Muda Penuh Cinta, Tua Penuh Sayang


Oleh: Saiful Hadi
Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam. Hal tersebut menunjukkan bahwa perempuan adalah bagian dari lelaki, dan lelaki adalah asal mulanya permpuan. Itulah yang melahirkan cinta dan kasih sayang. Karena asal akan selalu simpati kepada bagian dari dirinya, dan asal pasti meliputi bagian dari dirinya. Sedangkan bagian akan selalu mengikuti asal.

Karena secara logika, tangan akan selau mengikuti badan. Otak mengeluarkan perintah sehingga seluruh tubuh bergerak. hal inilah yang harus disadari oleh setiap laki-laki dan perempuan ketika berinteraksi satu dengan lainnya dalam bingkai pernikahan, bahwa bagian akan selalu memerlukan asal. Maka salah satunya tidak akan pernah terpisah dari lainnya. sehinnga jika salah satunya mengambil keputusan untuk menyiksa dirinya sendiri, keputusan itu menentang fitrahnya dan menyalahi agamanya.[1]

Masa Muda Penuh Cinta, Masa Tua Penuh Sayang
Masa muda adalah usia yang penuh gairah dan cinta, dan pernikahan adalah jalan terbaik untuk saling mencintai dengan sesungguhnya. Menikah di usia muda insyaAllah lebih menentramkan dan menenangkan, karena disinilah tali cinta dirajut dengan sebenar-benarnya.

Biarpun mungkin sebelum menikah sudah saling kenal mengenal, namun perkenalan yang sesungguhnya justru berada pada tahun-tahun pertama pernikahan. Tidak bisa dipungkiri, banyak perbedaan mendasar yang ada pada pasangan kita, terutama sekali secara fisik, watak, dan kebiasaan-kebiasaannya. Perbedaan harus disikapi dengan bijaksana agar tidak terjadi permasalahan yang seharusnya tidak perlu terjadi, bukankah pelangi itu indah karena banyak perbedaan warnanya. 

Disini kita belajar memahami, belajar bertoleransi, belajar bertanggung jawab sejak dini, dan belajar menggapai kesuksesan sejak dari nol. Nikmat yang paling nikmat adalah yang diperoleh dengan usaha yang keras, nikmatnya makan adalah ketika terasa lapar, bukan ketika kenyang, seenak apapun makanan tidak akan nikmat jika dinikmati saat sedang kekenyangan.

Menikah muda berarti bersiap menghadapi berbagai macam perjuangan. Dimasa-masa penuh perjuangan tersebut nilai ketulusan dan kekuatan cinta dari pasangan akan terlihat. Indahnya kemenangan akan dirasakan setelah susah payahnya menjalani perjuangan, dan kenangan masa-masa perjuangan inilah yang akan menjadi salah satu ikatan yang akan mempererat hubungan batin suami dan istri. Seiring berjalannya waktu, wajah mungkin saja berubah karena digilas roda zaman, namun kenangan tak akan pernah pudar dalam ingatan
.
Membuka lembaran sejarah, Aisyah sering cemburu karena Rasulullah mengisahkan Khadijah, kenangan beliau terhadap istri pertamanya tidak pernah lengkang oleh waktu, karena setiap detik kebersamaan dilalui dengan saling bahu-membahu dalam berjuang sehingga menimbulkan kesan yang begitu mendalam yang terus selalu terkenang.

Menikah Sebagai Wujud Taqwa
Menikah akan lebih terpelihara pandangan dan kemaluan, sehingga dosa menjadi terhindarkan. Dalam setiap kesempatan pada khutbah jumat, semua khatib berwasiat dengan taqwa, dan menikah merupakan langkah dalam menempuh jalan taqwa. Kemaluan haram melalui zina, dan halal karena nikah, zina adalah langkah menuju dosa, sementara nikah langkah menuju pahala. Dalam wahyuNya yang mulia, Barangsiapa yang bertaqwa niscaya akan dibukakan jalan keluar terhadap masalah-masalah yang dihadapi, yakinlah dengan Janji-janji Nya, karena Allah Ta'ala akan selalu menolong hambaNya. Sebagaimana uraian di atas, menikah di usia muda akan banyak perjuangan yang bakal dihadapi, untuk itu bertaqwalah dan bertawakal dalam menjalaninya.

Mengelola Cinta

Rasululullah saw bersabda:
ﺍﻟﻤﺮﺀ ﻣﻊ ﻣﻦ ﺃﺣﺐ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ
"Seseorang akan bersama orang yang dicintainya pada hari kiamat nanti"

Mengomentari hadist ini, Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menuliskan:
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﺴﻦ : ﻳﺎ ﺍﺑﻦ ﺁﺩﻡ ! ﻻ ﻳﻐﺮﻧﻚ ﻗﻮﻝ ﻣﻦ ﻳﻘﻮﻝ : ‏( ﺍﻟﻤﺮﺀ ﻣﻊ ﻣﻦ ﺃﺣﺐ ‏) ﻓﺈﻧﻚ ﻟﻦ ﺗﻠﺤﻖ ﺍﻷﺑﺮﺍﺭ ﺇﻻ ﺑﺄﻋﻤﺎﻟﻬﻢ ، ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﻳﺤﺒﻮﻥ ﺃﻧﺒﻴﺎﺀﻫﻢ ﻭﻟﻴﺴﻮﺍ ﻣﻌﻬﻢ ، ﻭﻫﺬﻩ ﺇﺷﺎﺭﺓ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻣﺠﺮﺩ ﺫﻟﻚ ، ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻣﻮﺍﻓﻘﺔ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ ، ﺃﻭ ﻛﻠﻬﺎ : ﻻ ﻳﻨﻔﻊ " ﺍﻧﺘﻬﻰ 
ﻣﻦ " ﺇﺣﻴﺎﺀ ﻋﻠﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ " ‏(2/160)

Al-hasan berkata : wahai anak cucu adam! janganlah sampai engkau menjadi salah paham dengan ucapan seseorang yang mengatakan "seseorang bersama dengan orang yg dicintainya" karena sesungguhnya engkau tidak akan bertemu dengan orang-orang abrar kecuali dengan beramal seperti amalan2 mereka, sesungguhnya kaum yahudi dan nasrani mencintai nabi mereka tetapi mereka tidak bersama nabinya, hal ini menunjukkan bahwa sekedar mencintai tanpa meneladani dalam sebagian amalan atau keseluruhan amalan tidaklah bermanfaat. [1]

Belajar dari Pengembala Kambing

Menjadi iklas merupakan sebuah keharusan dalam mengerjakan setiap amalan, baik itu yang berhubungan dengan hak Allah Ta'ala maupun yang menyangkut hak anak adam. Secara bahasa Iklas berarti murni dan bersih dari segala kotoran, iklas itu ibarat air mutlaq yang suci lagi dapat menyucikan. Sehingga, setiap amal yang dikerjakan dengan iklas akan bersih dari sikap riya, sombong, dan takabur, ini lantaran iklas tadi telah menyucikan hati dari segala kotoran yang bisa merusak amal.

Ada yang mengatakan, iklaslah sebagaimana surat Al-Iklas, biarpun namanya al-iklas namun tidak terlihat ada kata-kata iklas pada ayat tersebut, ini menunjukkan bahwa sikap iklas itu bukan dinampakkan dengan kata-kata melainkan dengan tindakan nyata.

Pilih Gadis Saja

Diantara hikmah dari menikah adalah lahirnya rasa sakinah, mawaddah, dan rahmah. Supaya tercapai maksud yang diharapkan, tentu saja perlu memilih pasangan yang baik. Dalam memilih istri, dalam sebuah hadist Rasulullah mengatakan sebaiknya memilih wanita yang masih gadis;

قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ " لجابر " وَقَدْ نَكَحَ ثَيِّبًا " هَلَّا بِكْرًا تُلَاعِبُهَا وَتُلَاعِبُكَ

Rasulullah saw bersabda kepada Jabir yang telah menikah dengan seorang janda : "mengapa tidak perawan saja, engkau bisa bermain-main dengannya dan dia bermain-main denganmu."

Ada apa dengan Gadis?
Membuka literatur kitab-kitab klasik, para ulama telah menjelaskan mengenai hikmah dari sabda Nabi tersebut, diantaranya:

Madzhab Al-Asy’ari Dan Al-Maturidi

Sesungguhnya keutamaan, kemuliaan dan keagungan para pengikut adalah menunjukan keagungan orang yang diikutinya. Seluruh ulama terkemuka di kalangan Ahlussunnah adalah pengikut al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari, atau pengikut al-Imâm Abu Manshur al-Maturidi. Dengan demikian tidak disangsikan lagi bahwa kedua Imam ini adalah sebagai penegak tonggak dasar dari berkibarnya bendera Ahlssunnah, yang oleh karenanya kedua Imam ini memiliki keutamaan dan kemuliaan yang sangat agung.

Sebagaimana telah kita sebutkan di atas bahwa Ahlussunnah adalah mayoritas umat Islam. Ini berarti dalam menuliskan tokoh-tokoh Ahlussunnah akan meliputi berbagai sosok agung antar generasi ke generasi dan dari masa ke masa. Melakukan “sensus” terhadap mereka tidak akan cukup dengan hanya menuliskannya dalam satu jilid buku saja, bahkan dalam puluhan jilid sekalipun. Sebagaimana anda lihat sekarang ini berapa banyak karya-karya para ulama terdahulu yang ditulis dalam mengungkapkan biografi ulama Ahlussunnah, termasuk dalam hal ini penulisan biografi yang ditulis menurut komunitas tertentu sesuai disiplin mereka masing-masing, seperti komunitas kaum sufi, komunitas ahli hadists, para ahli tafsir, atau lainnya. Dapat kita pastikan bahwa kebanyakan ulama-ulama yang telah dituliskan biografinya tersebut adalah para pengikut al-Imâm al-Asy’ari.

10 Nasehat Emas Pernikahan dari Imam Ahmad

Banyak yang mampu melangsungkan pernikahan, namun sedikit yang mampu mempertahankannya dengan baik, ibarat kata ramai yang sanggup membeli mobil baru tapi sedikit yang sanggup merawatnya agar selalu terlihat baru. Berikut ini adalah sepuluh nasehat emas yang disampaikan oleh Imam Ahmad Bin Hanbal saat berlangsung pernikahan Putranya.

Imam Ahmad berkata: Wahai ananda tercinta, sesungguhnya engkau tidak akan mencapai kebahagiaan di rumah tanggamu kecuali dengan menerapkan sepuluh karakter dalam menjalani kehidupan bersama istrimu. Maka ingatlah baik-baik dan bersemangatlah untuk melaksanakannya.

Pertama dan kedua: Wanita menginginkan bukti dari cinta dan menyukai pernyataan cinta, maka engkau jangan pelit pada istrimu dalam melakukannya. Jika engkau pelit maka akan muncul sebuah pemisah berupa kebencian antara dirimu dan dirinya dan akan berkurang rasa cinta kalian berdua.

Ketiga: Wanita membenci lelaki yang keras dan mengekang, tetapi memanfaatkan lelaki yang lemah dan lembut. Pandai-pandailah memilih sikap  pada setiap waktu, maka akan mengundang rasa cinta dan mendatangkan ketenangan.

Keempat: Wanita itu menyukai dari suaminya apa yang disukai suaminya dari mereka, yaitu cara bicara yang baik, penampilan yang bagus, pakaian yang bersih, dan aroma yang harum. Usahakan untuk selalu tampil seperti itu pada setiap waktu.

Kelima: Sesungguhnya rumah tangga berada di bawah kedaulatan wanita, dia merasa ikut membangun singgasananya, dan dia adalah ratu di dalamnya. Maka janganlah engkau hancurkan kerajaannya, dan jangan pula berupaya menggusurnya dari singgasananya. Jika engkau tetap melakukannya, dia akan berusaha merebutnya kembali. Dan tidak ada permusuhan yang lebih besar kepada raja kecuali dari yang kerajaannya telah direbut, meskipun istrimu tidak menampakkannya.

Keenam: Seorang wanita ingin mendapatkan suaminya dan tidak kehilangan keluarganya. Janganlah engkau membuat timbangan antara dirimu dan keluarganya, “pilih saya atau keluarga”. Bila dia memilihmu dari keluarganya, selamanya dia tetap akan bersedih, serta memupuk kebencian kepadamu setiap harinya.

ketujuh: Wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang lengkung. Hal ini adalah rahasia kecantikannya, rahasia daya tariknya, dan bukan aib baginya, sebagaimana “cantiknya alis adalah ketika lengkung”. Ketika dia bersalah jangan membebaninya dengan beban yang berat sekali karena ingin meluruskan kelengkungannya, karena hal itu akan mematahkannya dan terjadi perceraian dengannya. Tetapi jangan pula kau biarkan kesalahannya sehingga bertambah kelengkungannya dan membekas pada dirinya.  Jangan sampai engkau nantinya menyesal karena istrimu tidak mau mendengarmu lagi. Oleh karenanya, berbuatlah kepadanya sikap pertengahan.

Kedelapan: Sudah menjadi sifat alamiah wanita yang terkadang kurang mensyukuri dan mendustakan pemberian suami. Seandainya engkau berbuat baik kepadanya terus menerus selama ribuan tahun, lalu melakukan satu kesalahan, dia akan berkata “aku tidak pernah mendapat kebaikan darimu sama sekali”. Jangan sampai hal tersebut membuat engkau membencinya, dan berpaling darinya. Jika engkau membenci hal ini, maka sukailah hal yang lain darinya.

Kesembilan: Sesungguhnya wanita memiliki kelemahan fisik dan jiwa, sampai-sampai Allah subhanahu wa ta’ala memberi banyak keringanan kepada mereka didalam melaksanakan kewajiban. Allah tidak mewajibkan mereka sholat pada waktu tertentu, memerintahkan agar meninggalkan puasa pada keadaan tertentu sampai mereka sehat kembali dan suasana hatinya kembali stabil. Dampingilah mereka pada keadaan-keadaan tersebut sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala meringankan kewajibannya, maka ringankan pula tuntutanmu dan urusan-urusanmu.

Kesepuluh: Ketahuilah bahwa wanita ibarat seorang tawanan bagimu. Maka sayangilah “tawanan”mu dan maafkan kekurangannya, dengan begitu dia akan menjadi sebaik-baik perhiasan dan sebaik-baik pendamping hidup.

Menikah sebagai Media Dakwah

Membuka lembaran sejarah proses masuknya Islam ke nusantara, kita dapati salah satu jalurnya adalah melalui jalan pernikahan dengan penduduk lokal. Menikah memang telah menjadi media yang sangat efektif dalam menyebarkan syiar agama. Bahkan Rasulullah saw menyatakan bangga dengan banyaknya umat, dan satu-satunya jalan untuk memperbanyak umat adalah dengan proses pernikahan. Sehingga wajar saja mengapa Rasulullah menganjurkan untuk menikah dengan wanita yang penyayang dan banyak anak, dan lebih bagus lagi dengan wanita yang taat beragama serta cerdas dan baik akhlaqnya. Hal ini demi terciptanya generasi ke depan yang lebih baik.

Dalam Kitab Fathul Muin disebutkan, bagi yang hendak menikah hendaklah diniatkan untuk mengikuti sunnah Rasulullah, menegakkan agama, menjaga kehormatan diri serta untuk memperoleh keturunan yang shalih, dengan berniat demikian InsyaAllah akan diberi ganjaran pahala karena kebagusan niatnya [1]. Untuk itu perbaikilah niat jika sebelumnya menikah hanya untuk memperbaharui status atau sekedar untuk mereguk kenikmatan duniawi saja.

Menikah untuk Menegakkan Agama
Dengan menikah, istri dan anak-anak kita adalah orang-orang pertama yang menjadi objek dakwah. Sejarah mencatat, saat awal mula turun wahyu, Siti Khadijah adalah orang pertama yang membenarkan dakwah Rasulullah sekaligus menjadi orang pertama yang memeluk Islam. Disini kita melihat bahwa Rasulullah memulai segalanya dari orang terdekat beliau yakni keluarga, kemudian sahabat-sahabat karibnya, dan selanjutnya lingkungan tempat tinggal beliau. Dari pernikahanlah sebuah peradaban dimulai, dari sini pula perubahan ke arah yang lebih baik dirintis.

Mengutip kalimat ust. Ahmad Syarwat, "kalau dahulu Al-Fatih mengepung Konstantinopel dan membombardirnya dengan meriam, sekarang kita kepung Eropa lewat dakwah, internet, buku keIslaman, dan pernikahan"[2]. Memang sangat tepat apa yang beliua sampaikan, menikah adalah jalan yang paling halus dalam menyebarkan syiar islam, namun hasilnya sangat ampuh. Untuk membangun peradaban yang baik, tentu saja setiap calon suami dan istri harus terus meningkatkan potensi diri dengan memperdalam ilmu pengetahuan agama dan ilmu-ilmu pendukung lainya. Sebab, jika tidak ada persiapan yang memadai maka jauh api dari panggang sehingga sulit untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Rujukan:
[1] Hasyiah Ianatuttalibin,Juz 3 hal. 272

Syiah Kuala dan Karya-Karyanya


Kitab Mira'tuth Thulab merupakan karya Asy-Syekh Abdurrauf As-Singkili (1615-1693 M), beliau dikenal juga dengan Syiah Kuala, perlu diketahui Syiah disini bermakna Syaikh, mungkin karena faktor logat berubah bentuk pengucapan menjadi syiah. Kitab ini ditulis tangan pada abad 17 dengan ketebalan lebih kurang 650 hlm dengan menggunakan redaksi bahasa Arab Jawi, kitab tersebut dikarang atas permintaan sulthaanh Aceh pada masa itu, yaitu Sultanah Tajul Alam Safiyatuddin Syah (1641-1675). Penyusunan kitab ini selesai pada paruh kedua abad 17, bertepatan dengan hari sabtu 8 jumadil akhir 1083 H/1 oktober 1672 M.

Masyarakat Nusantara, termasuk Aceh umumnya memakai bahasa Arab Jawi sebagai alat komunikasi resmi, hal ini terbukti melalui karangan para ulama yang banyak dituangkan dalam tulisan tersebut. Namun demikian, bahasa Arab asli juga merupakan bahasa pengantar yang sudah umum dipakai dalam dunia pendidikan pada masa itu.

Sebelum menjadi mufti kerajaan Aceh, pengarang pernah merantau ke berbagai jazirah Arab untuk mendalami pengetahuan Agama, dan dari jawaban hukum yang penulis tuangkan pada kitabnya mengindikasikan bahwa beliau adalah pengikut Mazhab Imam Asy-Syafie. Hal ini dapat diamati dari pemaparan yang diberikan sering disandarkan kepad ulama-ulama besar mazhab syafie dengan beberapa kitab rujukan penting seperti Tuhfatul Muhtaj, Fathul Jawad, Fathul Wahhab, Al-Umm, Al-Minhaj, dan lain-lain. Dari sini dapat kita ketahui pula bahwa Mazhab Syafie memang sudah sangat familiar dipakai oleh kerajaan Aceh, dan sampai sekarang pun Mazhab Syafie merupakan Mazhab yang dominan di pakai oleh masyarakat Aceh dalam menjalankan syariat.

Kitab tersebut menjelaskan secara rinci tentang berbagai persoalan hukum yang dihadapi atau akan dijumpai kelak dalam masyarakat. Di dalamnya juga berisi pengajaran berharga bagi para penguasa, Sulthan apabila ia kelaj menetapkan dan memutuskan perkara-perkara rakyat. Atas dasar itulah, tidak berlebihan jika Sulthanah Safiyatuddin Syah memilih dan menobatkan pengarang kitab sebagai mufti besar Kerajaan Aceh pada masa itu.

Pembahasan pada Kitab Mira'tuth Thulab dimulai dengan kajian mengenai peranan qadhi, sementara bab selanjutnya dilanjukan tetang bab muamalah mulai dari masalah riba, dan berakhir pada masalah memerdekakan budak. Kitab tersebut secara khusus memang membahas mengenai masalah muamalah saja, hal ini mungkin karena penggunaanya adalah untuk qadhi yang bakal berhubungan langsung dengan masyarakat.

Karya Syekh Abdurrauf As-Singkili
1. Mir'atuth Thulab fi Tasyil Mawa'iz al-Badirifat al-ahkam al-syariyah li malik al-wahab. Karya dibidang fiqih atau hukum islam, yang ditulis atas permintaan Sulthanah Safiyatuddin.
2. Tarjuman al-Mustafid. Merupakan naskah pertama tafsir Al-Quran lengkap dalam bahasa Melayu.
3. Mawaiz al-Badi, berisi tentang nasehat penting dalam membangun akhlaq.
4. Tanbih al-Masyi, berisi tentang masalah tasawuf.
5. Kifayat al-Muhtajin ila Masyrah al-Muwahidun al-Qailin bin Wahdatil Wujud.
6. Terjemahan Hadist Matan Arbain, atas permintaan Sultanah Zakiyatuddin.
7. Daqaiq al-Hurf, pengajaran mengenai tasauf dan tauhid.

Rujukan: Sekapur Sirih Pengalih Aksara kitab Mir'ath Thulab.

Bergembiralah Tuan Shabir

Hidup itu memang banyak rasa, sedih senang, susah bahagia, takut dan berani akan selalu mewarnai roda kehidupan. Apapun status sosialnya, setiap anak adam tidak akan terlepas dari berbagai macam ujian. Sedih akan berganti dengan senang, susah akan sirna dengan datangnya bahagia, dan berani akan muncul menghapus rasa takut.

Mengenai rasa takut, dan perasaan yang tidak mengenakkan lainnya, Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah : 155)

Kisah Taubat Wahsyi

Sejarah mencatat, Wahsyi adalah seorang bekas budak kulit hitam dari Ethiopia milik Hindun binti Utbah yang menjadi terkenal karena mampu membunuh paman Nabi Muhammad SAW yang memiliki julukan "Singa Allah" yakni, Hamzah bin Abdul Muthalib dan setelah ia memeluk Islam beliau berhasil membunuh Musailamah al-Kazzab sang Nabi Palsu saat pertempuran Yamamah pada zaman Khalifah Abu Bakar.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ketika Wahsyi ingin bertobat dan memeluk Islam, ia menuliskan surat kepada Rasulullah saw yang menyatakan bahwa ia ingin masuk Islam. Namun ada satu ayat yang sangat mengganjal hati Wahsyi, yaitu ayat yang berbunyi :

وَٱلَّذِينَ لَا يَدۡعُونَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ وَلَا يَقۡتُلُونَ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ وَلَا يَزۡنُونَۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ يَلۡقَ أَثَامٗا 
٦٨
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya) (QS. Al Furqan, 68)

Syariat dan Maksiat

Dewasa ini bisa dikatakan kebanyakan orang telah pernah menggunakan komputer dan banyak juga yang telah memiliki komputer atau laptop sendiri di rumah masing-masing. Seiring dengan berkembangnya hardware, perkembangan softaware pun juga tidak kalah pesatnya, hal ini terbukti dengan munculnya berbagai macam perangkat lunak yang terus saja mengalami update agar semakin berjalan dengan optimal. Selain itu software jahat pun (baca: virus kompter) juga semakin canggih dan ganas. Sehingga kondisi Antivirus harus selalu di update secara berkala agar dapat menangkal seluruh radikal bebas yang satu ini.

Terkadang kita merasakan bahwa komputer sudah berjalan dengan aman, yang ditandai dengan bisa booting secara normal tanpa kendala apapun. Tapi tanpa kita sadari dibalik layar ada trojan yang memata-matai di luar kontrol kita, sehingga dengan mudahnya seluruh data yang berada di dalam komputer bisa dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Baru kita sadari bahwa komputer sudah terserang penyakit akut ketika antivirus dipasang update terbaru sehingga bisa mengenali varian-varian terbaru dari virus. Disinilah kita menjadi terpana dengan fenomena yang ada, sebelumnya dianggap aman-aman saja namun ternyata ada ancaman besar yang sedang mengerogoti.

Download : Materi Tajwid Praktis

Al-Qur’an itu diturunkan oleh Allah dengan berbagai macam keutamaan. Analoginya seperti ini, adik-adik  pernah lihat motor Honda kan ? Nah, pastinya dulu waktu Soichiro Honda menciptakan motor tersebut, terus dijual, dia menyelipkan buku  petunjuk pemakaiannya. Ketika kita membeli motor tersebut, pasti dapat buku petunjuknya kan ? Kenapa sih Soichiro nyelipin buku petunjuk? Ya, biar yang make motornya gak nyemplung ke comberan gara-gara gak tahu ngerem pake apa. Hehe... Jadi, dengan buku petunjuk itu, Soichiro berharap si pengendara bisa mengerti jika ingin berhenti direm dulu, jika ingin belok hidupkan lampu, jika jaraknya sudah 1000-2000-an km mesti ganti oli, dan lain-lain.

Menangislah Jika Itu Wujud Bahagia

Berbincang tentang cinta, terkadang dianggap lebay, sok romantis, bahkan yang lebih ekstrim lagi dikira kebelet nikah, oh tidak... Jangan sesempit itu. Bukankan Baginda Nabi Muhammad sendri beliau datang ke dunia ini dengan ajaran yang penuh cinta kasih, yang disenangi kawan dan disegani lawan. Sehingga tidak patut menyempitkan makna cinta hanya untuk cinta terhadap lawan jenis, karena cinta itu banyak jenis.

Cinta dan air mata adalah dua sosok yg tidak dapat dipisahkan. Disaat cinta itu datang, air mata pun terkadang ikut hadir tanpa di undang. Cuma yang ditinjau disini adalah, cinta yang bagaimana yang membuat derai air mata?  Tidak perlu jauh-jauh, datanglah ke mesjid Raya Baiturrahman dan lihatlah ke arah mempelai yang baru saja mengikrarkan pernikahan, tanpa disadari ikatan cinta yang telah resmi ini disambut gembira dengan bocornya air mata. Demikian halnya banyak mata berkaca-baca saat berlangsungnya acara wisuda. Begitu juga kala baru lahir anak, sang bunda biarpun berpeluh keringat, meleleh air matanya melihat ananda lahir dengan selamat sentosa. Disini berarti kedatangan air mata adalan wujud bahagia yg luar biasa, oleh karena itu marilah menangis jika tangis tersebut adalah wujud bahagia.

Dalam agama pun tangisan adalah sesuatu yang istimewa, tangisan seorang hamba yang menyesali dosa-dosanya itu sangat baik dalam membina hubungan dengan Sang Khaliq. Disisi lain tangisan juga bakal terjadi dikala hati sedang sangat bersedih. Kesedihan yang mendalam memaksa mata untuk meneteskan airnya. Menangis adalah cara untuk melegakan hati dari kegundahan jiwa. Sehingga menangis bakal mendatangkan ketenangan.

Marah yang berlebihan pada akhirnya juga akan berujung ke tangisan. Sehingga jika ditarik sebuah benang merah, tiga perasaan yang berbeda namun bisa diwakili oleh satu aksi yang sama, yaitu tangis. 

Kemudian, marah sedih dan senang, semuanya berhubungan dengan cinta. Ayah dan bunda akan sangat marah besar ketika mengetahui anaknya terlibat dalam kenakalan remaja, kemarahan disini terjadi karena cinta mereka kepada anaknya. Kemarahan mereka bukan untuk menghancurkan sang anak melainkan untuk mendidiknya agar menjadi lebih baik.Kesedihan juga wujud cinta, disaat kehilangan orang-orang tercinta tanpa perlu dikomandoi hati akan bersedih yang diiringi dengan tetesan air mata. Sebaliknya, ketika yang tercinta telah kembali hati juga akan berbunga-bunga lagi, sehingga dapat dipahami bahwa senang juga salah satu wujud cinta. Berarti, marah sedih dan senang adalah warna warni cinta. Cinta punya banyak warna dan rasa.

Cinta itu kekuatan yang luar biasa, sanggup membuat mata melek berjam-jam lamanya disaat membaca novel lembar demi lembarnya. Begitu juga ketika cinta terhadap quran telah tumbuh di dasar sanubari maka tak akan terasa jemu lagi dalam membacanya. Karenanya bacalah dengan baik dan bagus sesuai dengan sifat-sifat hurufnya sehingga dengannya akan meresonansi jiwa dan membuat semakin cinta. Betapa merindingnya dan terharu ketika kita dengarkan bacaan yang syahdu, disini menandakan bahwa bacaan dan suara yang bagus sangat mempengaruhi dalam menumbuhkan cinta. Sehingga wajar saja terkadang ada yang mengatakan suara wanita adalah aurat karena suara punya potensi yang besar dalam menumbuhkan cinta. Biarpun demikian suara wanita bukanlah aurat, tapi bila dikhawatirkan bisa menimbulkan fitnah maka lebih baik menghindari.

Untuk itu, syariat memberi batasan-batasan saat berinteraksi dengan wanita. Dalam bab mua'malah dibolehkan melihat wanita, itupun sebatas wajah dan kedua tangan. Demikian juga dalam hal belajar mengajar, juga dibenarkan melihat wanita tanpa tabir. namun, sebagaimana yang disebutkan dalam Kitab Fathul Muin, berdasarkan pendapat yang kuat, seorang guru boleh melihat muridnya yang wanita saat mengajar pelajaran-pelajaran yang wajib saja, seperti bacaan Al-Fatihah, sementara untuk pelajaran yang hukumnya sunah dipelajari maka di anjurkan memakai tabir. Hukum melihat wanita berubah menjadi sunah jika bertujuan untuk menikah dengannya, namun jika bukan demikian maka haram melihat. [*]

Oleh: Saiful Hadi
Referensi
[*] Hasyiah Ianatuttalibin, Bab Nikah Hlm. 260

Harapan dan Angan-Angan


Ibnu Athailalah al-iskandari dalam sebuah kalam hikmahnya mengatakan "Harapan mesti disertai amal. Jika tidak, ia hanyalah angan-angan". [1]

Harapan yang sesungguhnya ialah harapan yang memotivasi seseorang untuk bersungguh-sungguh dalam bekerja, baik untuk dunia maupun akhiratnya. Biasanya, orang yang berharap sesuatu, maka dia akan mencarinya. Orang yang takut terhadap sesuatu, maka dia akan menghindarinya. Ketika seorang pemuda berharap menikahi gadis pujaannya tentu saja ia akan bersungguh-sungguh berusaha untuk mendapatkannya, dimulai dengan prosesi khitbah dan seterusnya melaksanakan aqad nikah.

Jika sebuah harapan tidak dibarengi dengan amal, bahkan pelakunya malas dan enggan bekerja, serta justru mendorong kepada maksiat dan dosa, menurut para Ulama, itu hanyalah angan-angan saja. Hal tersebut bukanlah harapan, melainkan ketertipuan belaka.

Dalam Sabdanya Rasulullah menyatakan "hanya sanya setiap amal itu dengan niat". Dan niat itu disertai dengan perbuatan, jika niat tanpa implementasi maka itu hanya sekedar cita-cita saja. Untuk memperoleh sesuatu maka bulatkan tekat dan fokuslah dalam berusaha, serta bertawakkal kepada Nya, dan Taqwa adalah modal segalanya.

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. At-Thalaq : 3)

Syaikh Wahbah Azzuhaili menjelaskan, taqwa adalah jalan menuju kesuksesan dan menjadi sebab dari keluasan rezki yang halal dan baik[2]. Sebuah pepatah arab juga menyebutkan من جد وجد "barang siapa yang bersungguh-sungguh niscaya ia akan mendapat". Karenanya tidak cukup dengan hanya sekedar berangan, namun harus berbarengan dengan tindakan.

Menutup tulisan ini, mari merenungkan sepotong ayat berikut, yang didalamnya secara tersurat begitu jelas anjuran untuk terus berusaha.

"...Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi : 110)

Referensi
[1] Al-Hikam, Ibnu athaillah al-iskandari
[2] Tafsir Surat At-Thalaq ayat 3-4, al-munir

Aku Malu

Malu rasanya mengharap syurga Tuhan jika shalat masih sering ketinggalan.
Malu rasanya mengharap syurga Tuhan jika subuh masih sering kesiangan.
Malu rasanya mengharap syurga Tuhan jika baca quran saja masih jarang.
Malu rasanya mengharap syurga Tuhan jika jabatan sering diselewengkan.
Malu rasanya mengharap syurga Tuhan jika dengan orang tua sering berbantahan.

Malu rasanya mengharap syurga Tuhan jika anak2 sering ditelantarkan.
Malu rasanya mengharap syurga Tuhan jika istri tidak diberi pengarahan.

Malu rasanya mengharap syurga Tuhan jika kerjaannya cuma pacaran.
Malu rasanya mengharap syurga Tuhan jika fakir-miskin dibiarkan kelaparan.
Malu rasanya mengharap syurga Tuhan jika telah kaya namun tidak dermawan.

Contoh Soal Mawaris

Oleh: Saiful Hadi

Ilmu  warisan atau faraidh termasuk ilmu yang mudah sekali terlupakan. Penyebab lupa bisa bermacam-macam, diantarannya karena jarang diasah atau diamalkan. Yang namanya pengetahuan, kuncinya adalah dengan "bertanya" dan "berlatih", kadangkala ada hal-hal yang lupa tersampaikan oleh para pengajar, sehingga dengan bertanya akan memperkaya wawasan bagi yang bertanya dan menguatkan ingatan bagi yang menjawab. Demikian halnya dengan berlatih, latihan yang tekut akan mempertajam skil sehingga ilmu lengket dengan kuat di dalam sanubari. 

Berbincang masalah warisan, mungkin ada yang mempertanyakan bagaimana tatacara pembagiannya berdasarkan aturan ilmu waris, sebagai ilustrasinya simak contoh berikut:

Pak Hasan adalah seorang pengusaha sukses, beliau memiliki harta kekayan yang sangat luar biasa, diantaranya : 100 buah toko emas, 2 hektar sawah dan sebuah jet pribadi, bila dijumlahkan seluruh harta kekayaan beliau mencapai 24 Triliyun Rupiah, karena terkejut dengan isi surat kabar Serambi Indonesia yang menginformasikan bahwa harga emas turun menjadi Rp. 500 Ribu/Mayam, beliau terkena serangan jantung dan menghembuskan nafas terakhir. Beliau meninggalkan 5 orang ahli waris yang terdiri dari : Istri, 2 orang anak perempuan, Ayah, dan Paman. Berapakah harta warisan yang diperoleh bagi setiap Ahli Waris Tersebut?.

Solusi
Diketahui Harta Warisan = Rp. 24 Triliyun
Bagian Masing-Masing Ahli Waris
1. Istri = 1/8 (karena ada anak)
2. 2 orang anak perempuan = 2/3
3. Ayah = Asabah
5. Paman = terhijab oleh Ayah

Asal Masalah 24, sehingga pembagian menjadi:
- Istri = 1/8 × 24 = 3 -----> 3/24 × Rp. 24 T = Rp. 3 T
- 2 anak Perempuan = 2/3 × 24 = 16 -----> 16/24 × Rp. 24 T = Rp. 16 T
    Bagian masing-masing anak perempuan = 16/2 = Rp. 8 T
- Ayah = Asabah = 24 - (3+16) = 5 ------>  5/24 × Rp. 24 T= Rp. 5 T

Catatan:
Asal masalah 24 itu artinya seluruh harta warisan dibagi menjadi 24 bagian karena berhubung angka tersebut merupakan KPK dari 8 dan 3. Istri mndapat 3 bagian dari 24 bagian shg ditulis 3/24, begitu seterusnya. kebetulan dalam contoh harta warisan 24 T sehingga seolah2 terlihat sudah langsung mendapatkan hasil, namun jika harta warisan bukan 24 T katakanlah 50 T, maka bagian istri = 3/24× Rp. 50 T, begitu seterusnya.

Adab dalam Rumah Tangga bag. 2

Dinukil dari kitab Al Adab Fid Din karya Imam Ghazzali

ﺃَﺩَﺍﺏُ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻣَـﻊَ ﻧَﻔْــﺴِـﻪِ :
ﻟُــﺰُﻭﻡِ ﺍﻟﺠُــﻤْﻌَـﺔِ ﻭَﺍﻟﺠَــﻤَـﺎﻋَـﺓِ ، ﻭَﻧَﻈَــﺎﻓَـﺔُ ﺍﻟﻤَــﻠْﺒَﺲِ ، ﻭَﺇﺩَﺍﻣَــﺔُ ﺍﻟﺴِـﻮَﺍﻙِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳَـﻠْﺒَﺲِ ﺍﻟﻤَﺸْــﻬُﻮﺭِ ، ﻭَﻟَﺎ ﺍﻟﻤَــﺤْﻘُـﻮﺭِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻄِــﻴﻞُ ﺛِــﻴَـﺎﺑُـﻪُ ﺗَﻜَــﺒُّـﺮﺍً ، ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻘَــﺼِــﺮُﻫَــﺎ ﺗَﻤَــﺴّْـﻜُﻨﺎً ، ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻜْﺜِـﺮَ ﺍﻟﺘَّـﻠَﻔُّـﺖَ ﻓِـﻲ ﻣَﺸْﻴَــﺘِﻪِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻨْﻈُﺮُ ﺇﻟَــﻰ ﻏَﻴْـﺮِ ﺣُﺮْﻣَــﺘِـﻪِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺒْﺼِـﻖِ ﻓِـﻲ ﺣَـﺎﻝَ ﻣُــﺤَـﺎﺩَﺛَـﺖِﻩِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻜْﺜِـﺮُ ﺍﻟﻘُـﻌُـﻮﺩَ ﻋَـﻠَﻰ ﺑَـﺎﺏِ ﺩَﺍﺭِﻩِ ﻣَـﻊَ ﺟِــﻴﺮَﺍﻧِــﻪِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻜْــﺜِـﺮُ ﻟِﺈﺧْـﻮَﺍﻧِــﻪِ ﺍﻟﺤِﺪِﻳﺚُ ﻋَـﻦْ ﺯَﻭﺟَــﺘِـﻪِ ﻭَﻣَــﺎ ﻓِﻲ ﺑَﻴْــﺘِـﻪِ .

Adab suami terhadap dirinya sendiri adalah :
Senantiasa memelihara shalat jum'at dan shalat jama'ah, memakai pakaian bersih dan selalu menggosok gigi. Tidak memakai pakaian yg mencolok tidak pula pakaian yg hina. Tidak memanjangkan pakaian karena kesombongan tidak pula memendekkannya karena ingin di anggap sbg orang miskin.

Tidak banyak melirik ketika berjalan dan tidak melihat kepada selain mahramnya. Tidak meludah ketika bercakap2, tidak banyak duduk di pintu rumah bersama tetangganya dan tidak banyak berbicara kepada teman2nya ttg istri dan apa yg ada di dalam rumahnya.

ﺃَﺩَﺍﺏُ ﺍﻟـﻤَــﺮﺃَﺓِ ﻓِــﻲ ﻧَـﻔْﺴِـﻬَـﺎ :
ﻟَﺎﺯِﻣَـﺔٌ ﻟِﻤَــﻨْﺰِﻟـﻬَـﺍ ، ﻗَـﺎﻋِــﺪَﺓٌ ﻓِــﻲ ﻗَــﻌْـﺮِ ﺑَﻴْﺘِــﻬَـﺎ ، ﻟَﺎ ﺗُﻜْــﺜِـﺮ ﺻُــﻌُــﻮﺩِﻫَــﺍ ﻭَﻟَﺎ ﺇﻃِـﻠَﺎﻉِ ﺍﻟﻜَـﻼﻡِ ﻟِﺠِــﻴﺮَﺍﻧِـﻪَـﺎ ، ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺪْﺧُــﻞُ ﻋَﻠَﻴْــﻬِﻢْ ﺇﻟَّﺎ ﻓِـﻲ ﺣَــﺎﻝٍ ﻳُﻮﺟِـﺐُ ﺍﻟﺪُّﺧُــﻮﻝ ، ﺗَــﺴْﺘُﺮُ ﺑَﻌْﻠَــﻬَـﺎ ﻓِــﻲ ﻧَﻈَــﺮِﻩِ ، ﻭَﺗَﺤْــﻔَﻈْـﻪُ ﻓِــﻲ ﻏِﻴﺒَــﺘِﻪِ ، ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺨْــﺮُﺝُ ﻣِـﻦْ ﺑَﻴْــﺘِﻪِ ، ﻭَﺇﻥْ ﺧَــﺮَﺟَــﺖْ ﻓَﻤُﺘَﺨَﺒِـﺌَــﺓٌ ، ﺗَﻄْﻠُــﺐُ ﺍﻟﻤَــﻮَﺍﺿِﻊَ ﺍﻟﺨَـــﺎﻟِﻴَـﺔ ، ﻣَﺼُــﻮﻧَﺔٌ ﻓِــﻲ ﺣَـﺎﺟَـﺎﺗِﻬَـﺎ ، ﺑَــﻞْ ﺗَﺘَﻨَــﺎﻛَـﺮُ ﻣِـﻤَﻦْ ﻳَﻌْﺮِﻓُـﻬَـﺎ ،

Adab istri terhadap dirinya sendiri adalah :
Senantiasa membiasakan diri tinggal dirumahnya, duduk di
dalam rumahnya dan tidak banyak keluar rumah. Tidak memperhatikan perkataan tetangganya dan tidak bergaul dengan mereka kecuali sebatas keperluan. Menyenangkan suaminya ketika dia memandangnya, Menjaga diri ketika suami tidak ada.

Tidak keluar dari rumahnya, kalaupun keluar melakukannya secara sembunyi-sembunyi, mencari tempat yang sepi dan yang dapat menjaga keperluannya bahkan berpura-pura tidak tahu kepada orang yg mengenalnya.

ﻫِﻤَّــﺘُﻬَـﺎ ﺇﺻْﻠَﺎﺡُ ﻧَﻔْﺴِــﻬَـﺎ، ﻭَﺗَﺪْﺑِﻴﺮُ ﺑَﻴْﺘِـﻬَـﺎ ، ﻣُــﻘْﺒَﻠَﺔً ﻋَــﻠَﻰ ﺻَـﻠَﺎﺗِــﻬَـﺎ ﻭَﺻَﻮْﻣِـﻬَـﺎ ، ﻧَــﺎﻇِﺮَﺓٌ ﻓِﻲ ﻋَﻴْــﺒِﻬَـﺎ ، ﻣُــﺘَﻔَﻜِّـﺮَﺓٌ ﺩﻳْـﻨَـﻬَـﺎ ، ﺩَﺍﺋِــﻤَﺔٌ ﺻَﻤْـﺘِـﻬَـﺎ ، ﻏَــﺎﺿَﺔٌ ﻃَـﺮَﻓَـﻬَـﺎ ، ﻣُـﺮﺍﻗِﺒَﺔٌ ﻟِـﺮَﺑِّـﻬَـﺎ ، ﻛَـﺜِﻴﺮَﺓُ ﺍﻟﺬِّﻛْــﺮِ ﻟَـﻪُ ، ﻃَــﺎﺋِـﻌَـﺔٌ ﻟِﺒَـﻌْﻠِـﻬَـﺎ ، ﺗَﺤُـــﺜُّـﻪُ ﻋَـﻠَـﻰ ﻃَﻠَﺒِـﻪِ ﺍﻟﺤَﻠَﺎﻝِ ، ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻄْﻠُﺐُ ﻣِـﻨْـﻪُ ﺍﻟﻜَﺜِــﻴﺮَ ﻣِـﻦَ ﺍﻟﻨُّــﻮَﺍﻝِ ،

Keinginannya adalah memperbaiki dirinya, mengatur rumahnya dan senantiasa bersiap menyambut shalat dan puasanya. Memperhatikan aib dirinya dan memikirkan agamanya. Memelihara diamnya dan menundukkan pandangannya. selalu mengingat Tuhannya dan banyak berdzikir kepada-Nya . Ta'at kepada suaminya, mendorongnya untuk mencari harta halal dan tidak menuntut darinya pemberian yang banyak.

ﻇَــﺎﻫِﺮَﺓُ ﺍﻟﺤَــﻴَـﺎﺀِ ، ﻗَﻠِـﻴﻠَﺔُ ﺍﻟﺨَﻨَـﺎﺀِ ، ﺻَﺒُـﻮﺭَﺓٌ ﺷَﻜُــﻮﺭَﺓٌ ﻣُــﺆَﺛِــﺮَﺓٌ ﻓِــﻲ ﻧَـﻔْﺴِـﻬَـﺎ ، ﻣُــﻮَﺍﺳِﻴَـﺔٌ ﻣِـﻦْ ﺣَـﺎﻟِـﻬَـﺎ ﻭَﻗُـﻮَﺗِـﻬَـﺎ. ﻭَﺇﺫَﺍ ﺍﺳْﺘَــﺄْﺫَﻥَ ﺑِﺒَــﺎﺑِـﻬَﺎ ﺻَـﺪِﻳﻖٌ ﻟِﺒَــﻌْﻠِـﻬَـﺎ ﻭَﻟَﻴْــﺲَ ﺑَﻌْــﻠُﻬَـﺎ ﺣَــﺎﺿِـﺮﺍً ، ﻟَــﻢْ ﺗَﺴْﺘَـﻔْﻬِــﻢْﻩُ ، ﻭَﻟَﺎ ﻓِـﻲ ﺍﻟﻜَـﻼﻡِ ﺗُﻌَــﺎﻭِﺩْﻩُ ، ﻏِـﻴﺮَﺓً ﻣِـﻨْﻬَـﺎ ﻋَــﻠَﻰ ﻧَﻔْـﺴِـﻬَـﺎ ﻭَﻋَــﻠَﻰ ﺑَﻌْﻠِـﻬَـﺎ ﻣِـﻨْـﻪُ

Senantiasa menampakkan rasa malu dan menghindari perkataan keji. Bersikap sabar dan banyak bersyukur, suka mengalah dan memperhatikan keadaan dan kemampuan dirinya. Apabila ada teman suami mengetuk pintu rumahnya, sementara suami tidak ada di rumah, janganlah bertanya dan banyak berkata kepadanya sebagai wujud rasa cemburu dalam dirinya dan yg ada pada suaminya.
wallahu a'lam.

ﺍﻻﺩﺏ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ
ﺣﺠﺔ ﺍﻻﺳﻼﻡ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻰ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Ya Allah ya Tuhan kami, kokohkanlah cinta kasih (suami-istri) kami sebagaimana kokohnya cinta kasih antara Nabi Adam dan Siti Hawa. Aamiin...

Bertemunya Sebuah Cinta

Pada sebuah statusnya, Pak Mario Teguh mengatakan "Cinta adalah penyatu dua jiwa, rasa hormat adalah yang mengindahkan kebersamaan, dan kesetiaan adalah yang memanjangkan umur kebersamaan". [1]

Kecocokan jiwa dalam cinta memang tak selalu sama rumusnya. [2]
Ada dua sungai besar yang bertemu dan bermuara di laut; itu disebut "kesamaan"

Ada panas dan dingin bertemu untuk mencapai kehangatan; itu disebut "keseimbangan"
Ada hujan lebat berjumpa tanah subur, lalu menumbuhkan taman; itu disebut "kegenapan"

Kesulitan akan Mendorong Kemudahan

Dari letak geografis, Jepang merupakan wilayah yang rentan terjadi gempa dan tidak jarang gelombang tsunami pun juga sering datang menerjang. Berbagai inovasi dilakukan oleh Jepang demi bertahan hidup, mulai dari desain bangunan tahan gempa sampai ke dinding penahan gelombang tsunami demi menghalau bahaya yang bakal datang. Situasi dan kondisi yang demikian selalu membuat mereka waspada dalam menghadapi bahaya.

Ada sebuah kaedah fiqih yang menyatakan المشقة تجلب التيسير yang artinya kesulitan akan mendorong kemudahan [1]. Beranjak dari kondisi yang terbatas, maka akan lahir ide-ide inovatif demi mengatasi kesulitan yang ada. Dasar kaedah ini salah satunya mengacu pada surat al-Baqarah ayat 185. "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" (QS. al-Baqarah : 185).

Adab dalam Rumah Tangga

Dinukil dari kitab Al Adab Fid Din Imam Ghazali
Adabnya seorang lelaki bersama istrinya adalah :

ﺃَﺩَﺍﺏُ ﺍﻟﺮَّﺟُـﻞِ ﻣَــﻊَ ﺍﻟﺰَﻭْﺟَــﺔِ :
ﺣُﺴْــﻦَ ﺍﻟﻌُـﺸْﺮَﺓِ ، ﻭَﻟَﻄَـﺎﻓَـﺔُ ﺍﻟﻜَـﻠِﻤَـﺔِ ، ﻭَﺍﻇْـﻬَـﺎﺭُ ﺍﻟـﻤَﻮَﺩَّﺓِ ، ﻭَﺍﻟﺒَﺴْﻂُ ﻓِـﻲ ﺍﻟﺨُـﻠْـﻮَﺓِ ،ﻭَﺍﻟﺘَّـﻐَﺎﻓُـﻞُ ﻋَـﻦِ ﺍﻟـﺰِّﻟَّـﺔِ ، ﻭَﺇﻗَــﺎﻟَـﺔُ ﺍﻟﻌِـﺜْﺮَﺓِ ، ﻭَﺻِـﻴَـﺎﻧَﺔُ ﻋِـﺮْﺿِـﻬَـﺎ ، ﻭَﻗِـﻠَّـﺔُ ﻣُﺠَــﺎﺩَﻟَـﺘِـﻫَﺎ ،ﻭَﺑَﺬْﻝُ ﺍﻟـﻤَـﺆُﻧَــﺔِ ﺑِـﻠَﺎ ﺑُــﺨْﻞٍ ﻟَــﻬَـﺎ ، ﻭَﺇﻛْــﺮَﺍﻡُ ﺃَﻫْــﻠِــﻬَـﺎ ، ﻭَﺩَﻭَﺍﻡُ ﺍﻟﻮَﻋْـﺪِ ﺍﻟﺠَﻤِـﻴﻞِ ، ﻭَﺷِــﺪَّﺓُ ﺍﻟﻐَﻴْــﺮَﺓِ ﻋَــﻠَﻴْــﻬَـﺎ .

Memperbagus pergaulan dan bertutur kata lembut, menampakkan kecintaan dan menumbuhkan kesenangan ketika berduaan, memaafkan kekeliruan dan tdk mengungkit ungkit kesalahan.Memelihara harga diri istri dan tdk berdebat dengannya, memberikan uang belanja tanpa kekikiran dan senantiasa memuliakan keluarganya. Membiasakan berjanji yg baik2 dan memperbesar rasa cemburu terhadapnya.

Kegilaan

Dari keterangan wikipedia, gila di terjemahkan sebagai sakit ingatan (kurang beres ingatannya); sakit jiwa (sarafnya terganggu atau pikirannya tidak normal). Biarpun maknanya demikian, terkadang kata-kata gila juga sering disematkan untuk seseorang yang mempunyai kemampuan unik atau pun untuk menyatakan sesuatu yang luar biasa. Misalnya ketika ada cewe cantik lewat, ada yang nyelutuk "eh gila, itu cewe bening amat", yang lihat cewe cantik pasti tergila-gila, sedikit banyak wajar juga memang disebut gila, karena masih ada korelasinya.

Berbicara gila dalam kacamata syariah, rupanya gila mempunyai banyak keuntungan. Memangnya gila itu untungnya dimana? Berdasarkan pandangan syariat, seorang anak adam diwajibkan untuk mengerjakan ibadah shalat dimana syarat utamanya adalah islam kemudian berakal, lalu sudah baligh, dan suci dari hadast serta najis. Seseorang telah disebut mukallaf apabila telah baligh dan berakal, sehingga bagi yang belum baligh alias masih anak-anak maka belum wajib mengerjakan perintah shalat, biarpun demikian para orang tuanya wajib mengajarkan dan membiasakannya untuk shalat sejak dini. Begitu juga bagi orang yang gila, biarpun dia telah baligh namun tidak waras maka dia sama seperti anak-anak sehingga tidak wajib juga mengerjakan shalat.

Harus Banyak Sabar atau Syukur?

Kata "syukur" cukup banyak mendapatkan tempat di dalam al-Qur’an. Ada beda pendapat tentang jumlah penyebutan kata syukur dalam al-Qur’an. Quraish Sihab menyebutkan kata  “syukur”  dengan  berbagai  bentuknya ditemukan sebanyak enam puluh empat  kali [1]. Sedangkan menurut Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi’ menyebutkan bahwa kata syukur dengan berbagai bentuk turunannya ditemukan sebanyak 75 kali [2]. Sementara ayat yang berbicara mengenai kesabaran, setidaknya ada 103 kali kata sabar disebut dalam Al-Qur’an, baik berbentuk isim maupun fi’ilnya [3].

Kalimat syukur dalam bentuk kata perintah ditemukan sebanyak dua kalimat, yaitu lafaz أشكر yang terdapat pada 2 ayat dan أشكروا yang terdapat pada 5 ayat. Demikian juga dengan kalimat sabar dalam bentuk kata perintah juga ditemukan sebanyak dua kalimat, yaitu lafaz اصبر yang terdapat pada 19 ayat dan اصبروا yang terdapat pada 6 ayat. Jika ditotalkan ada sebanyak 7 ayat yang memerintahkan untuk bersyukur, dan ada 25 ayat yang memerintahkan untuk bersabar.

Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa quran lebih banyak menyebutkan kata sabar dibandingkan syukur. Berbicara mengenai sabar, para ulama membagi sabar pada tiga keadaan, yaitu sabar dalam mengerjakan ibadah, sabar tatkala ditimpa musibah, dan sabar dalam menahan diri dari maksiat.
Dalam penerapannya di lapangan, sabar dan syukur haruslah ada pada diri setiap hamba, dikala sedang dicoba maka sabarlah, saat sudah lapang maka bersyukurlah. Bersabar itu berat, namun bersyukur jauh lebih berat. Saat sedang kesusahan banyak sanggup bersabar, namun jika sudah lepas dari masalah menjadi lupa segalanya sehingga jauh sekali dengan sikap syukur
.
Lawan dari kalimat syukur adalah kufur. Quran sering menyebutkan kufur untuk menggambarkan yang tidak mau bersyukur. Dalam buku wawasan al-Quran, disebutkan bahwa ketika para Ulama menafsirkan firman Allah, "Bersyukurlah kepada Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat Ku" (QS.Al-Baqarah 2:152), menjelaskan bahwa ayat tersebut mengandung perintah untuk mengingat Tuhan, dan patuh pada Nya tanpa menodainya dengan kedurhakaan. Syukur yang demikian lahir dari keiklasan kepadaNya, dan karena itu, ketika setan menyatakan bahwa "demi kemulian Mu, aku akan menyesatkan mereka semua" (QS. Shad 38:82), dilanjutkan dengan pernyataan pengecualian, yaitu, "kecuali hamba-hamba Mu yang mukhlash di antara mereka" (QS. Shad 38:83).

Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, dan hakikat kufur adalah menyembunyikannya. Salah satu cara menampakkan nikmat adalah dengan mempergunakannya pada tempat yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemberi nikmat, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lisan.

Rujukan
[1] Qurays Syihab, Wawasan al-Quran, hlm. 285
[2] Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi’, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), hlm. 489-491.
[3] Ibid, hlm. 507-509

Jangan Berputus Asa, Teruslah Berdoa

Oleh: Saiful Hadi

Sudah lumrah terjadi, kehidupan ini bakal selalu diwarnai dengan berbagai macam hal, entah itu susah atau bahagia, semuanya datang silih berganti sepanjang hayat manusia itu sendiri. Sebagai Agama yang Rahmatan Lil Alamin, syariat memberi perhatian yang luar biasa terhadap berbagai kendala yang dihadapi oleh umatnya dengan adanya keringanan hukum pada keadaan yang dirasa sulit. Sebagai contoh, syarat sahnya shalat adalah dengan berwudhu, namun dalam kondisi keterbatasan air atau sedang sakit yang tidak diperkenankan bersentuhan dengan air, maka syariat memberi keringanan dengan adanya tayamum.

Dalam surat Al-Baqarah 185, Allah Ta'ala berfirman : "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu."

Secara tekstual, jelaslah bahwa dari ayat tersebut Allah Ta'ala tidak akan menyulitkan hambaNya, malahan ada keringanan-keringanan dalam kondisi tertentu. Untuk itu jangan mudah berputus asa tatkala sedang dilanda berbagai kesempitan, karena dibalik kesempitan bakal ada kemudahan. Dan teruslah berdoa memohon bantuan Nya, Allah Ta'ala menjamin terkabulnya doa melalui janji-Nya, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan bagimu" (QS.Al-Mu'min 40:60)

Janji tersebut jelas bersifat mutlak. Hanya saja dalam ayat itu, Allah ta'ala tidak menyatakan menurut tuntutanmu, menurut waktu yang engkau kehendaki atau menurut kehendakmu, tapi semua menurut kehendak Allah sendiri.

Dalam sebuah hadist Nabi saw. Bersabda:
"Tak seorang pun berdoa, melainkan ia berada diantara salah satu dari tiga kondisi, kadang doanya dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda pengabulannya demi pahalanya, atau dihindarkan dari keburukan yang menimpanya" (HR. Ahmad)


Dalam surat Yunus, Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua..." (QS. Yunus 10:89)


Para ulama Tafsir menjelaskan bahwa ayat tersebut menerangkan tentang pengabulan doa Nabi Musa As dan Harun As untuk kehancuran Firaun. Tetapi untuk menunggu dikabulkan doa tersebut memakan kurun waktu selama empat puluh tahun.

Begitu pula yang terjadi pada Baginda Nabi Muhammad saw saat mendoakan agar Umar bin Khatab diberi hidayah dan sekaligus menjadi teman setianya. Dua tahun lamanya Rasulullah menanti dengan terus berdoa sehingga Allah Ta'ala kabulkan permohonan beliau.

Karenanya, selalulah berprasangka yang baik dengan Allah Ta'ala. Terkadang doa yang kita pinta belum layak untuk dikabulkan, contoh seperti ketika ada seorang balita yang memohon sambil menangis histeris agar diberi pisau, sang ibu tentunya paham bahwa pisau tersebut belum layak diberikan untuknya karena bisa melukai dirinya sendiri.

Berpasangan Adalah Fitrah

Mendambakan pasangan merupakan fitrah sebelum dewasa, dan dorongan yang sulit dibendung setelah dewasa. Oleh karena itu, agama mensyariatkan dijalinnya pertemuan antara pria dan wanita, dan kemudian mengarahkan pertemuan itu sehingga terlaksananya "perkawinan", dan beralihlah kerisauan pria dan wanita menjadi ketentraman atau sakinah dalam istilah al-Quran pada surat ar-Rum (30) :21. 

Sakinah terambil dari kata sakana yang berarti diam/tenangnya sesuatu setelah bergejolak. Itulah sebabnya mengapa pisau dinamai sikkin dalam bahasa arab, karena ia adalah alat yang menjadikan binatang yang disembelih menjadi tenang, tidak bergerak, setelah tadinya ia meronta. Sakinah-karena perkawinan-adalah ketenangan yang dinamis dan aktif, tidak seperti kematian binatang. [*]

Menyuburkan Cinta dengan Qana'ah
Bisa jadi ada yang bakal mengatakan "ini kan hanya sebatas teori saja, lha di kehidupan nyata seiring bertambahnya usia sebuah hubungan yang sering terjadi malah berkurangnya keharmonisan". Memang benar ini sebatas berteori, namun yang namanya penerapan di lapangan tentu saja tidak bakal jauh-jauh dari teori, saat berada di lapangan bisa saja butuh lebih banyak penyesuaian agar cocok dengan keadaan. Dalam perencanaan sebuah struktur bangunan biasanya terdapat angka-angka toleransi dan faktor reduksi karena mengingat dan menimbang banyak hal yang tak terduga yang bisa saja terjadi.

Membina sebuah hubungan pun juga demikian, awal dan akhir bagaimana cara tetap harus berjalan dengan sebaik mungkin. Sesekali muncul percikan ya anggap saja itu sebagai sebuah romantika dalam menghangatkan hubungan. Untuk itu, masing-masing dari kedua belah pihak penting sekali untuk menanamkan nilai-nilai qana'ah dalam menjalani kehidupan. Tidak ada kesempurnaan pada diri makhuk, namun keduanya bisa saling melengkapi demi menggapai sakinah mawaddah warahmah.
Berkasih sayang adalah langkah mengapai bahagia

Rujukan
[*] Qurays Syihab. Wawasan al-Quran, Pernikahan, Hal.253

Guru Imam Bukhari dan Shalat Isya

Shalat adalah ibadah yang paling utama dan menjadi tiang agama. Berbeda dengan yang lain, perintah shalat lima waktu disampaikan tanpa perantaraan Jibril melainkan diambil secara langsung oleh Rasulullah saw dalam peristiwa Isra Mi'raj.

Secara bahasa, shalat itu bermakna doa, sementra makna menurut syariah, shalat didefinisikan sebagai : “serangkaian ucapan dan gerakan yang tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Meninggalkan shalat secara sengaja dan mengingkari tentang kewajibannya maka bisa terjerumus kepada kekafiran, sementara meninggalkan shalat karena faktor malas namun tidak mengingkari kewajibannya tidak bisa divonis kafir. Akan tetapi, shalat yang ditinggalkan harus diqadha (diganti) kembali. Sementara wanita yang sedang berhalangan shalat tidak ada kewajiban untuk digantikan.

Dalil Mengenai Kewajiban Qadha Shalat

Mungkin ada yang masih bertanya-tanya kenapa mesti harus ada qadha shalat, padahal shalat sudah mempunyai waktunya masing-masing. Supaya lebih jelas mari menyimak beberapa hadist berikut yang dikutip dari Kitab Shahih Bukhari. Pembahasan mengenai masalah qadha shalat mulai dari Bab 36 s.d. Bab 39 pada Jilid pertama. [1]

Bab. 36 Azan sesudah lewat waktu

"Telah menceritakan kepada kami 'Imran bin Maisarah berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail berkata, telah menceritakan kepada kami Hushain, dari 'Abdullah bin Abu Qatadah, dari Bapaknya berkata, ""Kami pernah berjalan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu malam. Sebagian kaum lalu berkata, ""Wahai Rasulullah, sekiranya Tuan mau istirahat sebentar bersama kami?"" Beliau menjawab: ""Aku khawatir kalian tertidur sehingga terlewatkan shalat."" Bilal berkata, ""Aku akan membangunkan kalian."" Maka merekapun berbaring, sedangkan Bilal bersandar pada hewan tunggannganya, tapi rasa kantuknya mengalahkannya dan akhirnya iapun tertidur. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam terbangun ternyata matahari sudah terbit, maka beliau pun bersabda: ""Wahai Bilal, mana bukti yang kau ucapkan!"" Bilal menjawab: ""Aku belum pernah sekalipun merasakan kantuk seperti ini sebelumnya."" Beliau lalu bersabda: ""Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla memegang ruh-ruh kalian sesuai kehendak-Nya dan mengembalikannya kepada kalian sekehendak-Nya pula. Wahai Bilal, berdiri dan adzanlah (umumkan) kepada orang-orang untuk shalat!"" kemudian beliau berwudlu, ketika matahari meninggi dan tampak sinar putihnya, beliau pun berdiri melaksanakan shalat.""" [Hadist No. 595]

Bagaimanakah Hukum Mengqadha Shalat?

Sebagaimana kita ketahui, bahwa shalat lima waktu adalah kewajiban bagi setiap muslim yang telah mukallaf. Mukallaf ini sendiri artinya adalah dibebankannya setiap hukum syariat karena telah baligh, baik baligh dengan cara bermimpi atau dengan genap telah berusia 15 tahun berdasarkan kalender hijriah. Kewajiban shalat tidak akan terlepas sebelum shalat tersebut selesai dikerjakan.

Seandainya waktu shalat telah lewat apakah masih wajib melaksanakannya? Maka jawabannya adalah tetap wajib dilakukan, dan shalat inilah yang diistilahkan dengan shalat "qadha" karena dikerjakan diluar waktu yang telah ditetapkan. Secara bahasa "qadha" dan "ada' " sama-sama berarti "tunai", namun dalam aplikasinya terhadap shalat yang dikerjakan di dalam waktu maka di istilahkan dengan "ada' " sementara unutuk shalat yang dikerjakan diluar waktu maka diistilahkan dengan "qadha". Dasar hukum dari mengqadha shalat salah satunya adalah berdasarkan hadist Rasulullah. saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

Menikah: Sarana untuk Melejitkan Potensi Diri

Dalam catatan sejarah, kita ketahui bahwa Ibnu Hajar al-Asqalani merupakan salah seorang ulama terpandang, ahli hadist, dan mempunyai kitab legendaris Fathul Bari yang merupakan syarahan dari Sahih Bukhari. Selain sukses di bidang akademis beliau juga seorang Nahkoda handal yang membawa bahtera rumah tangganya menuju ke pulau penuh bahagia.

Suami istri sudah seharusnya hidup untuk saling memotivasi dan menginspirasi, kalaupun ada kekurangan pada pasangan maka jadilah guru untuk mendidiknya. Sebagai pasangan yang baru menikah atau yang akan menikah, mari kita belajar dan berkaca dari rumah tangga Ibnu Hajar al-Asqalani bersama istrinya, Uns (Anas) binti Abdul Karim. Wanita yang lahir tahun 780 H ini memang bukanlah orang yang terkenal, namun ia hidup mendampingi orang terkenal.

Pernikahan Ibnu Hajar bersama istrinya dilangsungkan pada bulan sya'ban tahun 798 H. Saat itu usia Ibnu Hajar 25 tahun, sementra istrinya 18 tahun. Pernikahan ini membawa berkah yang luar biasa, rupanya Uns adalah wanita yang sangat menyukai pengetahuan dan beruntungnya beliau mendapatkan suami yang berilmu dan berwawasan luas. Dengan penuh kesabaran dan ketelitian Ibnu Hajar mengajarkan ilmu hadis kepada sang istri. Sampai pada akhirnya ia menjadi wanita ahli hadis, dan namanya pun mulai melambung dan dikenal masyarakat luas. Meski demikian, beliau tetap tidak lupa terhadap status dirinya sebagai seorang istri, dimana ia melayani suaminya sekaligus menjadi ibu rumah tangga yang membuat suasana selalu penuh dengan cinta. Ibnu hajar menjadikan rumah tangga sebagai sarana untuk menerpa jiwa, selain meningkatkan kualitas diri, juga berhasil melejitkan potensi istrinya.

Berkaca pada rumah tangga Ibnu Hajar, jadikanlah pernikahan sebagai sarana untuk meraih bahagia dan melejitkan potensi diri. Pernikahan bukanlah penjara yang mengukung dan menghambat perkembangan karier. Demikian juga, meencintai bukan berarti mengekang dan mematikan potensi, melainkan untuk semakin mengispirasi. Budak menjadi raja, yang lemah menjadi kuat itu semua dari cinta. Mari saling mencintai untuk meraih ridha Ilahi.

Budayakan Bangun Malam

Oleh: Saiful Hadi

Dalam sebuah Hadist Rasulullah bersabda, "siapa saja yang terbiasa mengerjakan shalat malam, meskipun suatu ketika tertidur pada suatu malam karena kelelahan, niscaya pahala shalatnya tetap ditulis baginya, dan tidurnya itu adalah sedekah dari Allah Ta'ala untuknya" (HR. Daruquthni)

Menghidupkan malam memang berat dan penuh tantangan, apalagi jika cuaca sedang musim dingin atau musim hujan. Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan, ada empat perkara yang bisa dilakukan berkaitan dengan kondisi batin yang memudahkan untuk bangun malam. Pertama, hendaknya menjaga hati aman dari sikap dengki dan benci kepada kaum muslimin, menjauhkan diri dari bid'ah dan jangan memikirkan dunia secara berlebihan. Kedua, hendaknya memelihara dengan ketat rasa takut kepada Allah Ta'ala. Apabila seseorang berfikir keras terhadap neraka jahanam dan huru hara akhirat, maka ia akan mengurangi tidur, bahkan sulit tidur. Ketiga, hendaknya mengetahui keutamaan bangun malam dan shalat malam. Bangun malam adalah cara terbaik untuk membina hubungan dengan Allah Ta'ala. Keempat, hendaknya cinta kepada Nya. Ketika cinta kepada Allah ada, maka akan gemar pada kesunyian dan bercengkrama dengan Nya, serta lezat dan nyaman dalam berdoa kepada Nya. [1]

Allah Ta'ala memberi anugrah yang sangat besar bagi orang orang yang menghidupkan malam sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasulullah dalam hadist tadi. Bahkan, Rasulullah juga pernah bersabda, "bahwasanya di malam itu ada suatu saat dimana jika seorang muslim kebetulan memohon kepada Nya suatu kebajikan, niscaya akan dikabulkan" (HR. Tirmidzi)

Budaya bangun malam perlu dilatih sejak dini. Untuk melatih agar anak-anak terbiasa menghidupkan malam maka sejak awal menikah pun sudah harus saling melatih bersama pasangan, sehingga jika masing2 telah terbiasa mudah-mudahan kebiasaan baik tersebut InsyaAllah juga akan tertular bagi anak-anaknya. Diriwayatkan dalam sebuah hadist, Rasulullah saw bersabda, "semoga Allah Ta'ala merahmati laki-laki yang bangun malam, lalu mengerjakan shalat. Kemudian ia membangunkan istrinya dari tidurnya dan ia pun lalu mengerjakan shalat. Kalau istrinya enggan, ia menyapukan air ke muka istrinya dengan kasih sayang". [2]

Rasulullah juga bersabda, "semoga Allah Ta'ala merahmati wanita yang bangun malam, lalu mengerjakan shalat. Ia membangunkan suaminya lalu suaminya pun mengerjakan shalat. Kalau suaminya enggan, ia menyapukan air ke wajahnya dengan kasih sayang". [3]

Nabi juga pernah bersabda, "siapa saja yang bangun malam dan membangunkan istrinya, lalu keduanya mengerjakan shalat dua rakaat, niscaya keduanya akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang banyak ingat kepada Allah" (HR. Muslim)

Sebagaimana yang diajarkan oleh Baginda Nabi, berlakulah lemah lembut dalam membangunkan pasangan agar ikutan menghidupkan malam. Dengan demikian, semoga kita termasuk ke dalam golongan yang selalu menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. Beribadah bersama pasangan tentu saja akan lebih menetramkan. Dalam sebuah Hadist Rasulullah menyatakan bahwa, "Dua rakaat shalat orang yang sudah menikah lebih baik dari tujuh puluh rakaat yang masih lajang" [4]. Untuk itu, menikahlah agar lebih menentramkan dan menenangkan.

Berbicara tentang ketentraman, Imam at-Thabari dalam menjelaskan kalimat "litaskunuu ilaiha", beliau mengatakan, makna kalimat itu supaya kalian mampu menjaga kesucian diri kalian dengan kehadiran suami dan istri dalam kehidupan. Inilah makna yang paling mendasar dari "sakinah". Adanya istri adalah benteng terkokoh bagi suaminya, agar mampu berlari dari yang keji menuju yang suci, dari dosa menuju pahala, dari nista menuju mulia, dari neraka menuju syurga. Demikian pula adanya suami menjadi perisai bagi istrinya yang akan melindungi dari segala gerisik hati, ucap lisan, dan laku anggota yang Allah murkai. [5]
Dan berdoalah berbagai macam kebajikan, karena waktu malam adalah saat terbaik dalam berdoa.

Catatan kaki
1. Terjemahan Ihya Ulumuddin juz 2,  keutamaan dan rahasia waktu malam, hal. 339, penerbit Republika.
2. Ibid, hal. 343
3. Ibid, hal. 343
4. Tanqihul Qaulu, Bab Nikah

Bersyukurlah

Andai saja Tuhan meminta untuk menghitung seluruh nikmat pemberian darinya, sungguh tidak akan pernah bisa menghitungnya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Demikianlah salah satu ayat yang sering diulang-ulang dalam surat Ar-Rahman.

Dalam Tanbihul Ghafilin, Abu Laits As-samarqandi meriwayatkan dari Muhammad bin Dawud, Nabi Musa AS berkata kepada Tuhan: "wahai Tuhanku, bagaimana Adam dapat mensyukuri nikmat yang Engkau anugrahkan kepadanya, dimana Engkau menciptakannya dengan tangan Mu, Engkau jua yang meniupkan nyawa ke dalam dirinya, Engkau tempatkan dia di syurga Mu, dan Engkau perintahkan para Malaikat untuk bersujud kepadanya? Tuhan Berfirman :"wahai Musa, Adam mengetahui bahwa semuanya itu dari Aku, maka dia memujiKu atas yang demikian itu. Yang demikian itu merupakan rasa syukur terhadap yang telah Aku perbuat kepadanya".

Dalam perspektif fiqih, dikala memperoleh suatu anugrah ataupun nikmat maka dianjurkan untuk mengerjakan sujud syukur. Sujud Syukur adalah sujud yang dilakukan oleh seseorang ketika mendapatkan nikmat, seperti lahirnya seorang bayi dan mendapatkan harta atau terhindar dari suatu bencana, seperti selamat dari tenggelam dan dari reruntuhan. Hukum sujud syukur adalah sunat berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abi Bakrah:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَتَاهُ أَمْرُ سُرُورٍ - أَوْ: بُشِّرَ بِهِ - خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ“
Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam apabila datang kepadanya suatu perkara yang menyenangkan, beliau langsung bersungkur bersujud” (Sunan Abu Dawud, no.2774)

Jika direnungkan secara mendalam, maka setiap detiknya selalu saja nikmat Tuhan dicurahkan kepada manusia, hampir setiap detik kita menghirup nafas tanpa perlu membayar sepeser pun, bukankah ini sebuah nikmat? Muawiyah bin Abu Sufyan pernah berkata kepada teman-temannya: "apa yang kalian tahu tentang kesejahteraan?", masing-masing dari teman beliau punya berbagai pendapat; kemudian Muawiyah berkata :"kesejahteraan bagi lelaki ada empat macam, yaitu punya tempat tinggal, kehidupan yang cukup, istri yang menyenangkan, dan apa yang kami tidak mengenalnya kemudian kami tidak menyakitinya".

Sufyan Ats Tsauri juga mengatakan, ada dua macam nikmat yang jika kamu dikaruniainya maka bersyukurlah kepada Allah, yaitu jauh dari pintu penguasa dan jauh dari pintu dokter.
Diriwayatkan dari salah seorang tabi'in, beliau berkata :"barangsiapa yang merasa mendapat nikmat, maka hendaklah mengucapkan Alhamdulillah. Barangsiapa yanh banyak risau hendaklah mengucap Istighfar. Barangsiapa yang merasa tertekan dengan kemiskinan, maka hendaklah ia mengucapkan La haula wa la quwwata illa billahil-aliyyil-azim".

Masih dalam Tanbihul Ghafilin, Abu Laist menjelaskan bahwa kesempurnaan syukur itu berada dalam tiga hal, yaitu:
  1. Apabila Allah Ta'ala mengaruniai sesuatu kepadamu, maka perhatikanlah siapa yang memberi karunia tersebut, lalu kamu memuji kepada Nya dengan mengucap Alhamdulillah.
  2. Merasa puas atas nikmat yang Allah berikan
  3. Selama sesuatu itu bermanfaat bagimu, dan badanmu sehat, maka janganlah bermaksiat kepada Nya.


Referensi : Tanbihul Ghafilin, Bab Syukur.