengan dulu dimana komputer pun belum ada saat itu, kertas masih sangat langka dan berbagai kekurangan-kekurangan lainnya, akan tetapi mereka mampu menghasilkan karya yang luar biasa dengan sistem penulisan yang sangat terstruktur rapi dan masih menjadi rujukan sampai hari ini.

Kita sebut saja Al Imam Syafie, beliau disebut-sebut sebagai tokoh utama penggagas ilmu ushul fiqih, ini lantaran beliaulah orang pertama yang mula-mula membukukan ilmu Ushul Fiqih yang kemudian hari kita kenal dengan nama kitab Ar-Risalah. Dan beliau juga orang pertama yang membukukan sendiri mazhabnya. Timbul pertanyaan, apakah imam mazhab yang lain tidak punya ushul fiqih? Tentu saja imam-imam yang lain juga punya ushul fiqh tersendri dalam mengisntimbat hukum namun belum dibukukan pada masa itu.

Berkat kerja keras Ulama terdahulu, ilmu mereka sampai hari ini masih bisa kita baca karena telah dicatat dengan rapi, andai saja mereka tidak menulis bisa saja mazhab mereka akan punah dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. Menulis sudah menjadi rutinitas bagi ulama-ulama zaman dulu. Bahkan sampai ada sebuah pepatah "Wiridnya seorang guru adalah dengan membuat karangan, sementara wiridnya seorang murid adalah dengan menulis catatan". Jadi wajar saja ulama dulu banyak menulis karena memang kesibukan mereka adalah mengajar ilmu, menulis modul-modul pelajaran agar mudah untuk di ajarkan. Demikian juga dengan murid-murid pada masa itu, mereka tak jemu-jemu menulis catatan demi menguatkan ingatan agar ilmu tidak hilang. Imam syafie sebagai pendiri mazhab syafie beliau mempunyai karangan yang fenomenal tentang fiqih yakni Kitab Al-Umm, nah kitab ini oleh muridnya yaitu Al-Muzanni dibuat sebuah ringkasan yang diberi nama Mukhtasar Al Muzanni yang isinya lebih ringkas dengan tujuan untuk semakin memudahkan.

Ulama-ulama selanjutnya pun juga demikian, ada yang membuat kitab syarah (penjelasan) yang biasanya bisa sampai berjilid-jilid tebal, ada yang membuat mukhtasar (ringkasan), ada juga yang membuat menjadi inti sari pokok saja (matan), dan begitu seterusnya tanpa pernah merasa jemu dan tanpa mengharap imbalan apapun. Mereka menulisnya semua dengan sangat iklas hati. Sering kita jumpai dalam muqaddimah kitab para ulama mereka mengatakan dengan kitab ini kami mengarapkan ridha Allah Ta'ala dan diberikan kebahagian di dua dunia. Bukan pengharapan yang lain, semata-mata demi mencari keridhaan Tuhan.

Kita sekarang dimana?
Ditengah maju pesatnya teknologi dengan berbagai macam kemudahan, seharusnya kita pun harus mampu berkiprah dan mengikuti jejak para ulama-ulama terdahulu agar khazanah keilmuan terus berkembang. Sebab, ketika terlena dengan teknologi malah membuat kita manja sehingga menjadi stagnan dan terjerumus ke dalam kejumudan dalam berfikir.

Dan alangkah ironisnya juga, karena sudah ada hardisk dan flasdisk sebagai media penyimpanan akhirnya jarang kita pakai otak sendiri untuk menyimpan berbagai pelajaran yang telah dipelajari. Betapa pintarnya hardisk karena dengan cepat bisa menghafal 30 juz dalam beberapa menit saja, seharusnya otak kitalah yang menghafal dan mengingat setiap juznya.

Pernah suatu ketika Imam syafie mengadu kepada guru beliau Imam waqi' karena mengalami kesulitan dalam menghafal, guru beliau menasehatkan sesungguhnya Ilmu itu adalah Nur Allah. Dan Allah tidak akan menunjukannya kepada orang yang maksiat. Sudah saatnya berbenah semoga kita menjadi lebih baik.

(*) Tulisan ini telah dimuat di majalah Jurnal Dayah Edisi II Tahun 2015


Syawal, Bulan Kemenangan Bagi Jomblo


Ramadhan telah berakhir dengan datangnya syawal. Ramadhan mengajarkan banyak hal, terutama tentang manajeman nafsu dan melatih diri agar menjadi insan yang berbudi luhur yang merupakan cerminan dari sikap taqwa. Sebab, sebagaimana yang telah ditegaskan dalam Alquran surat Al-baqarah 183, hikmah dari berpuasa adalah agar menjadi bertaqwa. Dalam Kitab Taisir Akhlaq Taqwa ini sendiri bermakna Menuruti segala perintah Allah yang Maha Tinggi dan Maha Besar serta menjauhi laranganNya baik  secara  tersembunyi maupun terang-terangan.

Diantara kiat-kiat untuk menggapai taqwa adalah dengan mengingat mati, dengan mengingat mati akan semakin melembutkan hati sehingga gairah dalam ibadah akan semakin meningkat. Mengingat mati adalah dengan mempersiapkan bekal sebanyak mungkin, yakni dengan cara membina hubungan yang baik dengan sang Khaliq dan juga dengan sesama makhluq.

Menikah adalah salah satu langkah dalam mempersiapkan kematian. Karena Rasulullah pernah mengatakan, apabila seorang anak adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal, salah satunya adalah anak-anak yang shaleh yang bakal mendoakannya kelak. Keberadaan anak-anak yang shaleh akan menjadi amalan yang tidak terputus. Menikah merupakan cara yang paling logis untuk mendapatkan keturunan yang bakal menjadi aset dan selalu menghasilkan devisa pahala biarpun telah masuk ke liang lahat.

Syawal dan Menikah
Bulan syawal adalah bulan kemenangan bagi yang telah berpuasa sebulan penuh lamanya. Dan bulan Syawal juga bulan kemenangan bagi para jomblo yang telah mengakhiri masa lajangnya. Kenapa banyak orang melangsungkan pernikahan di Bulan Syawal ?

Menikah di bulan syawal ternyata ada Hadits Shahih dari Sayyidatina Aisyah radhiyallahu'anha beliau berkata :

ﺗَﺰَﻭَّﺟَﻨِﻲ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓِﻲ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﻭَﺑَﻨَﻰ ﺑِﻲ ﻓِﻲ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﻓَﺄَﻱُّ ﻧِﺴَﺎﺀِ
ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﺣْﻈَﻰ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻣِﻨِّﻲ

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menikahiku pada bulan Syawal dan berkumpul denganku
 pada bulan Syawal, maka siapa di antara isteri-isteri beliau yang lebih beruntung dariku?” (HR. Muslim no. 2551, At-Tirmidzi no. 1013, An-Nasai no. 3184, Ahmad no. 23137)


Imam An Nawawi dalam menjelaskan hadits di atas menerangkan bahwa “di dalam hadits ini terdapat anjuran untuk menikahkan, menikah, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal". Oleh karena itu pada bulan syawal ini adalah bulan yang terbaik untuk membina kehidupan yang baru bersama orang-orang tercinta.

Bagi yang belum menikah, semoga di bulan ini dimudahkan jalan untuk menuju kesana, dengan menikah akan meningkatkan ketentraman sehingga akan lebih fokus dalam berubudiyah kepadaNya. Dan bagi yang sudah menikah semoga semakin bertambah berkah.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. QS. Ar-Rum : 21

Baca Juga: